Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenangan Seorang Sahabat (2)

19 Agustus 2016   12:05 Diperbarui: 19 Agustus 2016   12:17 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : pixabay.com

Burung-burung dengan ramainya mengudara bebas membentuk formasi. Langit luas yang elok semakin lengkap dengan pemandangan yang demikian hebatnya. Beriringan sembari bersiul dengan suara khasnya mereka mengudara terbang bebas. Mata ini tidak henti-hentinya memandang, lidah ini tidak henti-hentinya memuji keindahan alam.

Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras. Dor! Satu burung terjatuh langsung ke bawah. Iring-iringan burung dengan formasinya bubar seketika. Semua terbang tidak beraturan kesana kesini. Berusaha menyelamatkan diri masing-masing tanpa peduli siapa gerangan yang terjatuh. Nasib naas harus diterima oleh seekor burung yang tertembak. Burung itu masih berusaha untuk kembali terbang walaupun tidak tinggi dan harus terjatuh kembali karena lukanya. Tidak ada yang mampu menolongnya dari terkaman pemburu. Semua teman-temannya yang sedari tadi bersama harus lari dan bersembunyi sejauh mungkin.

Sang pemburu menghampiri dan mengambil hasil buruannya yang jatuh. Dengan menggenggamnya halus. Saat itu tiba-tiba seekor ular menghampiri dan menggit kakinya. Sang pemburu langsung melepas buruannya. Masih bisa sedikit terbang walaupun tidak tinggi seekor burung tersebut mencoba untuk kembali pada temannya. Bersiulan entah memberikan kode kepada siapapun ia berusaha untuk terus berlari dari kejaran sang pemburu.

*

 Acara pertemuan tersebut berlangsung meriah. Kami semua bersuka riang bersama sembari menikmati indahnya alunan musik yang tersedia. Ada dari beberapa kawanku ingin mengisi acara stand up. Tidak ada yang tertawa justru cemoohan sembari melempari dengan sisa bungkus makanan yang tersedia di meja.

Beberapa atraksi juga dilakukan oleh temanku. Ia mencoba menjadi seorang bartender dengan memutar-mutar botol. Namun sial nasibnya, botol yang ia putar akhirnya harus jatuh dan pecah. Semua orang yang berada di ruangan ini menikmati suasana. Bersuka ria dan tertawa setelah sekian lama tidak bisa berjumpa dan mengadakan acara demikian.

Hari semakin malam. Sunyi senyap ruangan sudah terasa. Beberapa temanku sudah memutuskan untuk pergi pulang. Aku menyalaminya dan membiarkan mereka pulang tanpa harus menahannya. Tinggal sisa beberapa orang diruangan. Goro, Bonsu, Dendi, Coker dan aku. Kami berlima masih ingin mengobrol sebentar membicarakan kegiatan masing-masing terutama Dendi yang terpisah kota dengan kami berempat.

Sudah bosan dan jenuh akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Semua membawa kendaraan masing-masing. Sepeda motor semua sudah dinyalakan dan helm sudah dikenakan. Namun sial sekali nasibku hari ini. Lagi-lagi motorku tidak bisa distarter kembali. Beberapa kali mencoba untuk menyelahnya dengan sekuat tenaga namun tak kunjung berhasil.

“Kenapa lagi motor lo nen?” Goro turun dari motornya dan menghampiriku.

“Gatau nih, gabisa. Dengusku jengkel.

“Coba sini.”  Mesta langsung mengambil alih motorku dan mencoba menstarternya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun