Para tetangga dengan sikapnya yang tulus, menyapa dengan senyum yang masih saya akrabi. "Kapan datang?", "putranya sudah kelas berapa?" pertanyaan jamak sudah saya perkirakan.
Beruntung masa kekesalan sudah saya lewati, dengan satu pertanyaan puluhan tahun silam (untungnya hanya beberapa orang, sekali lagi beberapa orang, itupun yang ada hubungan darah) "Mana calonnya?"Â
Saran saya nih, bagi Kompaianer yang lebaran tahun ini, sudah memperkirakan dihujani pertanyaan tidak mengenakkan itu. Segara rubahlah sudut pandang (meski tidak mudah), bahwa orang yang bertanya sebenarnya sedang mendoakan yang ditanya.
*backtotopik - Hari pertama di Kampung sendiri, nama  dan wajah lama bermunculan di sekitar saya berada. Tidak sengaja berpapasan saat hendak ke masjid, berpunggungan ketika sedang belanja di pasar, bersebelahan ketika antre membayar zakat, bahkan siku berdempetan ketika satu shaf menjalankan taraweh, begitu seterusnya dan seterusnya.
"Lho, kamu kan...," "Lho, dulu kan kamu..." reflek kami saling mengingat, pada bagian kehidupan mana kami pernah bertemu. Kalaupun kami tidak teman sebaya, minimal adiknya atau kakaknya adalah teman saya.
Ah, semua yang berkaitan dengan masa lampau, tak habis menerbitkan rasa haru. Kembali ke tempat di masa dulu,niscaya akan menghadirkan mata kecil yang dulu pernah memandang, menjejali pikiran lampau dan memenuhi segenap perasaan.Â
Semakin rasa rindu itu diungkit, semakin mengajak pikiran menjelajahi masa dulu. Semakin rasa rindu menghampiri, bersamaan itu jua rindu itu satu demi satu tertunaikan. Pulang kampung dan hari lebaran, akan saya gunakan untuk  menunaikan rindu.