Mohon tunggu...
Agin Puspa
Agin Puspa Mohon Tunggu... Penulis - Content writer

Semua berawal dari keresahan untuk memunculkan gagasan. Penulis 'moody'-an yang demen ngopi. Kadang, cuap-cuap juga di sini: https://www.instagram.com/aginpoespa

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Terkaget-kaget dengan Hashtag Twitter

19 Mei 2020   22:56 Diperbarui: 19 Mei 2020   23:16 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media Sosial (Sumber: Pexel.com/Pixabay)

Ada yang masih main Twitter di tahun ini? Iya, Twitter si platform media sosial yang udah lama hadir sejak tahun 2006 hasil kolaborasi Evan Williams, Jack Dorsey, Christopher “Biz” Stone, dan Noah Glass. Twitter yang pada era kejayaannya, orang-orang berbondong membuat akun agar bisa ikutan eksis melalui cuitan 140 karakter. Mulai dari anak SMA yang biasa aja sampai artis-artis luar biasa pasti punya akun berlogo burung biru ini.

Rasanya, platform media sosial apa pun hampir serupa euforia kehadirannya. Nggak usah jauh-jauh, TikTok misalnya, manusia di belahan bumi mana sih yang saat ini nggak main TikTok? Ya, pasti ada sih tapi mayoritasnya hampir semua orang kenal dengan platform bernama TikTok ini. Nah, sama juga, Twitter pada era kejayaannya punya daya tarik serupa TikTok meskipun dengan ciri khas yang tentu saja berbeda.

Menurut laman Kompas, Twitter menyebutkan ada 126 juta pengguna aktif setiap harinya selama kuartal empat (Q4) 2018 lalu. Twitter sudah patut berbangga karena eksistensinya sebagai pemain lama masih memiliki pengguna aktif apalagi sudah sejak 2013 lalu pengguna Twitter terus menurun. Ya, seenggaknya nasib Twitter nggak setragis rekan sesama platform media sosial lainnya, yaitu Path. Sejak 2018 lalu, Path akhirnya menyerah dan resmi ditutup.

Hm, Konten Bermuatan Seksual untuk Engagement?

Geliat persaingan antar platform media sosial ini memang cukup menarik jika ditelusuri. Tapi, sebenarnya cukup bikin syok saat menemukan berbagai hashtag yang trending pada waktu-waktu tertentu di Twitter. Hashtag apakah itu? Apalagi kalau bukan hashtag pemersatu bangsa yang aromanya menjurus ke hal-hal seksual. Iya, semudah itu untuk menemukan konten pornografi di platform ini.

Rasanya saya nggak perlu menjelaskan secara detail tentang hal ini, tapi cukup bikin saya geleng-geleng kepala sebagai orang awam yang baru tahu sisi gelapnya media sosial. 

Tentunya sisi gelap ini bukan hanya dimiliki Twitter juga, saya cukup yakin di media sosial mana pun konten yang menjurus ke arah seksual biasanya memang lebih ‘laku’. Hanya kebetulan saja, saat saya kembali membuka akun Twitter saya di awal tahun ini kemudian menemukan beberapa hashtag vulgar yang mengarahkan kepada konten-konten seksual di Twitter.

Entah apa yang terjadi di Twitter, tapi konten-konten seperti itu banyak bertebaran. Lalu, kenapa Twitter tidak nge-banned akun-akun ini sih? Atau saking banyaknya akun-akun tersebut jadi Twitter sendiri kewalahan untuk menghapus akun-akun ini? Hmm, entahlah... atau mungkinkah untuk membuat para pengguna betah berselancar di platform ini? Nggak tahu juga, sih.

 Jujur aja, saat mencari tahu hal ini memang tidak ada informasi pasti selain teori konspirasi yang menyebutkan bahwa Twitter memang sengaja membiarkan akun-akun bermuatan seksual ini agar penggunanya betah berlama-lama di Twitter. Tapi, sekali lagi ini hanya sebuah konspirasi yang entah benar atau tidak. Mohon untuk tidak salah paham, ya.

Media Sosial Bukanlah Tempat Aman untuk Anak-anak

Kemudahan untuk mengakses dunia maya memang punya sisi positif yang serba menguntungkan jika dimanfaatkan dengan benar. Atau bisa jadi sebaliknya, memberikan dampak negatif jika tidak tepat bahkan disalahgunakan. 

Setelah mencermati berbagai media sosial, saya pribadi bisa menyimpulkan bahwa media sosial bukanlah tempat yang aman bagi anak-anak maupun remaja.

Mereka akan sangat mudah mengakses informasi apa pun, termasuk bukan tidak mungkin konten-konten menjurus ke arah seksual bisa jadi muncul di timeline atau explore-nya. 

Lebih mengerikan lagi jika orang tua tidak pernah membuka komunikasi dengan anak perihal seksualitas dan anak tidak pernah terbuka dengan aktivitas yang dilakukannya. Bukankah ini jadi bom waktu yang siap meledak kapan pun?

Rasanya, orang tua bisa melakukan langkah preventif sebelum benar-benar mengizinkan anaknya mengakses atau memiliki media sosial pribadi, diantaranya:

  • Membuka ruang untuk berkomunikasi secara intens dengan anak-anak apalagi remaja. Ini memang tidak akan mudah jika tidak dibiasakan sejak dini. Orang tua jelas punya andil besar untuk menjalin komunikasi sesuai dengan usia anak.
  • Memberikan sex education sesuai usia anak dan tidak menganggap tabu jika anak sewaktu-waktu bertanya hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas. Ini juga tidak mudah, namun orang tua haruslah menjadi sumber informasi pertama yang anak dapatkan terutama untuk hal-hal bermuatan seksual. Lagi, orang tua punya tugas besar agar mampu menyampaikan informasi dengan bijak sesuai usia anak.
  • Mendampingi anak-anak saat harus mengakses media sosial atau internet. Sekalipun orang tua telah melakukan setting untuk situs-situs tertentu, namun bukan berarti orang tua terbebas dan terlepas dari tugas membimbing saat mereka berselancar di dunia maya.
  • Sedangkan untuk remaja, berikan kepercayaan dan keterbukaan bagi mereka agar tidak sungkan bercerita atau bertanya apa pun kepada orang tua. Tidak adanya gap antara posisi anak dan orang tua dapat memberikan rasa nyaman bagi mereka. Sebagai orang tua, penting untuk memposisikan diri sebagai temannya ketika usia mereka beranjak remaja.

Rasanya agak sukar jika secara total berharap anak tidak pernah mengetahui hal-hal bermuatan seksual. Toh, beberapa aplikasi di smartphone saja seringkali memuat iklan game atau apa pun itu yang agak seronok. 

Kuncinya, merekatkan bonding dan komunikasi dengan anak sejak dini. Tentu saja sambil diiringi doa-doa perlindungan kepada Tuhan Sang Pemilik Semesta. Mari belajar lebih banyak lagi untuk bekal menjadi orang tua yang cerdas dan bijak menyampaikan informasi terutama untuk anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun