Tak sabar, saya segera memindahkan semua isi di tas lama. Mengisi setiap ruang, dengan buku dan alat tulis dimiliki. Memanggul tas baru dipunggung, membuat badan kecil itu seolah melayang. Senyum ayah dan anak begitu lepas, rasa sayang bermekaran di hati masing masing.
Masih banyak peristiwa lain membekas, mengingatnya menguatkan kesan ayah pribadi istimewa. Cara ayah susah diterka, demi mewujudkan keinginan buah hati tanpa berjanji.
Peristiwa puluhan tahun silam, terus membekas di kalbu anak bungsu. Sungguh lelaki sederhana berhati lembut, dengan segala keterbatasan berusaha mewujudkan mimpi.
Pada usia 70 ayahanda berpulang, meninggalkan duka mendalam bagi anak istr. Ibu adalah orang paling berduka, berhari hari dua bola mata itu tampak sembab.
'ayahmu itu, jarang marah sama ibu'
Perjalanan kehidupan ayah terurai, setelah ibu bercerita panjang kali lebar. Saya akhirnya memaklumi, musabab ayah menjadi pribadi pendiam dan lembut.
-0o0-
Setelah dewasa dan menikah, satu peristiwa menggoreskan luka tidak pernah hilang. Tahun 1966, ketika itu karir sebagai guru baru beberapa tahun dirintis. Nasib mujur enggan berpihak, terkena fitnah namanya disangkutkan organisasi dilarang pemerintah.
Imbas peristiwa berdarah di Jakarta lebih dikenal G30S/ PKI, merembet sampai daerah pelosok. Lelaki malang tidak pernah berpolitik, hatinya diliputi perasaan khawatir berlebihan. Setiap terdengar suara huru hara dari luar rumah, matanya melotot dan air mukanya berubah drastis.
Peristiwa pilu suatu sore, guru muda digelandang ke kantor polisi dan diintrograsi. Sehari semalam ditahan, pada hari kedua lelaki lugu dipulangkan. Sejak saat itu hidup tak tenang, ketakutan berlebihan seolah menyelimuti.