Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kado untuk Kapolri Baru dan Hegemoni Maskulinitas di Balik Aksi Bom Medan

14 November 2019   14:29 Diperbarui: 14 November 2019   14:33 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi ledakan bom di Polrestabes Medan | Sumber gambar : newsmaker.tribunnews.com

Dalam sosialiasi tersebut seseorang diperkenalkan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan maskulinitas. Lelaki yang paling top adalah mujahid. Seorang fighter yang bertempur membela  Islam (jihad). Dalam desertasi tersebut disampaikan istilah hegemoni maskulinitas, atau gagasan bahwa menjadi mujahid adalah status sosial tertinggi untuk laki-laki muslim. Jadi aksi terorisme bermotif agama sebenarnya didasari oleh hasrat untuk merasa bernilai status sosial tinggi daripada melalui pemikiran nilai-nilai agama yang mendalam.

Respon Pemerintah

Apa respon yang diberikan pemerintah terkait aksi peledakan ini? Melalui Staf Khusus Kepresidenan Bidang Komunikasi Fadjroel Rachman, bahwa presiden bersikap tegas terkait aksi ini dan beliau tidak memberikan toleransi terhadap pelaku. Pemerintah akan melindungi setiap warga negaranya dari kemungkinan tindakan-tindakan terorisme. Kapolri Jendral Polisi Idham Aziz juga menyampaikan bahwa segenap masyarakat harus turut waspada terhadap aksi serupa. Hal ini tentunya sebuah respon wajar tapi mungkin cenderung normatif. Bentuk tindakan nyata untuk penanggulangan terorisme apakah sebatas pada kewaspadaan semata?

Jika mengacu pada desertasi Noor Huda Ismail terkait akar penyebab utama seseorang belaku teror adalah tentang hegemoni maskulinitas, maka paradigma maskulinitas itu haruslah diluruskan. Mau tidak mau hal ini akan menyangkut pendidikan karakter dan pembangunan pola pikir. Sepertinya hal inipun masih membutuhkan kajian yang mendalam terkait cara yang tepat untuk meredam pemahaman tentang maskulinitas yang berujung pada tindakan teror. Semoga pemerintah mampu mengambil langkah yang tepat untuk menanggulangi hal ini.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun