Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tidak Ada (Lagi) Kesempatan Kedua bagi Tim Kuda Hitam

13 Agustus 2020   07:17 Diperbarui: 13 Agustus 2020   07:16 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RB Leipzig dalam pertandingan melawan Tottenham Hotpur | Sumber gambar : www.pikiran-rakyat.com / Instagram/ @dierotenbullen

Ada yang berbeda dengan Liga Champion kali ini. Selain karena pandemi COVID-19 yang masih melanda sehingga membuat pertandingan harus digelar tanpa kehadiran penonton, UEFA selaku penyelenggara kompetisi paling akbar di benua biru tersebut juga merubah aturan kompetisi yang sudah memasuki fase delapan besar atau perempat final ini. 

Apabila pada tahun-tahun sebelumnya babak perempat final dilakukan dalam dua leg, kandang dan tandang, maka kali ini pertandingan hanya akan berlangsung sekali saja. Siapa yang kalah dalam satu pertandingan tersebut akan gugur, sebaliknya yang menang akan langsung melaju ke fase semifinal.

 Perisitiwa comeback Liverpool FC tahun lalu kepada FC Barcelona tidak akan terjadi lagi kali ini. Begitu juga La Remontada FC Barcelona atas Paris Saint-Germain (PSG) juga tidak akan berulang. Siapa yang kalah pada kesempatan pertama tidak akan memiliki lagi kesempatan kedua. 

Sehingga setiap tim yang berhasil melaju hingga fase ini harus sesegera mungkin mencapai puncak performanya. Tidak lagi menunggu leg kedua. Tidak bisa lagi menunggu keuntungan laga kandang digelar. Inilah ujian sesungguhnya untuk menuju the real champion.

Barcelona, Bayern Muenchen, RB Leipzig, Atletico Madrid, Man. City, Lyon, Atalanta, hingga PSG bukanlah tim-tim sembarangan yang berkiprah di babak 8 besar Liga Champion kali ini. Mereka telah berhasil menaklukkan lawan-lawan hebat pada fase sebelumnya. 

Diantara tim-tim tersebut nama-nama seperti Leipzig dan Atalanta termasuk sebagai tim yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di perempat final kompetisi elit ini. 

Belum tentu prestasi hebat ini bisa mereka ulangi untuk tahun-tahun mendatang. Sebuah kesempatan langka yang semestinya bisa mereka manfaatkan sebaik mungkin. 

Apalagi kedua tim tersebut sejauh ini belum memiliki rekam jejak juara di kompetisi domistik. Berbeda sekali dengan tim-tim lainnya yang sudah berulang kali mengoleksi trofi juara di liga masing-masing. Tapi disinilah salah satu sisi menariknya, tim-tim kejutan selalu menjadi tantangan besar untuk dikalahkan oleh tim-tim favorit juara. 

Semangat Now or Never barangkali telah merasuk dalam diri setiap tim "biasa" yang mampu bersaing dalam level tertinggi kompetisi. Bagi Leipzig dan Atalanta, kesempatan mereka hanyalah sekarang atau tidak samasekali. Leipzig cepat atau lambat akan ditinggal bintangnya seperti Timo Werner yang resmi berlabuh ke Chelsea. 

Leipzig di tahun depan kemungkinan tidak akan lagi sama. Apalagi pelatih bertangan dingin mereka, Julian Nagelsmann bisa kapan saja dicomot oleh tim besar lain. Mumpung sekarang ada kesempatan Leipzig harus berprestasi setinggi mungkin.

Setali tiga uang dengan Atalanta. Klub asal Kota Bergamo Italia ini "tidak biasanya" mampu mencapai prestasi tinggi seperti sekarang. Pada kompetisi Liga Italia musim ini mereka memang masih menduduki posisi elit hingga akhir musim. Tapi pencapaian mereka di Liga Champion saat ini termasuk yang terbaik dibandingkan yang terdahulu. 

Sulit untuk menyatakan bahwa prestasi hebat Atalanta ini akan mampu mereka ulangi lagi tahun depan. Dengan sokongan finansial yang tidak sekuat tim-tim besar lainnya, maka upgrade yang dilakukan Atalanta pasti juga terbatas. 

Di era sepakbola modern seperti sekarang, kekuatan finansial sebuah klub tidak bisa dipungkiri berkontribusi cukup besar dalam upaya mengejar prestasi tertinggi. Kalaupun ada kejutan maka hal itu hanyalah "riak-riak" kecil yang sulit untuk terulang pada masa-masa selanjutnya. 

Jika kali ini Atalanta dan Leipzig berhasil menciptakan kejutan itu, maka tahun depan bisa jadi ada tim lain yang melakukannya atau bahkan tidak ada samasekali. 

Semua pecinta bola pasti ingat dengan keajaiban Leicester City kala menjuarai Premier League beberpa tahun lalu. Setelah momen ajaib itu Leicester seperti kembali menjadi "biasa" lagi. Situasi serupa sepertinya juga akan terjadi pada Atalanta dan RB Leipzig.

Disaat olahraga sepakbola kehilangan salah satu ruhnya akibat keterbatasan hadirnya suporter di tribun stadion sehingga membuat tereduksinya sisi nonteknis yang mempengaruhi atmosfer pertandingan, kejutan-kejutan pertandingan seperti berkurang intensitasnya pasca ketidakhadiran suporter untuk menyemangati langsung para pemain yang bertanding di lapangan. 

Kejutan-kejutan yang dipertontonkan oleh Atalanta dan RB Leipzig barangkali sedikit mengobati kerinduan para pecinta bola terhadap unsur-unsur kejutan itu. Namun sampai sejauh mana? Dan sepertinya kejutan itu sudah menghilang dari tim Atalanta pasca tim tersebut gugur oleh PSG beberapa saat lalu. 

Atalanta yang sempat memimpin satu gol sampai penghujung laga akhirnya harus mengakui keunggulan Neymar dkk pasca 2 gol di menit-menit akhir laga menerjang gawang Atalanta. Waktu normal habis. Tanpa perpanjangan waktu. Satu lagi yang menyakitkan, tidak ada leg kedua. Inilah satu-satunya kesempatan para tim 8 besar untuk meraih kejayaannya. Mereka yang lengah sekejap saja akan "dihukum" dan tidak akan punya lagi kesempatan untuk membalas.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun