Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menemukenali Spektrum Cerdas Pada Anak

15 Januari 2018   20:11 Diperbarui: 15 Januari 2018   20:20 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sedang asyik bermain lego -dokpri

Setiap orang tua, pasti menginginkan memiliki anak cerdas --disamping sehat dan soleh--.  Kalau punya anak dengan otak encer, si orang tua pasti bangga, baik secara terang-terangan atau ada yang malu-malu.

Demi kebanggan tersebut, tak mengherankan, setiap tahun ajaran baru tiba, sekolah unggulan ramai diserbu pendaftar. Tempat kursus matematika, bahasa english dan atau tempat bimbel tak pernah sepi peminat.

Sebagian (besar) orang tua berpendapat, kecerdasan (hanya) bisa diukur dari nilai akademik. Seorang ibu dan atau ayah tentu sangat girang, ketika mendapati (banyak) nilai sembilan di raport anaknya --saya juga kok hehe--.

Pernah saya temui sendiri --kemudian saya tegur dengan baik-baik--, seorang ibu mengupload di sosmed, foto deretan nilai nyaris sempurna di raport anaknya.

Sembari menuangkan caption, berhamburan kalimat (seolah-olah) merendah. Namun diakhir caption, menyemangati si anak mempertahankan pencapaiannya.

Sudahlah, itu urusan masing-masing orang. Saya juga tidak tahu persis, apa yang tersirat dan tersurat di benak si ibu.

-0o0-

Dalam sebuah event pemeran pendidikan, saya pernah menyimak penjelasan dari Kak Seto Mulyadi, beliau seorang praktisi dan pemerhati anak.

Kak Seto mengungkapkan, bahwa setiap anak pada dasarnya cerdas. Setiap anak dengan keunikkannya, memiliki kecerdasan sendiri-sendiri.

Mendengar penjelasan ini, saya seperti diajak berpikir dan menyimpulkan sendiri. Sang Narasumber, memberi contoh lima nama Rudi yang dikenal dengan baik.

Seto Mulayadi -dokpri
Seto Mulayadi -dokpri
Rudi Pertama ; Seorang pembuat Pesawat terbang, bahkan pernah menjadi Mentri, kemudian menduduki jabatan sebagai Wapres dan menjadi Presiden.

"Siapa dia?" , serempat dijawab pengunjung "Rudi Habibie"

Rudi kedua ; semasa kecil, suka gunting rambut dan bereksperimen dengan nutrisi untuk rambut. Pengunjung langsung menyahut "Rudi Hadi Suwarno"

Rudi ketiga ; satu nama ini, menjadi legenda di dunia bulutangkis tanah air. Berkat kepiawaiannya, membawa nama Indonesia melambung di ajang Sea Games.

"Rudi Siapa?" tanya Narasumber , semua menjawab "Rudi Hartono"

Rudi keempat ; dia jago akting, hampir semua peran dimainkan dengan sangat baik, bersaudara dengan Roy Marten, siapa lagi kalau bukan "Rudi Salam"

Rudi kelima (terakhir) ; Urusan dapur, akan beres di tangan Rudi yang satu ini. Selain Jago masak, makanannya juga enak dinikmati.

"Rudi Choirudin" penunjung berteriak, sebelum ditanya.

Lima contoh nama di atas adalah "Rudi","Rudi" dan "Rudi", yang sudah membuktikan kecerdasannya. Setiap nama Rudi (contoh di atas) sama-sama cerdas, tapi dibidang yang berbeda-beda.

Rudi Habibie, diakui cerdas dalam membuat pesawat, namun belum tentu bisa, kalau beliau diminta berakting, atau memasak di dapur.

Rudi Hartono sangat jago di lapangan bulu tangkis, tapi belum tentu bisa mencukur rambut anaknya sendiri, atau belum tentu bisa diminta (misalnya) service mesin kendaraan.

"Spektrum Cerdas itu luas" Tegas Kak Seto

Ada yang cerdas berhitung, ada yang cerdas bahasa, cerdas visual (gambar), cerdas musik, cerdas gerak (olah raga), cerdas Sosial, cerdas diri, cerdas alam---silakan teruskan--.

Jenis-jenis kecerdasan inilah, yang musti dipahami para orang tua. Sehingga tak perlu memaksakan diri, bahwa si anak mendapat nilai sempurna pada semua mata pelajaran.

Kalau memang anak, misal memiliki keunggulan dibidang misal seni atau olah raga. Kenapa tidak difasilitasi, sehingga bakatnya bisa tersalurkan dengan baik.

Sangat penting peran sebuah kreativitas, karena IQ bukan segalanya. Masih ada Emosional Quotient (EQ), Spritual Quaitient (SQ), Creativity Quotient (CQ) dan lain sebagainya.

Dokumentasi DBA
Dokumentasi DBA
Keunggulan bidang kecerdasan pada setiap anak inilah, kelak saat dewasa akan membantunya bertahan mencari penghidupan. Bahkan, keahlian tersebut, menjadi jalan mencari penghasilan.

Coba kalau Christian Ronaldo, dulu dipaksa ibu atau ayahnya untuk cerdas matematika. Bisa jadi, tidak lahir pemain bola hebat dan mendunia saat ini.

Misalnya bintang Christine Hakim, dari kecil dipaksa orang tua cerdas berhitung. Mungkin saja, tidak akan ada aktris Indonesia yang meraih pila citra berkali-kali.

Mendidik anak, dengan cara yang menumbuhkan rasa gembira. Kegembiraan pada diri anak-anak, akan muncul pada bidang-bidang yang diminati.

Namun bukan hal mustahil, mengajari anak bidang lain melalui kegemarannya. Misalnya, anak yang suka bernyanyi, diajari berhitung dengan nyanyian. Lagu "satu ditambah Satu sama dengan dua", lagu tersebut sebenarnya berisi pelajaran berhitung.

Semua anak, pada dasarnya senang belajar. Kalau ada anak yang tidak senang belajar, maka ada yang salah adalah lingkungan atau cara belajarnya.

Ayah dan ibu yang baik, adalah ayah dan ibu yang menjadi idola anak-anaknya. So, temukenali kecerdasan pada anak anda, dukung dan terus kembangkan.- salam-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun