Mohon tunggu...
Ayu Gina Utari
Ayu Gina Utari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

senang menulis, sekalipun tak tahu akan jadi apa tulisannya, memerlukan banyak sekali masukan dan kritik. bercita-cita melangkahkan kaki keluar, entah itu benua asia, australia, eropa, amerika atau afrika. kelak ingin bekerja di dunia media dan kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

PKS Oh, PKS

28 Mei 2013   11:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:54 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita abaikan fakta bahwa saya seringkali membahas hal random yang seringkali dikata tak penting, atau membahas sesuatu yang agak menyimpang.

saya suka menonton televisi. rasanya kalau kelamaan tak melihat tivi itu kudetnya sudah sampai tingkat dewa. meski tak harus selalu ditongkrongi, tapi kalau sudah tahu apa yang dibahas oleh banyak media secara umu, saya bisa bernafas lega "Oh, jadi ini toh yang sedang dibicarakan". tak mesti harus selalu gosip artis, atau kisah politik, cerita pilu korban bencana, atau kisah sukses wirausaha. random saja, yang penting saya tahu.

kemudian belakangan, karena saya tinggal sementara di tempat dosen, dimana bapaklah yang berkuasa atas channel tivi yang disaksikan, maka yang saya dengar tayangannya adalah salah satu channel yang concern menayangkan berita saja; sebut saja stasiun X.

saya, yang baru-baru ini dikatai oleh teman-teman sebagai orang yang punya daya analisis yang rawan alias hampir tak bisa menganalisis sedikitpun ini; kalau tak mau dikata idiot- hendak berkata bahwa berita yang ditayangkan belakangan agak menyebalkan. mengapa?

karena yang setiap saat hampir saya saksikan adalah kisah seru seputar partai PKS. ada apakah dengan partai bernuansa islam ini? mengapa semua orang kepo banget dengan partai ini?.

seperti yang sebelumnya saya katakan bahwa saya punya daya nalar yang lebih rendah dibandin orang pada umumnya, namun tetap saja saya tidak suka menyaksikan berita yang terlalu sibuk mengekspos satu kisah, sementara yang lain ditinggalkan; atau mungkin sengaja dibegitukan agar perkara lain menjadi abu-abu, atau dilupakan publik begitu saja. Ah, jangan-jangan memang begitu ya??

beberapa bulan lalu, kita masih membahas perkara hambalang, dan Anas Urbaningrum, termasuk janjinya untuk digantung di monas kalau ketahuan ternyata ia korupsi satu rupiahpun. nyatanya tak ketahuan, Lha wong mau nyari orang yang korupsi uang satu rupiah hari gini?? nggo ngapa jal??

tak lama, media dibuat kasak kusuk dengan kisah perseteruan eyang subur dan adi bing slamet, termasuk didalamnya adi wiguna yang belakangan ini jadi seleb dadakan dan jadi sorotan dimana-mana, entah karena apa; jelasnya fakta berkata kalau ingin terkenal, berteriaklah didepan kamera sambil injak bumi.

belum lama kemudian, hampir menyusul, gonjang ganjing partai PKS, sang ketua Luthfi hasan dikabarkan korupsi impor daging sapi. sebagai orang peternakan saya merasa ini perkara politik yang cukup penting bagi kami yang tema bahasan kuliah seringkali berkisar tentang swasembada daging dan hambatan-hambatannya juga solusi apa yang sekiranya tepat, merasa cukup dikhianati juga, pasalnya kita sebagai mahasiswa diajak memikirkan bahwa swasembada daging persoalan dan hambatannya adalah bla bla bla, atau bla bla bla, namun tak pernah ada satu dosen pun yang berkisah kalau swasembada daging kelak akan berhubungan dengan dunia perpolitikan, atau ternyata ada permainan di dalamnya.

lama saya agak bersabar menghadapi berita-berita ini, yang pada akhirnya saya kembali ngedumel karena gara-gara berita ini, tak ada satupun yang nampak peduli dengan kisah hambalang, atau berita sebelumnya, apalagi mungkin kasus Century?

komentar saya saat itu hanya satu :

"Memangnya yang korupsi cuma partai PKS??".

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun