Mohon tunggu...
Agung Sw
Agung Sw Mohon Tunggu... lainnya -

membaca,menulis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pulau Tunda yang Menunda

21 April 2014   00:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:25 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari mulai kembali ke peraduan. Nampak nuy dan ninung sibuk dengan kameranya masing masing.HUnting sunset memang salah satu yang tak bisa terlewatkan bagi potograper seperti mereka.Perpaduan kapal yang bersandar,pohon kelapa dan tenggelamnya matahari menjadi obyek foto yang menarik.
Kembali kembali rumah pak Samlawi dalam keadaan lelah. Istrinya tengah menyiapkan makan malam kami. Setelah mandi dan bersih bersih,kami makan dengan lauk ikan tongkol, sayur dan sambal. Masakan khas pesisir batin saya. Selesai makan, kami sempatkan ngobrol bersama keluarga pak Samlawi sambil nonton televisi. Kami bercerita masih seputar pulau Tunda dan bagaimana pak Samlawi bisa sampai di pulau tersebut hingga menjadi pembuat kapal.

[caption id="attachment_303948" align="aligncenter" width="300" caption="biota laut pesisir utara"]

1397988103741522506
1397988103741522506
[/caption]

Obrolan yang menarik,namun kondisi badan yang lelah membuat kami harus istirahat dan bangun besok pagi agar tak ketinggalan kapal. Kami packing barang barang kami dan kemudian tidur.
Ayam berkokok membangunkan kami jam 6 pagi.Sarapan sudah disiapkan oleh istri pak Samlawi.Setelah mandi dan sarapan kami pamit untuk pulang. Tak lupa kami berikan uang pengganti makan dan penginapan.Tarif untuk menginap d homestay pak Samlawi bekisar 300 ribu selama 2 hari 1 malam, sudah termasuk makan.
Di dermaga kapal Tunda Ekspress sudah menunggu. Beberapa penumpang nampak bergegas menuju kapal.Kapal tersebut bisa muat 40an orang.Kapal sederhana dengan fasilitas yang sederhana pula. Seluruh penumpang sudah naik kapal. Akhirnya kami bisa pulang ke Jakarta.

Namun masalah baru muncul. Mesin kapal yang tadinya hidup mendadak mati.Teknisi kapal mencoba memperbaikinya.Setengah jam diperbaiki, mesin tak kunjung bisa menyala.Kru kapal memutuskan kapal tidak bisa menyeberang sampai mesin benar benar bisa diperbaiki dalam waktu yang tak bisa ditentukan.Beberapa penumpang memilih pulang kembali kerumah sampai mesin menyala. Kami bingung, satu satunya kapal penumpang tidak bisa berlayar.Sedangkan jadwal kapal ada lagi besok lusa. Tak mungkin kami menginap di pulau Tunda selama itu.Tak ada yang bisa kami lakukan lagi.Pulau Tunda yang menunda kepulangan kami (lagi).
Dalam keadaan gelisah, tampak disisi kiri dermaga sebuah kapal nelayan. Kapal yang tak begitu besar itu nampak mau pergi meninggalkan dermaga dengan tujuan yang belum kami tahu. Kami mencoba tanyakan tujuan mereka. Ternyata mereka hendak ke Pulau Tidung, kepulauan Seribu. Rombongan satu keluarga itu akan mengunjungi sodara mereka di pulau Tidung.Lama perjalanan sekitar 2 jam. Jadwal kapal penumpang dari pulau Tidung ke jakarta sekitar jam 12 siang. Masih ada cukup waktu.Itupun dengan spekulasi perjalanan kami lancar.Jika tidak, kemungkinan terburuk kami bermalam di pulau Tidung.

[caption id="attachment_303949" align="aligncenter" width="300" caption="pondok snorkling di dermaga"]

13979882261452430094
13979882261452430094
[/caption]

Tak ada pilihan lain, kami minta ijin ikut menumpang kapal tersebut kepada si empunya hajat. Mereka mengijinkannya. Dan kamipun naik di dek bagian paling belakang.Kapal hanya muat beberapa orang saja. Biasanya kapal itu disewa untuk keperluan mancing.
Ada 3 anak kecil, 3 perempuan dewasa dan 4 pria dewasa didalam kapal termasuk nahkoda dan satu kru kapal.Kapal itu tak dilengkapi dengan pelampung untuk penumpang.Jadilah kami was was.Dan hanya bisa berdo'a agar selamat sampai tujuan.
Kapal bergerak melaju membelah gelombang samudera nenek moyang. Sang Nahkoda sibuk mengarahkan kapal. Penumpang sibuk menjaga keseimbangan sambil pegangan. Beberapa kali kapal kami menghujam ombak besar.Air laut masuk ke kapal. Kapal seperti dibanting kekiri  dan kekanan. Terkadang ujung depan kapal naik dihantam gelombang. Terkadang menukik tajam. Sungguh pengalaman luar biasa. Tak tau apa yang akan terjadi jika saja kejadian buruk menimpa kami. Nampak penumpang lain tak sedikitpun terlihat panik dengan kondisi tersebut. Mungkin mereka sudah terbiasa.

[caption id="attachment_303954" align="aligncenter" width="300" caption="sayonara Pulau Tunda"]

1397988503288597830
1397988503288597830
[/caption]

Mendung tebal menyambut kami di pulau Tidung. Kapal bersandar di dermaga.Kami tanyakan berapa ongkos yang harus kami bayar, namun mereka menolaknya.Ongkospun akhirnya kami berikan ke nahkoda untuk sekedar membeli rokok.
Kami bergegas menuju dermaga pemberangkatan.Waktu itu ada kapal milik dishub yang sebentar lagi berangkat. kali ini bukan kapal kayu, namun kapal cepat semacam speedboat yang bisa mencapai Jakarta dalam waktu 40 menit.Memang tarifnya mahal,sekitar 50 ribuan untuk tujuan Jakarta,tapi itu sesuai dengan kecepatan dan fasilitas yang ada.

Tak lama kami menunggu, penumpang menuju kapal Dishub yang muat kurang lebih 20 orang.Didalam kapal posisi penumpang seperi naik bis. Kanan kiri 2 kursi. Setelah pendataan penumpang, kapal pun melaju dengan kecepatan tinggi menuju daratan Metropolitan.

Dan kami pulang, kami akan selalu pulang meskipun Pulau Tunda menundanya :) .***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun