Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Esais; Industrial Profiling Writer; Planmaker

Menulislah jika harus menulis, karena kita semua manusia..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Merisau Pendidikan: Lebih dari Sekadar Sekolah

15 Oktober 2025   16:52 Diperbarui: 16 Oktober 2025   08:21 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Belajar tak lagi terikat ruang dan waktu. Era baru pendidikan membuka peluang bagi siapa pun untuk terus tumbuh. | Sumber gambar : freepik.com / benzoix

Pernah terpikir nggak, kenapa kita harus terus belajar sepanjang hidup? Udah lulus kuliah, punya kerjaan, tapi kok masih disuruh belajar lagi? Capek juga, ya.

Tapi coba bayangin, kalau dunia berubah secepat ini, gimana kita bisa tetap relevan tanpa terus memperbarui diri? Nah, di sinilah konsep pendidikan seumur hidup jadi penting banget. Bukan buat nambah ijazah, tapi buat bertahan dan berkembang di dunia yang terus melaju.

A. Pendidikan Nggak Cuma di Sekolah

Dulu, pendidikan itu identik dengan sekolah: dari TK sampai kuliah, dapat gelar, selesai. Sekarang, itu udah nggak cukup. Teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang lebih cepat dari yang bisa kita kejar.

Menurut Journal of Lifelong Learning, separuh dari pekerjaan yang ada saat ini bakal hilang dalam beberapa dekade karena otomatisasi dan teknologi. Jadi, kalau kita nggak terus belajar, bisa-bisa ketinggalan jauh.

Lihat aja contohnya: dulu siapa sangka orang harus belajar bikin konten media sosial buat marketing? Sekarang, itu jadi skill wajib.

Makanya, pendidikan nonformal seperti kursus online, webinar, atau pelatihan praktis makin dibutuhkan. Bahkan, studi dari Journal of Adult and Continuing Education bilang, pembelajaran nonformal bisa ningkatin kemampuan problem solving sampai 40%. Jadi, tanpa duduk di kelas pun, kita bisa tetap belajar hal-hal baru yang berguna langsung di kehidupan sehari-hari.

B. Belajar dengan Pendekatan Rasional

Masalahnya, sekarang terlalu banyak pilihan belajar. Kadang, kita ikut kursus hanya karena tren, bukan karena benar-benar butuh. Di sinilah pentingnya pendekatan rasional belajar dengan tujuan yang jelas dan strategi yang tepat.

Misalnya, kamu kerja di bidang marketing. Daripada ikut semua webinar digital marketing, lebih baik pilih topik yang sesuai kebutuhan pekerjaanmu.

Penelitian di Educational Research and Reviews menunjukkan, pendekatan rasional bikin kita lebih efisien dalam menyerap informasi karena fokus pada hal-hal yang relevan.
 Selain itu, cara ini melatih kita berpikir kritis: menimbang apakah topik itu penting untuk karier dan kehidupan kita, atau cuma sekadar hype.

C. Jadi Pembelajar Adaptif

Nggak semua orang punya gaya belajar yang sama. Ada yang lebih cepat paham lewat video, ada yang butuh latihan soal. Nah, sistem pendidikan tradisional jarang memperhatikan hal ini.
 Untungnya, teknologi sekarang memungkinkan pembelajaran adaptif dimana materi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing orang.

Menurut Journal of Adaptive Learning, sistem adaptif bisa meningkatkan efisiensi belajar sampai 30%. Bayangin, kayak punya tutor pribadi yang tahu persis di bagian mana kita butuh bantuan. Kalau lemah di topik tertentu, sistem langsung kasih latihan tambahan. Seru, kan?

D. Pendidikan Bukan Sekadar Gelar

Banyak orang sudah bergelar tinggi tapi masih bingung menghadapi dunia kerja. Kenapa? Karena pendidikan sering berhenti di selembar ijazah. Padahal, dunia berubah terlalu cepat untuk puas dengan pencapaian formal semata.

Seperti kata Henry Ford, "Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty."
 Zaman sekarang, kesempatan belajar ada di mana-mana: podcast, kursus daring, buku digital, video YouTube edukatif. Belajar nggak lagi harus di ruang kelas.

Penelitian dari Lifelong Learning Journal bahkan menemukan bahwa orang yang terus belajar cenderung lebih siap menghadapi perubahan, punya karier lebih panjang, dan merasa hidupnya lebih bermakna. Jadi, ini bukan soal gelar, tapi soal kemampuan beradaptasi.

E. Belajar Itu Investasi, Bukan Beban

Masih melihat belajar sebagai beban? Coba ubah cara pandangmu. Belajar itu investasi diri. Dunia berubah cepat, dan satu-satunya cara untuk tetap relevan adalah terus belajar.

Seperti kata Alvin Toffler, "The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn."Artinya, yang sukses nanti bukan yang paling pintar dari awal, tapi yang mau terus belajar, melepas kebiasaan lama, dan menyesuaikan diri dengan dunia baru.

Masa Depan Pendidikan di Era Digital

Pernah nggak kamu ngerasa, belajar sekarang nggak harus di kelas lagi? Dulu kita mikir pendidikan itu harus pakai seragam dan dengar guru ceramah. Sekarang, cukup buka laptop, kamu bisa belajar coding dari Harvard atau desain grafis dari tutor top dunia.

Era digital benar-benar mengubah wajah pendidikan. Nggak heran kalau banyak orang sukses tanpa jalur sekolah formal asalkan punya semangat belajar yang kuat dan arah yang jelas. Yuk, lihat gimana masa depan pendidikan digital yang makin seru ini.

 Kecerdasan buatan bukan sekadar alat, ia bisa jadi guru pribadi yang memahami ritme belajar tiap individu. | Sumber gambar : freepik.com /pch.vector
 Kecerdasan buatan bukan sekadar alat, ia bisa jadi guru pribadi yang memahami ritme belajar tiap individu. | Sumber gambar : freepik.com /pch.vector

A. Lebih dari Sekadar Zoom

Waktu pandemi, banyak orang belajar online pakai Zoom atau Google Meet. Tapi sering juga, membosankan. Untungnya, sekarang teknologi belajar udah jauh lebih keren.

Salah satunya lewat gamification, alias belajar dengan konsep permainan. Bayangin, belajar matematika tapi rasanya kayak naik level di game RPG!

Penelitian di Journal of Educational Technology & Society menunjukkan, metode ini bisa ningkatin motivasi belajar sampai 35% lho.

Lalu ada Virtual Reality (VR) yang bikin kita bisa "masuk" ke dalam materi. Belajar biologi sambil melihat jantung berdetak, atau jalan-jalan ke museum Louvre tanpa keluar kamar. Menurut Virtual Reality in Education Journal, keterlibatan siswa naik 50% dengan metode ini. Serius, belajar jadi kayak petualangan!

B. Pendidikan yang Dipersonalisasi

Bayangin kalau guru tahu gaya belajar kita: apakah lebih cepat nangkep lewat video, teks, atau latihan. Itulah konsep learning analytics atau pembelajaran berbasis data.
 Dengan analisis pola belajar, guru bisa menyesuaikan materi sesuai kebutuhan murid. Menurut International Journal of Artificial Intelligence in Education, pendekatan ini bisa meningkatkan hasil belajar sampai 20%.

Masa depan pendidikan akan semakin personal dan efisien, nggak lagi satu model untuk semua orang.

C. Tutor Digital 24/7

Di masa depan (atau mungkin sebenarnya sudah dimulai sekarang), tutor nggak harus manusia. Kecerdasan buatan (AI) bisa jadi "guru pribadi" yang siap bantu 24 jam.
 AI bisa mendeteksi topik yang belum kamu pahami, lalu kasih latihan tambahan atau rekomendasi pelajaran yang sesuai kemampuanmu.

Studi menunjukkan, penggunaan AI di pendidikan bisa secara signifikan meningkatkan hasil belajar. Jadi, nggak ada alasan lagi buat stuck di pelajaran yang susah.

D. Tantangan Akses dan Kesenjangan Digital

Meski teknologi menawarkan peluang besar, nyatanya belum semua orang bisa menikmatinya. Di banyak daerah, akses internet masih terbatas. Data UNESCO mencatat, lebih dari 1,5 miliar siswa di dunia sempat kesulitan belajar selama pandemi karena keterbatasan akses teknologi.

Untungnya, berbagai lembaga mulai bergerak. Pemerintah, lembaga donor, dan organisasi dunia seperti World Bank kini gencar membangun infrastruktur digital dan menyediakan perangkat belajar di wilayah terpencil. Harapannya, pendidikan digital bisa benar-benar inklusif.

E. Masa Depan yang Fleksibel dan Inklusif

Masa depan pendidikan jelas akan lebih fleksibel: bisa belajar kapan saja, di mana saja, bahkan sambil rebahan. Tapi, intinya bukan sekadar teknologi, melainkan bagaimana kita memanfaatkan teknologi untuk membuat belajar lebih efektif, personal, dan menyenangkan.

Seperti kata Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia."
 Di era digital ini, senjatanya bukan lagi buku dan kapur tulis, tapi teknologi yang memerdekakan cara kita belajar. Jadi, mau di mana pun, kapan pun, jangan pernah berhenti belajar. Dunia berubah cepat, dan hanya mereka yang terus belajar yang akan bertahan.

Maturnuwun,

Agil Septiyan Habib

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun