Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Sumpah Pemuda, Maulid Nabi, dan Renaissance Masa Kini

28 Oktober 2020   08:16 Diperbarui: 20 Oktober 2021   08:45 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bersyukur. (sumber: shutterstock via kompas.com)

"Kita butuh momentum untuk menciptakan perubahan besar. Momen itu sebenarnya seringkali muncul dalam keseharian hidup kita tanpa kita sadari. 

Dan momen itupun juga telah diciptakan dengan sengaja melalui hari-hari peringatan agar kita menapaktilas situasi dan kondisi masa lalu serta mengambil pelajaran darinya. Selama ini mungkin kita sering menganggapnya angin lalu. Namun sekarang kita sepertinya harus benar-benar meresapinya dalam lubuk sanubari terdalam."

Dalam rentang dua hari ke depan kita akan memperingati dua momen besar yang memiliki kontribusi luar biasa dalam mengubah jejak peradaban dunia. 

Hari ini (28 Oktober 2020) kita akan memperingati momen Sumpah Pemuda yang menandai bangkitnya kesadaran generasi muda negeri ini dalam memperjuangkan nasib bangsanya untuk terbebas dari belenggu penjajahan. 

Indonesia memang baru merdeka pada 17 Agustus 1945, akan tetapi pondasi yang melatari terwujudnya mimpi besar itu sejatinya sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. 

Salah satunya lewat momen kongres para pemuda belasan tahun sebelumnya atau lebih tepatnya pada 28 Oktober 1928. Ini menandakan bahwa periode keberhasilan atau kejayaan itu membutuhkan waktu sedari sejak bangkitnya kesadaran itu sendiri.

Pada zaman dulu sekali bangsa arab sempat dikenal sebagai sebuah bangsa yang tertinggal dari sisi peradaban. Mereka bahkan dianggap jauh terisolir dari dunia luar. Sebuah zaman yang sampai-sampai disebut sebagai zaman jahiliyah atau zaman kebodohan. Sebuah istilah yang merujuk pada realitas masyarakatnya kala itu. 

Namun kini kita melihat peradaban yang dulu begitu tertinggal itu telah merubah wajah dunia dalam artian yang sebenarnya. Melalui ajaran yang terlahir di sana bernama Islam hal itu telah menular ke berbagai penjuru dunia secara luar biasa. 

Sebuah bangsa kecil di pedalaman bahkan mampu menaklukkan imperium besar pada masanya seperti Persia, Romawi, bahkan pada akhirnya menginspirasi penalukkan Kontantinopel yang fenomenal itu. Sebuah bangsa yang melahirkan banyak pemikiran besar hingga hari ini. 

Dan itu semua tak bisa dilepaskan dari satu sosok mulia, manusia agung sepanjang zaman, Baginda Nabi Muhammad SAW. 

Seorang nabi dan rasul yang diakui oleh dunia sebagai sosok paling berpengaruh sepanjang zaman. Betapa tidak, kepribadian beliau berikut ajaran yang dibawa telah mampu mengubah bangsa yang jahiliyah menjadi bangsa yang menginspirasi dunia.

Di abad pertengahan peradaban Islam mencapai puncak kegemilangan dalam berbagai lini kehidupan. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat dan hal itu terus diedarkan ke seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia. 

Dan hal itu terjadi tidak dalam waktu singkat setelah Baginda Nabi Muhammad SAW lahir. Melainkan bertahun-tahun hingga ratusan tahun pasca wafatnya beliau. 

Namun pengajaran yang beliau wariskan telah membentuk generasi yang berkualitas tinggi sehingga mampu menghadirkan perubahan yang luar biasa. 

Konon kabarnya kemajuan bangsa-bangsa dunia tak lepas dari pengaruh peradaban Islam yang sudah lebih dulu menanamkan kesadaran itu di benak bangsa-bangsa dunia.

Sebuah era baru yang disebut Renaissance terjadi di negara-negara eropa khususnya sehingga mengubah wajah mereka sebagai peradaban yang maju pesat dan terus bertahan hingga sekarang. 

Ilustrasi gambar sumpah pemuda | Sumber gambar : tribunnews.com / diskominfo.kaltimprov.go.id
Ilustrasi gambar sumpah pemuda | Sumber gambar : tribunnews.com / diskominfo.kaltimprov.go.id

Sebuah masa yang disebut-sebut sebagai titik kebangkitan bangsa eropa telah memicu berbagai terobosan sejarah yang mengubah wajah dunia sepenuhnya. 

Apabila kita sekarang melihat bangsa barat begitu dominan dalam banyak hal, maka hal itu terjadi sebagai bagian dari kontribusi Renaissance mengubah wajah mereka. Kesadaran yang bangkit dan menjadi pondasi pengembangan peradaban yang dulunya dinilai begitu tertinggal menjadi peradaban terdepan saat ini.

Masa Bangkitnya Kesadaran

Setiap periode kejayaan akan didahului dengan momen kebangkitan. Sumpah Pemuda, Maulid Nabi, hingga Renaissance merupakan titik tolak dimulainya masa baru menuju perubahan besar. 

Berdasarkan rekam jejak sejarah itu pula kita yang hidup dimasa kini seharusnya menyadari tentang arti penting titik balik itu. 

Setiap momen peringatan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu memiliki maksud yang demikian. Kita diharapkan memetik hikmah dari sebuah perisitwa yang menginspirasi terjadinya suatu kejayaan.

Tantangan yang kita hadapi saat ini cukup besar. Pandemi COVID-19 hanyalah salah satu tantangan yang mesti bisa kita taklukkan untuk menuju masa yang lebih baik. Berulang kali kita menarasikan Indonesia kelak akan menjadi sebuah bangsa yang maju. 

Apalagi pada tahun 2045 mendatang ketika momen satu abad kemerdekaan negara ini terjadi diharapkan Indonesia sudah mampu masuk kedalam jajaran negara maju dunia. Waktunya memang masih terbilang cukup lama, tapi kesadaran atas impian besar itu haruslah dipupuk dari sekarang. 

Slogan Revolusi Mental yang dulu sempat berkumandang harus benar-benar diwujudkan dalam langkah nyata dan bukan sekadar permainan kata-kata. 

Segala bentuk pemikiran jangka pendek yang lebih mengutamakan keuntungan pribadi haruslah ditinjau ulang mengingat kejayaan sebuah bangsa itu tidak cukup diusung oleh segelintir orang saja. Butuh sebuah kesatuan dari semua elemen yang ada.

Bukan tidak mungkin pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini merupakan bagian dari rencana besar Sang Mahakuasa dalam menyiapkan bangsa ini menuju masa keemasan. Seringkali sebuah persatuan itu terwujud kala kita memiliki musuh yang sama. 

Saat Belanda menjadi musuh bersama, semua suku bangsa berkanan untuk saling bahu-membahu memperjuangkan kemerdekaan hingga akhirnya berhasil. Sedangkan sekarang ini kita dihadapkan pada musuhyang sama juga dalam rupa COVID-19.

Akankah ini bisa mengulang cerita serupa dimasa lalu dimana ending ceritanya adalah kejayaan bangsa ini? Bisa iya dan bisa juga tidak. Tergantung pada kualitas kesadaran yang kita miliki.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun