Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amplop Jenazah dan Niat Baik yang Salah Tafsir

14 Juni 2021   21:03 Diperbarui: 14 Juni 2021   21:05 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal menghormati dan merawat jenazah sendiri hukumnya adalah fardhu kifayah. Bukan sebuah perhatian yang menuntut imbal balik bayaran.

Hal ini lambat laun justru menciptakan stigma bahwa mereka yang berasal dari keluarga tak berpunya cenderung diabaikan karena tidak cukup mampu memberikan amplop dengan isi yang layak kepada para jamaah. 

Sementara saat ada keluarga kaya yang meninggal dunia, masyarakat justru berbondong-bondong untuk mendapatkan isi amplop yang lebih banyak. Motif yang awalnya untuk ibadah telah bergeser menjadi motif ekonomi.

Mungkin lestarinya tradisi unik bin aneh tersebut turut ditunjang oleh kondisi ekonomi masyarakat sekitar yang  umumnya hidup ditengah-tengah keterbatasan. 

Sehingga saat ada salah seorang warga yang meninggal dunia hal itu pun justru menjadi ajang untuk memperoleh keuntungan. Naudzubillah. Sayangnya, para tokoh agama di wilayah setempat sepertinya tutup mata atau memaklumi tradisi ini. Meski sebenarnya tradisi itu tidak pernah dicontohkan dalam Islam.

Entah apa sebenarnya yang salah karena belakangan aktivitas yang seharusnya menjadi wujud kepedulian dan penghormatan kepada saudara seiman cenderung dibelokkan menjadi media untuk mendulang rupiah. 

Memang benar bahwa ada pengetahuan yang diperlukan perihal tata cara dan aturan yang harus diikuti. Sehingga ada skill yang terlibat disana. Tapi dalam konteks menghormati jenazah sepertinya tradisi amplopan terasa kurang relevan.

Tradisi memberikan amplop kepada jamaah mungkin awalnya dilandasi oleh niat baik dari anggota keluarga untuk berbagi dan bersedekah untuk almarhum. Hanya saja hal itu tidak semestinya dipukul rata dan diberlakukan sama untuk semua orang. 

Justru ketika dampaknya seiring waktu dirasa semakin mencederai esensi dari ibadah maka semua orang yang turut mengenal dan menjalani tradisi tersebut harus berani untuk berubah.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun