Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi Covid-19 (Mungkin) Ulah Dajjal, Ini Alasannya...

29 Mei 2020   11:19 Diperbarui: 29 Mei 2020   11:31 1972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada konspirasi dibalik pandemi Covid-19? | Sumber gambar : suakaonline.com

Akan ada sebuah masa di akhir zaman ketika datang sebuah fitnah besar bagi umat manusia. Fitnah itu adalah sebesar-besarnya fitnah yang melanda umat manusia. Kehadirannya merupakan pertanda bahwa kiamat sudah sangat dekat. Menusia benar-benar menemui ujian "akhir" dengan level yang jauh lebih sukar ketimbang yang pernah dihadapi sebelum-sebelumnya. Ujian yang memastikan apakah seseorang benar-benar beriman kepada Tuhannya atau berpaling oleh sesuatu lain yang fana dan lemah. Itulah masa ketika "Antichrist" atau "Al Masih Ad Dajjal" atau "Juru Selamat Palsu" hadir kedapan umat manusia secara langsung. Ia muncul dengan sosoknya yang asli, bukan sekadar simbol-simbol mata satu ataupun melalui propaganda para pengikutnya. Saat itulah manusia melewati periode terberat dalam kehidupannya.

Permasalahannya, Dajjal tidaklah muncul dengan tiba-tiba. Ada rentetan peristiwa yang menjurus pada upaya pelepasan dirinya setelah sekian lama dibelenggu. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Dajjal dibelenggu di sebuah pulau terpencil, dengan tubuh terantai. Ia terus berupaya melepaskan diri dari jeratan itu dari waktu ke waktu namun masih belum berhasil karena memang ada saatnya kelak dimana ia terlepas dari belenggunya itu. Terdapat beberapa hal yang menjadi indikasi dari semakin dekatnya kebebasan Dajjal dari "sangkar"-nya. Menyarikan dari berbagai sumber, pandemi COVID-19 yang terjadi sekarang bisa jadi merupakan bagian dari rencana besar Dajjal untuk melepaskan diri dari jeratan yang membelenggu dirinya melalui aksi tangan-tangan para pengikut setianya. Berikut ini adalah empat hal yang secara "teori" mengindikasikan tentang keberadaan ulah Dajjal dibalik situasi pandemi yang tengah terjadi saat ini.

1] Suara Adzan yang "Terancam" Hilang dari Peredaran

Adzan merupakan salah satu wujud eksistensi umat Islam dalam menunaikan ibadah sholat. Ibadah yang disebut-sebut sebagai tiang agama. Tidak hanya itu, adzan dalam keyakinan beberapa kalangan memberikan kekuatan pada "rantai" yang membelenggu tubuh Dajjal. Sebuah cerita masa kecil dari orang tua zaman dulu, Dajjal yang diikat oleh sebuah rantai besar terus-menerus mengigigiti rantainya agar putus. Tapi setiap kali usahanya mendekati berhasil, suara adzan berkumandang sehingga memulihkan kembali keutuhan rantai belenggunya. Dajjal pun harus mengulang lagi usahanya dari awal. Saat sudah mendekati berhasil, kembali suara adzan berkumandang dan membatalkan jerih payahnya yang hendak memutus rantai tersebut. Begitu seterusnya hal itu terjadi dan Dajjal akan tetap gagal lepas dari belenggu yang menjerat sampai suara adzan menghilang dari peredaran. Bagi Dajjal, kuncinya adalah bagaimana agar supaya suara adzan tersebut tak lagi berkumandang. Dalam hal ini maka disusunlah rencana besar itu.


Adzan pada umumnya dikumandangkan di musholla-musholla atau masjid-masjid setiap awal waktu sholat. Subuh ke Dhuhur, Dhuhur ke Ashar, Ashar ke Maghrib, Maghrib ke Isyak, dan Isyak ke Subuh. Dari satu wilayah terus bergeser ke wilayah lainnya. Hingga konon seluruh dunia saling bertautan satu sama lain dan sambung-menyambung terkait kumandang waktu adzan ini yang membuatnya seakan tanpa henti dari hari ke hari, waktu ke waktu, layaknya mata rantai yang saling bertautan di seluruh dunia. Dan Dajjal harus memutus matai rantai itu. Tentunya dengan sebuah rencana luar biasa yang barangkali tidak seorangpun bisa menyangkanya. Sebuah upaya yang membutuhkan keterlibatan kekuasaan besar di belakangnya. Sehingga disinilah diperlukan peran dukungan sang pengikut setia. Yang merancang sebuah pandemi penyakit untuk menginfeksi seluruh dunia sehingga munculah kebijakan antisipasi seperti lockdown hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Peraturan social distancing digalakkan, tempat-tempat usaha dilarang beroperasi, dan tempat ibadah seperti masjid dan musholla harus ditutup dari kegiatan keagamaan yang menyedot kerumunan manusia dalam jumlah banyak. Tak ayal masjid pun sepi dan beberapa tempat suci ini tidak mengumandangkan adzan samasekali. Rencana memutus mata rantai adzan mulai menemukan titik terang. Tinggal "dimainkan" lebih lanjut.


2] Masjid-masjid Megah Mulai Ditinggalkan Jamaahnya

Dajjal muncul di akhir zaman. Dan salah satu ciri akhir zaman benar-benar memasuki periode akhir adalah saat ada begitu banyak bangunan masjid megah didirikan akan tetapi isi didalamnya kosong melompong. Sepi dari jamaah. Kemungkinan hal ini terjadi ada dua sebab. Pertama, umat Islam memang enggan datang ke masjid karena malas atau sejenisnya. Kedua, para jamaah "takut" untuk datang terkait adanya larangan pemerintah dan kemungkinan terjadinya penularan penyakit saat berkungjung kesana. Dalam hal ini, kondisi pertama bisa dibilang hanya berlaku sebagian. Karena masih cukup banyak kaum muslim yang begitu bersemangat untuk memakmurkan masjid. Sedangkan penyebab kedualah yang belakangan ini tengah menemukan momen kejadiannya. Masjid menjadi salah satu tempat yang tidak diizinkan "beroperasi" oleh pihak berwenang selama masa pandemi. Bahkan fatwa agar beribadah dari rumah sudah diterbitkan oleh lembaga terkait. Secara tidak langsung hal ini membuat masjid-masjid seolah "ditinggalkan" para jamaahnya.


3] Ka'bah Sepi Pengunjung

Biasanya, setiap tahun, setiap hari, bahkan setiap detik senantiasa ada saja kaum muslim yang beribadah di sekeliling Baitullah atau Ka'bah yang suci di Masjidil Haram. Sepinya Ka'bah menjadi indikasi bahwa zaman akhir sudah dekat. Bahkan jikalau dalam beberapa tahun berturut-turut kejadian semacam ini terjadi, maka Allah SWT akan mengangkat Ka'bah dari keberadaannya di bumi. Bisa dibayangkan apa yang terjadi ketika kiblat utama umat Islam menghilang dari lokasinya berada saat ini. Umat akan kehilangan arah dan pijakan kemana harus menghadapkan wajahnya kepada Sang Khaliq.

Dan realitas Ka'bah sepi itu bukan omong kosong belaka. Baru-baru ini hal itu benar-benar terjadi pasca merebaknya pandemi virus corona COVID-19. Tumpukan jamaah haji dan umrah ditengarai bisa menjadi sumber penyebaran virus antar tubuh manusia. Sehingga untuk menekan kemungkinan itu terjadi mau tidak mau akses ke Ka'bah harus benar-benar disterilkan. Apabila COVID-19 memang didesain salah satunya untuk membuat sepi lingkungan sekeliling Ka'bah maka sepertinya hal itu sudah menemui titik keberhasilannya.


4] Jumlah Laki-laki Berkurang Akibat Serangan Virus Corona COVID-19

Sebuah pemberitaan yang dilakukan beberapa media menyebutkan bahwa tingkat infeksi COVID-19 memiliki peluang lebih besar menimbulkan kasus fatal pada laki-laki. Artikel saya sebelumnya berjudul "Inilah Alasan Mengapa Pria Lebih Banyak yang Meninggal akibat Covid-19" memberikan data-data dan informasi terkait kecenderungan kasus fatal COVID-19 terjadi pada mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Beberapa kondisi seperti gaya hidup, kebiasaan kurang baik, kepedulian terhadap kesehatan diri, sistem imun, kondisi hormon dan kromosom turut memberi andil terkait mengapa laki-laki lebih rentan terkena kasus fatal COVID-19 ketimbang kaum perempuan.


Fakta tersebut seolah menyelaraskan salah satu tanda kiamat sudah dekat yaitu jumlah populasi laki-laki lebih kecil dari populasi perempuan. Lebih banyak kaum pria yang meninggal itu artinya populasi wanita lebih besar dari pria akan semakin mendekati kenyataan. Secara tidak langsung COVID-19 turut memberi andil terkait pembuktian satu per satu tanda akhir zaman sudah memasuki tahap akhir.

Keempat hal tersebut hanyalah pandangan pribadi saya setelah memperhatikan beberapa fenomena yang terjadi belakangan ini serta menilik beberapa referensi dan perkataan beberapa orang tua dulu. Namun semua itu "hanya" sebatas tanda yang menjadi peringatan bahwa kita hidup di sebuah masa yang mendekati akhir peradaban. Bagaimanapun juga dari hari ke hari kiamat akan semakin dekat dan kita tidak bisa menyangkal hal itu. Kita tidak bisa membatalkan terjadinya kiamat. Termasuk tanda-tanda yang menyertainya hanya bisa kita tadaburi. Kita sebatas mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang ada. Melihat kedalam diri sendiri dan bertanya, apakah kita sudah benar-benar siap tatkala saat itu tiba?

Jangan-jangan selama ini kita hanya berharap dari hari ke hari bahwa kiamat tidak akan kunjung datang. Dajjal tidak segera muncul. Padahal semua itu adalah sesuatu yang dijanjikan pasti akan terjadi. Entah kapan waktunya. Tugas kita hanyalah mempersiapkan diri. Memperbaiki ibadah, memperbaiki diri, dan berbuat baik kepada sesama. Mungkin memang benar bahwa COVID-19 adalah bagian dari rencana besar yang menggiring kita semua pada periode menuju akhir itu. Tapi mungkin juga tidak, bahwa kita diingatkan harus berbenah dalam banyak hal di kehidupan ini.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun