Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Era Digital, Eranya Para Introvert

12 September 2019   07:18 Diperbarui: 20 September 2019   15:19 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepribadian Introvert dalam Peradaban Digital | Ilustrasi gambar: pixabay.com

Digitalisasi telah mendisrupsi banyak hal. Dokumen-dokumen yang sebelumnya dikirim oleh kurir, kini sudah cukup jauh berkurang seiring keberadaan e-mail dan aplikasi pertukaran pesan seperti WhatsApp, facebook massenger, dan lain sebagainya. 

Belanja pun tidak harus selalu datang ke pusat-pusat perbelanjaan, cukup dengan mengunjungi situs jual-beli online saja dan kemudian barang-barang pesanan kita bisa dikirim langsung ke rumah. 

Metode pemasaran produk pun tidak perlu dilakukan dengan mendatangi satu per satu calon pembeli, cukup dengan memberdayakan teknologi internet melalui media sosial seperti facebook ads saja pemasaran produk sudah mampu menjangkau target yang ingin dituju. 

Meeting dengan klien tidak harus bertatap muka secara langsung, keberadaan video call telah sangat memungkinkan dilakukan tatap muka meski terpisah jarak yang cukup jauh. 

Hal ini secara tidak langsung memberi "angin segar" kepada orang-orang dengan kecenderungan kepribadian sebagai seorang introvert.

Sebagaimana kita tahu, orang-orang introvert cenderung lebih nyaman untuk menyendiri dan melakukan aktivitas individual. Beberapa kalangan ada yang menyebutnya kuper atau kurang pergaulan. 

Mereka akan merasa tidak nyaman saat berada dalam suatu perkumpulan orang-orang yang belum terlalu mereka kenal baik. Bahkan terkesan menjadi sosok asing di tengah-tengah orang-orang itu. 

Digitalisasi memungkinkan seorang introvert untuk menjelajah dan mencari tahu banyak hal tanpa ia harus bertemu dan bertatap muka dengan orang asing. Tidak ada lagi kondisi di mana para introvert menjadi canggung kala berhadapan dengan orang-orang yang tidak terlalu akrab dengan mereka.

Seiring kehadiran digitalisasi, seseorang tidak harus melakukan show off agar supaya dikenal banyak orang atau agar mendapatkan atensi dari orang lain.

Jikalau dalam kehidupan nyata seorang introvert begitu sulit menyapa dan mengajak berkenalan orang-orang baru, maka dalam era digital seperti sekarang cukup baginya mencari kontak media sosial atau chat sebagai awalan untuk menyapa atau berkenalan. 

"Hilangnya" keharusan bertatap muka telah memungkinkan para introvert untuk lebih membuka diri. Hal-hal yang biasanya hanya bisa dipendamnya sendiri, kini telah "menemukan" media penyaluran yang tepat.

Para Introvert Berkarya

Kata orang, paara introvert kemungkinannya kecil untuk sukses. Terutama dalam dunia bisnis atau hal-hal yang menuntut pertemuan dengan banyak orang, khususnya orang-orang baru. Namun anggapan ini sebenarnya kurang tepat. 

Para introvert bisa dikatakan memiliki kemampuan analisis yang lebih baik seiring kecenderungan mengamati yang mereka lakukan. Para introvert melihat banyak hal secara mendalam. 

Hal ini sangat berharga apabila mampu dituangkan pada media yang sesuai. Jika kita lihat facebook, maka kita akan menyaksikan sebuah karya hebat dari sosok Mark Zuckerberg seorang mahasiswa yang dikenal intovert oleh rekan-rekannya. 

Teman-temannya sangat terbatas pada orang-orang tertentu saja. Namun ke-introvert-annya itu justru menjadi salah satu kunci lahirnya media sosial paling fenomenal abad ini.

Jangan lupakan juga Apple. Meski kita lebih mengenal sosok Steve Jobs sebagai orang dibalik kejayaan Apple. Namun sebenarnya ada Steve Wozniak yang justru "menciptakan" komputer Apple generasi pertama. 

Steve Wozniak adalah sosok introvert dengan salah satu teman baiknya yaitu Steve Jobs. Tentunya masih ada sosok-sosok lain dengan kepribadian ini yang telah melahirkan karya-karya besar untuk dunia ini.

Digitalisasi para umumnya membutuhkan pendesain sistem yang hebat, seorang programmer mumpuni yang mampu melahirkan kreasi hebat di dunia digital. 

Para programmer selama ini kita kenal dengan orang-orang yang "betah" berlama-lama di depan komputer, orang-orang yang nyaman "berdua-duaan" dengan bahasa pemrograman dan kode-kode komputer, dan orang-orang yang terkadang rela "meninggalkan" hingar bingar dunia luar demi menciptakan program yang berkualitas. Ciri-ciri ini sungguh identik dengan para introvert. Seorang introvert memiliki potensi cukup baik untuk menjadi progammer gandal.

Tetap Menjadi Introvert

Era digital mau tidak mau membuat kita lebih betah berada pada satu tempat tertentu tanpa harus pergi kemana-mana untuk melakukan aktivitasnya. 

Seseorang tidak perlu pergi ke rumah makan saat lapar, cukup menjalankan aplikasi pesan antar maka menu yang diinginkan pun akan datang. Saat hendak menonton film keluaran terbaru, seseorang yang hidup di era digital cukup berlangganan layanan streaming seperti Netflix. 

Kondisi-kondisi ini tentunya membuat kita mengurangi frekuensi perjumpaan dengan "orang asing" atau orang-orang yang tidak terlalu kita kenal. Bisa dikatakan hal inipun adalah sesuatu yang membuat nyaman para introvert.

Meskipun digitalisasi bisa dikatakan bersahabat dengan para introvert, hal ini tidak berarti bahwa para ekstrovert tidak diuntungkan dengan kehadiran era digital. Justru era digital memberikan kesempatan lebih kepada para ekstrovert untuk lebih mengeksplorasi potensi kepribadiannya. 

Media-media bergenre gambar atau video seperti Youtube, Tik Tok, Instagram, dan lain sebagainya sangat memungkinkan seseorang untuk eksis dan berbagi "kenarsisannya". Apabila fasilitas-fasilitas ini mampu dimanfaatkan dengan baik, maka seorang ekstrovert juga akan menuai manfaat yang luar biasa.

Kehadiran digitalisasi adalah bagian dari perubahan zaman. Digitaliasi juga tidak mendorong seseorang untuk cenderung menjadi individualistis atau anti sosial. 

Akan tetapi era digital ini merupakan momen di mana para introvert tidak lagi dipandang sebelah mata serta didorong-dorong untuk menjadi pribadi ekstrovert. 

Setiap orang dengan anugerah kepribadiannya berhak menjalani kehidupan dengan anugerah itu. Para introvert tidak perlu sampai harus didorong menjadi seorang ekstrovert, seiring kita menilai bahwa ekstrovert cenderung lebih memiliki kemungkinan untuk sukses daripada mereka yang introvert. 

Digitalisasi menunjukkan kepada kita bahwa para introvert pun memiliki peluang yang sama besarnya dengan para ekstrovert untuk mencapai keberhasilan yang luar biasa.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun