Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manfaat Bermain untuk Orangtua dan Anak

15 Juni 2019   05:27 Diperbarui: 15 Juni 2019   06:38 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anak, kerjaannya main mulu!!"

Pernah nggak, mendengar kalimat di atas, diucapkan orangtua yang marah-marah karena anak bermain tanpa kenal waktu. Sewaktu kecil saya juga pernah, kena semprot ibu gara-gara kelamaan main---hehehe.

Setelah menjadi ayah atau orangtua, saya sendiri juga jengah, kalau mendapati anak betah main apalagi terpapar smartphone susah diajak beraktivitas lain. Padahal, anak juga perlu beraktivitas fisik, agar metabolisme tubuh berlangsung optimal.

"konotasi main itu menghabiskan waktu' ujar Siti Syarifa, founder komunitas Ayo Main. Komunitas Ayo Main, sebuah komunitas yang memiliki misi mulia, yaitu menyebarkan virus bermain yang sesungguhnya.

Menurut Syarifah, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), telah melindungi hak anak-anak bermain, meskipun buktinya masih ada kesenjangan pengetahuan tentang bermain. Bahwa bermain, bisa dijadikan sarana untuk mengikat segala ilmu, semisal congklak ternyata bisa merangsang kepintaran anak dalam cermat berhitung/ matematika.

Coba perhatikan, media congklak yang memiliki cekungan-cekungan berisi biji, anak yang mendapat tugas mengedarkan biji, otomatis akan berhitung jumlah, agar biji terakhir dijalankan berhenti sampai lubang yang ada bijinya.

Dengan demikian, si anak akan punya kesempatan berjalan nyambung dan punya tambahan waktu mengedarkan dan biji yang ada di cekungan tabungan akan tersimpan lebih banyak -- hehehee betul kan.

Siti Syarifa -dokpri
Siti Syarifa -dokpri
ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Konon, permainan congklak, bisa melatih saraf motorik, mengasah kejelian yaitu kemampuan memisahkan biji congklak sesuai warna dan menganalisa jumlah hingga sampai lubang yang dituju. Bayangkan, dari sebuah permainan yang bernama congklak saja, ternyata punya aneka manfaat yang bisa didapatkan.

Tapi saya pikir, jenis permainan yang relatif ramah dengan latihan syaraf motorik, (sepertinya) berlaku untuk permainan tradisonal ya Kompasianer. Seperti benteng, benthik, gundu/ kelereng dan permainan tradisional lainnya, membutuhkan gerak dan ketepatan memprediksi.

Sementara untuk permainan modern, tetap kita tidak bisa menutup mata, bahwa zaman telah menderap begitu perkasa. Kalau saya, sebaiknya dibuat kesepakatan dengan anak tentang jam bermain.

-------

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Kompasianer, ternyata bermain adalah wujud dari simulasi dan eksplorasi, melalui bermain anak-anak dilatih untuk ber-imaginasi misalnya untuk profesi pilot, dokter atau profesi apapun. So, jadi tugas orang tua memaknai apa itu bermain, sehingga bisa sekaligus proses pembelajaran, ternyata ya, bermainpun ada ilmunya.

Biasanya baru pada saat  anak remaja atau sekitar 13 tahun, anak akan lebih memahami manfaat setelah masa kecil di simulasi. Bakat anak tidak serta merta ada,  menjadi kewajiban orang tua mengarahkan dengan cara bermain pada masa kecil.

Pada bagaian ini, rasanya kita para orangtua musti introspeksi, yaitu jangan sampai orangtua memberi waktu sisa, jika ingin memanfaatkan golden age (usia 0- 7 tahun). Quality Time anak dan orang tua bisa didapat melalui bermain, jadi sediakan waktu khusus bukan waktu sisa.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Dari aktivitas bermain pula, ternyata ada mutualisme terjadi antara anak dan orangtua, yaitu anak-anak butuh waktu bersama dan orangtua butuh mengetahui perkembangan anak dan menghibur diri agar bersemangat menjalani hari.

Coba saja perhatikan, saat kita orangtua bermain dengan anak, biasanya akan terbit senyum melihat polah tingkah anak-anak yang merengek atau bertingkah lucu. Dan anak, membutuhkan perhatian dari orangtuanya, sehingga tak jarang mereka Caper (Cari perhatian) -- bener kan, hehehe.

Anak sangat butuh bergerak, karena dengan bergerak bisa merangsang gerakan di seluruh tubuh dan mempengaruhi metabolisme tubuhnya. Bergerak akan mengeluarkan zat yang dibutuhkan tubuh, sekaligus merangsang perkembangan anak-anak itu sendiri.

Bermain dan bergerak bisa memberi ruang anak untuk mengembangkan diri, termasuk membangun kemampuan berpikir dan bereksplorasi. Agar ekplorasi anak optimal, jangan lupa imbangi dengan menyediakan asupan kaya serat dan zat lainnya.

Sungguh, ilmu yang sangat bermanfaat tentang bermain, menjadi referensi saya yang butuh asupan ilmu keayahan. Sayapun musti memasang benteng pada diri, agar tidak gampang marah-marah sambil ngomel "Anak, kerjaannya main mulu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun