Mohon tunggu...
Agnes Irawati Kother
Agnes Irawati Kother Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Psikolog Klinis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Takut Bepergian?

30 Agustus 2020   23:07 Diperbarui: 30 Agustus 2020   23:02 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB. Saat hendak beranjak ke tempat tidur, mendadak terdengar dering HP. Sebagai seorang Psikolog Klinis, kejadian ini bukanlah pertama kalinya, apalagi di masa Pandemi Covid-19 ini. 

Di seberang sana, terdengar suara seorang wanita dengan nafas terengah-engah memperkenalkan dirinya dan tujuannya untuk melakukan telekonseling darurat. Ella (bukan nama sebenarnya) mengatakan bahwa dirinya sedang berada di Bandara Sutta dan sebentar lagi pesawat akan boarding. 

Eksekutif muda ini melaporkan bahwa dirinya seketika mengalami cemas, takut mati dan tidak bisa mengendalikan diri saat mendengar panggilan boarding. Waktu yang tersedia hanya sekitar lima belas menit guna menolongnya untuk terbebaskan dari serangan paniknya agar Ella bisa dengan tenang berjalan ke pesawat yang akan take-off ke Bali dalam waktu kurang dari setengah jam.

Ella mengalami apa yang dinamakan dengan Gangguan Panik dengan gejala aerophobia. Aerophobia berasal dari bahasa Yunani "aero-" (gas/udara) dan "phobos" (ketakutan akan udara)1. 

Aerophobia, atau dikenal juga dengan istilah aviophobia, merupakan kondisi ketakutan yang tidak rasional (abnormal) dan persisten yang dialami oleh seseorang saat melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, baik terhadap ruangan kabin yang tertutup, kerumunan penumpang, turbulensi maupun pengalaman saat pesawat lepas landas dan mendarat. Gangguan ini diklasifikasikan ke dalam Gangguan Kecemasan. Penderita aerophobia biasanya menghindari bepergian dengan menggunakan pesawat terbang2.

Ella tidak sendirian. Diperkirakan sekitar 20% orang dewasa yang melakukan perjalanan dengan pesawat  terbang mengalami kondisi ini2. Sekitar 33-40% dari populasi manusia mengalami kecemasan dalam berbagai bentuknya sehubungan dengan pengalaman terbang di ketinggian. 

Ada 60% penderita mengalami kecemasan menyeluruh selama berada di dalam pesawat terbang (dan sewaktu menuju ke dalam pesawat ) yang bisa diatasi sendiri dengan mudah. Sekitar 2,5-5% populasi mengalami kecemasan asli atau takut terbang yang diklasifikasikan sebagai fobia klinis. 

Rata-rata orang melaporkan bahwa takut terbang pertama kalinya mereka rasakan rata-rata di usia dewasa, sekitar 27 tahun. Data statistik menunjukkan bahwa gangguan kecemasan ini cukup umum didapatkan dan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup seseorang. Takut terbang bukanlah sesuatu hal yang tidak penting atau tidak relevan secara statistik3.

 Penderita seringkali menghindari obyek atau situasi spesifik walaupun mereka menyadari bahwa ketakutan mereka adalah irasional. Data statistik menunjukkan bahwa kemungkinan meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang komersial di antara tahun 2012-2016 adalah 1/3,37 milyar. 98,6% dari kecelakaan tersebut tidak berakibat fatal. Dari 140 kecelakaan pesawat yang terjadi selama tahun 2012-2016, hanya dua yang fatal (1,4%). 

Kematian akibat kecelakaan pesawat terbang komersial hanya 1/20 juta penerbangan. Data Statistik yang dikeluarkan oleh Arnold Barnett dari MIT bekerja sama dengan Federal Aviation Administration menunjukkan bahwa industri penerbangan telah meningkatkan keamanan penumpang sebanyak lebih dari 20x dalam lima dekade terakhir4.

Di dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi 5), Aerophobia diklasifikasikan ke dalam Fobia Spesifik (DSM-5 300.29 / ICD-10-CM Multiple Codes). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun