Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Prinsip Totalitas, Ubah Pekerja Kelas Dua Menjadi Kelas Dhuha

24 Oktober 2020   09:32 Diperbarui: 24 Oktober 2020   09:43 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja kasar | Sumber gambar : radarmadiun.co.id

Dari hasil tangkap yang didapat mereka digaji berdasarkan banyaknya jumlah tangkapan. Ketika kondisi baik dan hasil tangkapan melimpah, mereka akan mendapatkan imbalan yang lumayan. Namun tidak jarang mereka harus gigit jari dengan upah ala kadarnya ketika sepi hasil tangkapan. Belum lagi menilik risiko nyawa melayang ditengah lautan.

Saat berkunjung ke pasar kita pasti pernah bersua dengan para kuli panggul yang tengah sibuk mengangkat beberapa barang-barang berat seperti beras, sayuran, buah-buahan, dan sebagainya untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Keringat mereka terlihat bercucuran dimana-mana. Terlihat payah ditengah sengatan terik matahari. 

Jika dibandingkan dengan bayaran yang mereka peroleh rasa-rasanya hal itu tidak sepadan. Terutama jika dibandingkan dengan pekerja kantoran yang intensitasnya lebih ringan dari itu namun nominal gaji yang diperoleh lebih besar. 

Apadaya memang pekerja kelas dua tersebut sepertinya tidak memiliki pilihan lain karena keterbatasan yang mereka miliki. Meskipun begitu bukan berarti mereka dijauhkan oleh Sang Pencipta dengan jatah rezekinya. 

Bagaimanapun juga berbeda antara gaji dengan rezeki. Dan dalam hal ini kita akan menyaksikan betapa luar biasanya Tuhan kita merancang semua ini.

Andaikata kita termasuk dalam kategori pekerja kelas dua itu lantas apa yang bisa diperbuat? Mengeluh pada keadaan? Protes terhadap takdir? Atau tetap bersyukur atas banyak hal lain di kehidupan ini seraya terus berupaya untuk menciptakan situasi yang lebih baik? 

Idealnya memang kita tetap harus bersyukur dan terus berupaya untuk mengubah keadaan sehingga menjadi lebih baik. Namun terkadang realitasnya tidaklah semudah itu. 

Selalu ada guratan keluh kesah untuk memprotes keadaan yang terjadi. Bahkan tidak jarang menganggap Tuhan tidak adil terhadap diri kita. Hanya saja kita tetap harus berupaya menata hati dan pikiran agar selaras dengan sikap ideal tersebut.

Biarpun berstatus pekerja kelas dua hal itu tidak serta merta menjadikan kita sebagai manusia kelas dua. Kita tetaplah manusia dengan derajat yang sama. Kita telah diajarkan bahwa yang membedakan derajat itu hanyalah kualitas ketakwaan kita, bukan status ekonomi atau semacamnya. 

Sedangkan kualitas ketakwaan itu sendiri sangat luas cakupan penjabarannya. Apapun profesi yang kita geluti ada satu hal yang tetap harus kita junjung tinggi, yaitu pentingnya menjaga totalitas dalam bekerja.

"Setiap pagi ada kewajiban sedekah atas seluruh persendian dari diri kalian... Dua rakaat Dhuha sudah cukup untuk memadai hal itu."

Bahkan sampai persendian tulang-tulang pun dituntut untuk berbagi. Hal ini menandakan adanya sebuah totalitas dalam memperjuangkan jatah rezeki masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun