Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membandingkan "Assessment" Karyawan Tetap dan Sidang Skripsi, Lebih Seru Mana?

30 Januari 2021   09:47 Diperbarui: 30 Januari 2021   09:56 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cartenzhrd.com

Beberapa jabatan dalam pekerjaan biasanya menjanjikan pengangkatan status sebagai karyawan tetap dengan catatan karyawan bersangkutan harus melalui tahap assessment tertentu untuk menilai seberapa layak dirinya mendapatkan "label" tersebut.

Korporasi bisnis umumnya memiliki program regenerasi tenaga kerjanya melalui rekrutmen karyawan baru berstatus Management Trainee (MT), yang mana nantinya mereka ini akan ditempa sedemikian rupa sehingga memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh korporasi. Dalam kurun waktu tertentu mereka akan diberikan pengarahan, pendidikan, serta praktik kerja di lapangan sehingga lebih memahami apa yang menjadi ranah pekerjaan mereka disana.

Di penghujung waktu yang ditentukan akan tiba saatnya ketika mereka harus melalui masa pengujian untuk mengetahui seberapa jauh kualitas serta kapasitas yang mereka miliki. Mungkin jika diibaratkan dengan orang kuliahan, periode assessment untuk menjadi karyawan tetap ini lebih mirip dengan pelaksanaan sidang skripsi dimana wawasan seseorang akan benar-benar diuji disana serta kedalaman pemahaman yang dimilikinya akan mendapatkan tantangan berat.

"Ada saatnya ketika kita harus menjalani sebuah ujian untuk menilai seberapa baik diri kita dalam memahami sesuatu."

Sebagaimana layaknya periode ujian yang menentukan, kelulusan dari hal itu bisa menjadi kabar baik bagi pelakunya. Seseorang yang lulus sidang skripsi kemungkinan akan menuntaskan pendidikan kuliahnya dan mendapatkan gelar sarjana.

Selain itu mereka juga akan mendapatkan kehormatan menjalani prosesi wisuda. Sementara bagi karyawan yang masih berstatus MT atau OJT atau yang sejenisnya maka assessment merupakan periode menentukan untuk menjadikan mereka berstatus karyawan tetap atau tidak. 

Ganjaran pasca menyandang status karyawan tetap tentunya lebih menguntungkan di berbagai sisi terutama terkait aspek finansial atau yang terkait dengannya. Sedangkan apabila status itu gagal diperoleh atau dalam artian gagal saat assessment maka hal itu bisa jadi yang bersangkutan harus mencari pekerjaan di tempat lain.

Atau kalaupun tidak sampai keluar dari pekerjaan, si karyawan tadi tidak akan mendapatkan peningkatan fasilitas dari pekerjaan yang dijalaninya tersebut.

Seiring assessment karyawan tetap dan sidang skripsi disebut sebagai masa-masa paling menentukan dari perjuangan beberapa waktu sebelumnya maka tidak mengherankan apabila keduanya memberikan "sensasi" pressure yang cukup besar bagi yang menjalaninya. Kegugupan, rasa khawatir, takut, hingga panik sangat rentan menyerang seseorang yang hendak mengikuti prosesi ini.

Sebaliknya ada juga yang tetap bisa menjaga rasa percaya dirinya tatkala harus menghadapi cecaran pertanyaan dari "dewan penguji". Mereka yang memiliki bekal kesiapan dan wawasan yang mumpuni serta ditunjang kepercayaan diri biasanya akan memiliki kesempatan lebih besar untuk melalui ujian tersebut dengan mulus.

Namun jikalau harus membandingkan sensasi yang ditimbulkan oleh keduanya maka mana sekiranya yang lebih seru?

Pentingnya Kualitas Pemahaman dan Kepercayaan Diri

Sidang skripsi umumnya dilakukan dengan mendasarkan pada objek amatan dimana seseorang cenderung berstatus sebagai orang luar serta mendasarkan analisa pada teori-teori literatur yang pernah dipelajari pada bangku kuliah. Sementara assessment karyawan tetap akan lebih banyak menyoroti persinggungan langsung seseorang dalam menjalani suatu pekerjaan serta menghadapi suatu persoalan.

Idealisme seseorang yang terjun langsung dalam praktikal umumnya sudah banyak dipengaruhi oleh kondisi realitas yang kebanyakan memang berbeda dengan teori-teori diatas kertas. Sehingga beberapa pendekatan yang dilakukan perlu juga mengalami penyesuaian di beberapa sisi. 

Melihat suatu persoalan dari sudut pandang mahasiswa yang hanya tahu dari literatur terdokumentasi sekiranya akan sangat berbeda dengan seorang pekerja yang menjalani langsung tahap demi tahap terkait pekerjaannya. Seseorang yang telah bergelut langsung dengan pekerjaan dituntut untuk mengamati lebih dalam karena dampaknya langsung dirasakan.

Hal ini berbeda dengan studi hasil skripsi yang umumnya hanya melalui tahap uji di mimbar presentasi. Dengan kata lain assessment lebih menuntut pemahaman praktikal yang lebih kompleks daripada pemahaman untuk menuliskan sebuah skripsi.

Selain itu, para penguji yang terbiasa dengan praktik di lapangan jelas akan memberikan respon berbeda dengan para penguji skirpsi yang lebih banyak bergelut dengan teori dan studi. Tentunya akan sangat berbeda tatkala menjelaskan suatu masalah dimana antara yang melakukan presentasi dengan yang menanggapi sebagai penguji sama-sama tahu kondisi yang terjadi di lapangan.

Sementara saat sidang skripsi antara yang melakukan presentasi dengan dosen penguji sama-sama tidak bergelut langsung dengan objek amatan yang menjadi materi diskusi. Mungkin mahasiswa yang melaukan presentasi sedikit lebih tahu karena mereka mambaur dengan entitas yang mereka amati. Sementara bagi dosen penguji akan lebih banyak menyoroti dari sudut pandang teori umum yang menjadi rujukan bahan ajar.

Meski tidak menutup kemungkinan ada juga dosen penguji yang pernah terlibat atau memiliki rekam jejak menjalani suatu pekerjaan terkait dengan materi presentasi yang hendak diuji. Hanya saja memang jumlahnya minoritas atau terbatas.

Terlepas dari itu semua menjalani masa assessment dan sidang skripsi bisa sama-sama membebani pikiran seseorang tatkala ia tidak memiliki keyakinan atas pemahaman yang dirinya miliki. Kepercayaan diri lahir dari kualitas pemahaman yang dimiliki oleh seseorang.

Tanpa hal itu maka dimanapun seseorang menjalani proses uji, entah saat sidang skripsi atau ketika assessment karyawan tetap, maka kedua hal tersebut akan sama-sama menjadi momok menakutkan yang ingin terus dihindari. Padahal keduanya merupakan jembatan menuju perubahan untuk masa yang lebih menyenangkan.

Namun jika ditanya mana yang lebih seru maka sepertinya assessment karyawan tetap lebih pas untuk itu karena impact-nya akan bisa kita saksikan langsung.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun