Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

3 Alasan di Balik Terpilihnya Puan Maharani Menjadi Ketua DPR

4 Oktober 2019   07:20 Diperbarui: 4 Oktober 2019   07:33 2648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puan Maharani Dilantik Menjadi Ketua DPR RI Periode 2019 -- 2024 | Sumber gambar : www.kompas.com

Masih hangat dalam ingatan terkait pemberitaan terpilihnya Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI Periode 2019 -- 2024. Tidak sedikit yang bertanya-tanya dan meragukan terpilihnya putri dari mendiang Taufik Kiemas ini. 

Terlebih saat masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) sepak terjangnya hampir tidak pernah terlihat. Belum terlihat terobosan atau program luar biasa dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta pembangunan karakter anak bangsa yang unggul.

Puan Maharani yang juga merupakan putri dari Presiden Republik Indonesia (RI) ke-5, Megawati Soekarnoputri, lebih banyak dikenal publik sebagai putri presiden perempuan pertama di Indonesia. Jejak perjalanannya sebagai politisi tidak bisa dibilang luar biasa, kecuali saat ia berurai air mata ketika pemerintahan era Presiden SBY hendak membuat kebijakan menaikkan harga BBM. 

Air mata Puan Maharani "meleleh" karena mengisi rakyat kecil yang harus menanggung beban berat kenaikan harga BBM. Namun entah kenapa tangisan itu tidak pernah terjadi lagi pada masa Presiden Jokowi selaku "teman" satu partainya di PDI-Perjuangan. 

Padahal pemerintahan era Presiden Jokowi sudah berkali-kali manikkan harga BBM, dan itupun kebanyakan dilakukan secara tiba-tiba tanpa wacana seperti halnya era Presdien SBY dulu. Selain itu, Tarif Dasar Listrik (TDL) pun juga mengalami situasi serupa. 

Aneh bin ajaib, Puan Maharani tidak lagi menangis. Mungkin beliau beranggapan bahwa rakyat pada masanya kini sudah lebih makmur dibandingkan era Presiden SBY dulu, sehingga tidak perlu "dikhawatirkan" lagi.

Puan Maharani memang salah seorang petinggi di partainya dan juga terpandang diantara para politisi tanah air. Akan tetapi hal itu belum bisa menutupi keraguan terkait keterpilihannya sebagai ketua DPR. 

Apakah ia terpilih karena memang kapasitas dan kapabilitasnya benar-benar mumpuni sebagai pemimpin para wakil rakyat? Ataukah ada hal lain dibalik keterpilihannya menduduki posisi terhormat ini. Setidaknya ada tiga alasan yang cukup "berkontribusi" terhadap terpilihnya Puan Maharani menjadi ketua DPR RI periode 2019 -2024.

Trah Soekarno

Sudah bukan rahasia lagi kalau sosok presiden pertama RI, Bung Karno, masih begitu dihormati masyarakat Indonesia. Orang-orang begitu kagum kepadanya berikut rekam jejaknya sebagai salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Ideologinya lugas, pemikirannya tegas, dan pandangannya juga luas. 

Gambaran ideal dari sosok pemimpin yang memang pantas ditiru generasi-generasi penerus. Ketika kita membicarakan tentang beliau, maka yang paling terngiang adalah sosoknya sebagai negarawan besar dan pemimpin yang mampu menjangkau seluruh kalangan. 

Secara tidak langsung, orang-orang dekat beliaupun "tertular" berkahnya juga. Anak-anak beliau dipandang memiliki semangat serupa. Terbukti pada masa-masa awal kemunculan Megawati publik begitu antusias menyambutnya. PDI-Perjuangan yang didirikan oleh Megawati pada awal berdirinya sudah mampu berbicara lantang di percaturan politik tanah air.

"Berkah" serupa sepertinya ikut dirasakan oleh cucu mendiang Presiden Soekarno ini. Puan Maharani menapaki jabatan politik yang strategis. Pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PDIP di DPR RI Periode 2012 -2014, menjabat sebagai Menko PMK pada Kabinet Kerja I, dan kini ia dipercaya menduduki posisi Ketua DPR RI Periode 2019 -- 2024. Sedikit banyak, trah Soekarno yang ada pada dirinya  telah "mengantar" Puan Maharani pada posisinya saat ini.

Putri Megawati

Presiden RI Ke-5, Megawati Soekarnoputri, dikenal luas sebagai "ibunya wong cilik". Simpatisan beliau cukup banyak tersebar di daerah-daerah. Bahkan beliau selalu dipercaya menahkodai PDI-Perjuangan sebagai ketua umum partai hingga saat ini. Meski pada awal kemunculannya dulu beliau "menumpang" nama ayahnya, almarhum Soekarno, tetapi kini beliau merupakan politisi senior yang disegani banyak kalangan. 

"Tangan dinginnya" telah berhasil mengantarkan beberapa kader partai menempati posisi-posisi penting pejabat publik di negeri ini. Risma, Jokowi, atau Ganjar Pranowo merupakan beberapa nama yang melejit menjadi pemimpin daerah saat menjadi bagian dari "anak asuh" di partainya. Bahkan seorang Presiden Jokowi pun tidak lebih dari "petugas partai" yang secara langsung ataupun tidak langsung harus "tunduk" kepadanya.

Dengan kemenangan pemilu legislatif serta presiden berada pada kubu Megawati, maka jalan lapang pun seakan terbuka lebar bagi Megawati meluncurkan manuver politiknya. 

Sang putri tercinta, Puan Maharani, berhasil diantarkan menduduki orang nomor satu di legislatif. Sungguh merupakan wujud kasih sayang nyata seorang ibu.

Orang Dekat Jokowi

Menjadi orang dekat pada umumnya akan menghadirkan banyak "keuntungan". Sebagai orang nomor satu di pemerintahan tentunya kuasa yang dimiliki cukup besar. 

Kata-kata sederhana yang terkesan seperti gurauan sekalipun bisa menjadi "titah" yang harus dipatuhi. Seiring "ketundukan" dan rasa hormat sang presiden kepada ketua partainya, serta "kesadaran" beliau selaku petugas partai, maka "mau tidak mau" orang-orang kepercayaannya pun juga akan banyak berasal dari partainya. 

Pramono Anung, Maruarar Sirait, hingga Puan Maharani merupakan beberapa diantara orang-orang kepercayaannya itu. Wajar memang, karena sebelumnya Presiden SBY juga melakukan hal yang tidak jauh berbeda.

Puan Maharani berhasil meraih posisinya sekarang salah satunya karena beliau memiliki rekam jejak sebagai menteri yang dipilih Jokowi dan "awet" dari awal hingga akhir masa jabatan. Nama Jokowi masih cukup banyak dikagumi publik, terbukti dari terpilihnya beliau menjabat presiden untuk periode yang kedua. 

Dengan kata lain, Jokowi masih menjadi magnet politik yang kuat bagi para politisi. Hal ini secara tidak langsung juga berkontribusi terhadap terpilihnya Puan Maharani karena sebagian besar "penghuni" gedung dewan adalah "simpatisan" Jokowi.

Ketiga alasan ini bisa jadi rekan-rekan pembaca lain tidak sependapat. Tidak masalah. Namun terlepas dari apapun itu, Puan Maharani tetap harus diberikan apresiasi besar seiring pencapaian luar biasa beliau sebagai Ketua DPR RI perempuan pertama di Indonesia. Beliau telah menjadi Kartini selanjutnya yang membuktikan bahwa perempuan juga bisa eksis di politik.

Jalan karir beliau sebagai politisi memang banyak dinaungi "keberuntungan". Keraguan akan kepemimpinan beliau pun bukan tidak mungkin dirasakan banyak orang. Akan tetapi, seorang pemimpin besar itu menjawab setiap keraguan yang ditimpakan kepadanya bukan dengan kata-kata atau retorika dan terlebih amarah. Pemimpin hebat itu menjawab keraguan terhadap dirinya dengan karya-karya besar. 

Apakah Puan Maharani mampu melakukannya? Kemarin (02/10) saja, ketika sidang paripurna perdana DPR RI digelar sudah ada banyak anggota dewan yang mangkir dari tugas. Kursi-kursi banyak yang kosong ditinggal penghuninya. 

Bagaimana sikap Puan Maharani? Akankah ia mampu membuktikan kualitasnya membangun budaya kerja produktif di gedung dewan sana? Ataukah ia justru akan berakhir sebagai pemimpin yang gagal. Hanya Puan Maharani yang bisa menjawab.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun