Dalam sosialiasi tersebut seseorang diperkenalkan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan maskulinitas. Lelaki yang paling top adalah mujahid. Seorang fighter yang bertempur membela  Islam (jihad). Dalam desertasi tersebut disampaikan istilah hegemoni maskulinitas, atau gagasan bahwa menjadi mujahid adalah status sosial tertinggi untuk laki-laki muslim. Jadi aksi terorisme bermotif agama sebenarnya didasari oleh hasrat untuk merasa bernilai status sosial tinggi daripada melalui pemikiran nilai-nilai agama yang mendalam.
Respon Pemerintah
Apa respon yang diberikan pemerintah terkait aksi peledakan ini? Melalui Staf Khusus Kepresidenan Bidang Komunikasi Fadjroel Rachman, bahwa presiden bersikap tegas terkait aksi ini dan beliau tidak memberikan toleransi terhadap pelaku. Pemerintah akan melindungi setiap warga negaranya dari kemungkinan tindakan-tindakan terorisme. Kapolri Jendral Polisi Idham Aziz juga menyampaikan bahwa segenap masyarakat harus turut waspada terhadap aksi serupa. Hal ini tentunya sebuah respon wajar tapi mungkin cenderung normatif. Bentuk tindakan nyata untuk penanggulangan terorisme apakah sebatas pada kewaspadaan semata?
Jika mengacu pada desertasi Noor Huda Ismail terkait akar penyebab utama seseorang belaku teror adalah tentang hegemoni maskulinitas, maka paradigma maskulinitas itu haruslah diluruskan. Mau tidak mau hal ini akan menyangkut pendidikan karakter dan pembangunan pola pikir. Sepertinya hal inipun masih membutuhkan kajian yang mendalam terkait cara yang tepat untuk meredam pemahaman tentang maskulinitas yang berujung pada tindakan teror. Semoga pemerintah mampu mengambil langkah yang tepat untuk menanggulangi hal ini.
Salam hangat,
Agil S Habib