Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengatur Keuangan Sesuai Isi Kantong

14 Februari 2018   07:11 Diperbarui: 1 Maret 2018   04:12 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengatur post pengeluaran- dokumentasi pribadi

"Biaya hidup itu murah, yang bikin mahal itu gaya hidup, " ungkap Prita Ghozie

Ibu dua anak ini, mengajak peserta talkshow --kebanyakan kelahiran tahun 70 s.d 80-an--mengingat-ingat gaji pertama kali bekerja.

Masih tinggal di rumah kost, kemana-mana naik kendaraan umum, nyuci, setrika, masak, semua dilakukan serba sendiri --berlaku bagi pekerja perantau  tentunya--.

Ya,  kali pertama bekerja. Pekerjaan didapat, buah dari melamar kesana kemari, berbekal ijazah SMA atau ijasah setelah lulus kuliah. Atau mungkin, ada yang ngampus sekalian nyambi bekerja

Mendekati tanggal akhir bulan mulai girang, saat dipanggil bos masuk ruangan.  Duduk sebentar, kemudian menerima amplop berisi uang---dulu gaji belum pakai transfer---.

Saya yakin --karena juga ngalamin--, gaji pertama --biasanya -- jumlahnya belum seberapa. Apalagi kalau (maaf) tenaga rendah --saya dulu juga tenaga rendah --, gaji yang didapat bisa jadi sangat ngepas.

"Tapi cukup kan?" tanya Prita Gozie, "Setelah gaji bertambah, biasanya tambahannya ada saja"

Saya mengangguk sepakat, mencerna apa yang disampaikan narasumber. Sekecil apapun gaji pertama kali bekerja, buktinya saya bisa bertahan sampai sekarang.

Prita Gozie, finacial planer - dokumentasi pribadi
Prita Gozie, finacial planer - dokumentasi pribadi
Memang sih, kala itu makan seadanya---jarang banget pakai daging atau ayam--. Pergi kemanapun, naik angkot, naik bus kota, tak jarang jalan kaki---biasanya kalau masuk ke komplek perumahan.

Sesengsara- sengsaranya keadaan, setidaknya saat itu masih tetap bisa bertahan. Ada saja rejeki, meski untuk sekedar makan.

Mulai dari undangan ikut pengajian di masjid, bantuin tetangga kost yang hajatan, jadi panitia acara di lingkungan atau kerjabakti di RT atau kelurahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun