Mohon tunggu...
Agi Rahman Faruq
Agi Rahman Faruq Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi "A New Hope" Padam di GBK

7 April 2019   07:27 Diperbarui: 7 April 2019   14:28 1694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kate Lamb, jurnalis The Guardian menguliti kepemimpinan Jokowi selama memimpin Indonesia. Seperti yang Kate tulis di media prestisius asal Inggris, yaitu The Guardian. Menjadi headline dan topik yang cukup menarik juga tamparan bagia negara Indonesia. Dalam judul tulisanya Kate menulis "Mereka menyebutnya Jokowi adalah Obama Indonesia, tapi gagal memenuhi ekspetasi".

Kate juga melihat bahwasanya dahulu Jokowi disebut sebagai A New Hope dalam demokrasi Indonesia dan Asia Tenggara. Namun setelah memimpin, Jokowi tidak mampu menstabilkan politik Indonesia. Kebijakanya begitu abu-abu dan terkesan lemah dalam pengalaman politik Nasional apalagi Internasional.

Melemahnya demokrasi mulai terlihat dari susunan kabinetnya, dimana Jokowi dikelilingi orang-orang militer era Soeharto dan bergerak seperti ORBA pelan tapi pasti. Seperti yang dikutip dari The Gaurdian  Haris Azhar, aktivis HAM yang gencar menuntut Jokowi memenuhi janji menyelesaikan pelanggaran HAM berat masa lalu, menegaskan kali ini dia bakal golput.

" kita tidak memiliki arti, tidak ada substansinya lagi," kata Haris. dikutip dari (Kate, Lamb, 2019, Joko Widodo: how 'Indonesia's Obama' failed to live up to the hype, diakses pada tanggal 7, April 2019).

Tajam dan menukik, kate dalam The Guardian juga mengkritisi slogan kampanye Jokowi "Indonesia Maju" dalam tulisanya slogan tersebut dipertanyakan: maju kemana? Jokowi memang membangun banyak sekali infrastruktur Indonesia, namun itu hanya sebagian kecil. 

Seorang analasis dilansir dalam The Guardian menyatakan bahwa , Jokowi sebagai 'papan tulis yang kosong ideologi'. Dikutip dari (Kate, Lamb, 2019, Joko Widodo: how 'Indonesia's Obama' failed to live up to the hype, diakses pada tanggal 7, April 2019).

Elektabilitas Jokowi semakin hari semakin merosot, hukum yang begitu lemah dengan banyak sekali penangkapan para ulama dan dosen hingga para oposisi. Tuduhan kepada oposisi sebagai bibit ORBA yang Radikal justru seperti cermin yang memantul dan sedang diperagakan oleh Petahana.

Seperti yang dilansir dalam The Guardian "Saya kira, ada cukup pola perilaku kekinian untuk mengatakan penegakan hukum dipolitisasi, bahkan pada tingkat baru di bawah Jokowi," kata Liam Gammon, kandidat PhD di Australian National University. Dikutip dari (Kate, Lamb, 2019, Joko Widodo: how 'Indonesia's Obama' failed to live up to the hype, diakses pada tanggal 7, April 2019).

Media Asing ternyata ikut memantau pesta demokrasi besar di Asia Tenggara ini. Mereka akan menilai sampai mana pendidikan politik masyarakat Indonesia berkembang, sampai mana ideologinya dipertahankan? Untuk itu kecakapan pemikiran dan segala analasis harus mampu kita rasakan dan nilai dengan baik tanpa ada sedikit kebeperpihakan yang membutakan.

Di Injuri time ini, GBK (Gelora Bung Karno) tepatnya tanggal 7 April 2019 kampanye akbar kubu Prabowo dilaksanakan. Suara-suara demokrasi saling bersentuhan menarik lapisan masyarakat yang mendukung perubahan, untuk berkumpul di GBK. Kepanikan terus mencuat di kubu petahana untuk menantikan efek samping hasil dari GBK hari ini.

Ajakan untuk turun ke GBK diserukan oleh para ulama dan tokoh-tokoh politik, seperti seruan Habib Rizieq. Seruan itu dilontar Habib Rizieq langsung dari Mekkah lewat video yang diunggah di chanel YouTubu Front TV yang diposting pada Rabu (3/4/2019).

"Mari kita putihkan Jakarta, kita putihkan GBK Senayan. Kita kumpul disana yaitu mulai dari Pukul 4 pagi, untuk pelaksanaan salat subuh berjamaah," kata Habib Rizieq dilihat AKURAT.CO, Jumat (5/4/2019)

Tidak ketinggalan pendiri AQL Islamic Center, UBN (ust. Bachtiar Nasir) ikut serta menyerukan agar hadir dan berkumpul untuk aksi putuhkan Jakarta dalam acara kampanye Akbar Prabowo-Sandi yang ditulis UBN pada akun Twitternya, Jumat (05/04/2019).

Ia mengatakan, pada acara nanti, "Di sana kita berdoa, di sana kita bermunajat kepada Allah, semoga Allah berikan pemimpin yang terbaik untuk bangsa ini, dan semoga Allah menangkan pilihan kita semua," ujarnya di suatu tempat dalam rekaman video yang diunggah pada Kamis (04/04/2019).

Polling lembaga survei, bahkan Hoax yang berkeliaran akan "diputuskan" setelah kampanye akbar GBK. Masyarakat nantinya mulai mampu memutuskan secara bulat untuk menentukan pilihanya.

 Walaupun media di Indonesia masih malu-malu kucing untuk menyoroti kubu Prabowo-Sandi, tapi kekuatan masyarakatlah yang menjadi penentu keputusan bangsa ini. Bukan Media, bukan politik, atau bahkan negara lain. "Akal Sehat masyarakat, yang hanya mampu mengendalikan Garuda untuk terbang dengan semestinya".

sumber: cdn.idntimes.com
sumber: cdn.idntimes.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun