Akan tetapi, bagi truk-truk besar yang berton-ton beratnya ditambah masih mengangkut pasir dan batu besar sudah barang tentu hal itu akan membuat jalanan semakin sekarat.
Sekali dua kali mungkin masih kuat, tapi jika hampir setiap hari maka tinggal menghitung hari saja untuk membuat kondisi jalan hancur seperti sekarang.
Apakah hal itu tidak terpikir di benak mereka para pemilik dan penanggung jawab operasional truk-truk besar tersebut?
Padahal, aktivitas semacam ini bisa dibilang hanya mengedepankan kepentingan diri mereka sendiri dan abai terhadap hak-hak pengguna jalan yang lain.
Perilaku "Overload" Tidak Mau Rugi
Atas nama efisiensi biaya segala cara ditempuh yang ironisnya mengabaikan daya topang jalanan hingga sampai mengancam keselamatan pengguna jalan yang lain.
Sudah tidak terhitung jumlahnya truk pengangkut hebel berseliwean di jalanan dengan membawa beban yang tidak masuk akal.
Mereka tidak peduli armada mereka diperas sampai "titik darah penghabisan" demi memaksimalkan muatan yang dibawa dan menghemat biaya. Jalanan juga dibiarkan menahan beban yang tidak seharusnya.
Pada Juni 2025 yang lalu, Korlantas Polri mencatat ada sekitar 32.000 kendaraan dengan dimensi dan muatan berlebih beroperasi di seluruh Indonesia.
Saya berulang kali menjumpai peristiwa semacam ini dan memilih untuk berada jauh-jauh dari truk atau mobil yang melaju dengan membawa kelebihan beban semacam itu karena khawatir tertimpa hebel atau muatan lain yang bisa "melompat" kapan saja.
Atau amit-amit ban truk tiba-tiba meledak lalu terguling mengancam orang-orang yang melaju di dekatnya.
Hampir pasti ada insiden atau bahkan accident yang melibatkan truk pengangkut hebel yang melaju di jalanan. Entah itu kasus ban pecah atau yang lainnya.