Ada yang cerdas berhitung, ada yang cerdas bahasa, cerdas visual (gambar), cerdas musik, cerdas gerak (olah raga), cerdas Sosial, cerdas diri, cerdas alam---silakan teruskan--.
Jenis-jenis kecerdasan inilah, yang musti dipahami para orang tua. Sehingga tak perlu memaksakan diri, bahwa si anak mendapat nilai sempurna pada semua mata pelajaran.
Kalau memang anak, misal memiliki keunggulan dibidang misal seni atau olah raga. Kenapa tidak difasilitasi, sehingga bakatnya bisa tersalurkan dengan baik.
Sangat penting peran sebuah kreativitas, karena IQ bukan segalanya. Masih ada Emosional Quotient (EQ), Spritual Quaitient (SQ), Creativity Quotient (CQ) dan lain sebagainya.
Coba kalau Christian Ronaldo, dulu dipaksa ibu atau ayahnya untuk cerdas matematika. Bisa jadi, tidak lahir pemain bola hebat dan mendunia saat ini.
Misalnya bintang Christine Hakim, dari kecil dipaksa orang tua cerdas berhitung. Mungkin saja, tidak akan ada aktris Indonesia yang meraih pila citra berkali-kali.
Mendidik anak, dengan cara yang menumbuhkan rasa gembira. Kegembiraan pada diri anak-anak, akan muncul pada bidang-bidang yang diminati.
Namun bukan hal mustahil, mengajari anak bidang lain melalui kegemarannya. Misalnya, anak yang suka bernyanyi, diajari berhitung dengan nyanyian. Lagu "satu ditambah Satu sama dengan dua", lagu tersebut sebenarnya berisi pelajaran berhitung.
Semua anak, pada dasarnya senang belajar. Kalau ada anak yang tidak senang belajar, maka ada yang salah adalah lingkungan atau cara belajarnya.
Ayah dan ibu yang baik, adalah ayah dan ibu yang menjadi idola anak-anaknya. So, temukenali kecerdasan pada anak anda, dukung dan terus kembangkan.- salam-