Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Atta Halilintar, Potret Kesuksesan di Antara Sinisme dan Nyinyirisme

29 Agustus 2019   13:28 Diperbarui: 29 Agustus 2019   21:14 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atta Halilintar | Sumber gambar: wowmenariknya.com / Instagram/@attahalilintar

Siapa sih yang tidak ingin sukses? Siapa yang tidak ingin mencapai karir gemilang dengan hidup serba berkecukupan? Siapa sih yang tidak mendambakan penghasilan melimpah? Terlebih apabila hal itu terjadi di usia muda. Sebuah masa dimana ketika seseorang mencapai "puncak" kehidupannya yang serba menyenangkan. 

Sebuah potret kehidupan yang sepintas terlihat begitu sempurna pada sosok Atta Halilintar. Pengusaha muda nan sukses, sekaligus youtuber populer dengan bejibun subscriber. Kabarnya, penghasilannya dari youtube saja sudah mencapai angka miliaran rupiah per bulan. Wow!

Namun, tulisan ini tidak akan mengulas tentang biografi Atta Halilintar. Tulisan ini hanya ingin mengupas sedikit tentang sisi lain kehidupan sosok Atta yang dikagumi oleh banyak orang terkait kesuksesan yang diraihnya pada usia muda, sekaligus menjadikannya objek "nyinyir" beberapa kalangan tertentu. 

Pandangan-pandangan sinis terhadap sosok Atta ini mungkin sudah menjadi paket lengkap selain dari penilaian kagum terhadap dirinya sebagai seorang "fenomena" di era digital ini. Bahwa ternyata capaian sukses seseorang tidak semata mengundang puja-puji, tetapi juga pandangan sinis dan penilaian nyinyir orang lain.

"Ashiap" merupakan jargon ikonik yang dipopulerkan Atta Halilintar dan banyak digandrungi serta ditiru para generasi milenial. Ketika ada seseorang yang melafalkan jargon "ashiap" maka seketika pikiran kita akan tertuju pada sosok Atta Halilintar. Bagaimanapun juga, Atta Halilintar termasuk sosok muda yang berhasil mem-branding dirinya dengan apa yang kita lihat sekarang. Popularitasnya yang luar biasa telah mengundang banyak pengikut. 

Jikalau kita bandingkan, maka subscriber akun youtube miliknya jauh melebihi subscriber tokoh-tokoh populer di negeri ini, dan bahkan jumlahnya jauh melampaui apa yang dimiliki seorang presiden sekalipun. Disinilah arti penting menjadi original. Menjadi seorang yang berbeda dengan kebanyakan yang sudah ada.

Atta Halilitar memang unik melalui penampilannya dan juga karyanya. Namun hal itu adalah representasi dan keunikan yang dimiliki dirinya sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa dengan menjadi original hal itu menjanjikan sesuatu yang berbeda. 

Barangkali sudah tidak asing lagi bagi kita tatkala menjumpai seseorang yang bergaya bak seorang selebritis ternama. Ia berdandan dan meniru penampilan seorang publik figur. 

Tujuannya tentu agar dipandang keren dan tidak ketinggalan zaman. Akibatnya banyak diantara kita yang berusaha untuk menjadi sebagaimana orang lain dan meletakkan identitas unik dirinya sendiri. 

Kita tidak lagi menjadi original sebagaimana seharusnya. Pada akhirnya justru hal itu membuat kita tidak ada bedanya dengan orang kebanyakan. Kita menjadi terlalu biasa.

"Sinisme dan Nyinyirisme" adalan Pujian dalam Bentuk Lain

Publikasi sebagai seorang youtuber sukses berskala internasional mau tidak mau menjadikan Atta sebagai sasaran nyinyir orang-orang yang iri terhadap kesuksesan dirinya. Hal itu sampai-sampai membuat Atta begitu tertekan dan mencurahkan segenap curahan hatinya melalui laman instastory pribadinya. 

Apapun yang terjadi, diperlakukan sinis kah? Dipandang nyinyir kah? Atau dipandang remeh sekalipun adalah bagian lain dari pencapaian sebuah sukses. 

Kita, termasuk Atta sekalipun tidak bisa meminta semua orang untuk mengapresiasi diri kita dan senang kepada kita. Akan senantiasa ada segelintir orang yang iri dengan hal hebat yang dicapai orang lain. 

Namun yang perlu kita tahu bahwa sebenarnya dibalik sinisme dan nyinyirime itu tersimpan kekaguman terhadap kehebatan seseorang. Sinisme dan nyinyirisme merupakan bentuk lain kekaguman yang disamarkan. Jadi kita tidak perlu ambil pusing terhadap hal ini.

Terus melangkah dan menatap langkah kedepan adalah sesuatu yang mesti kita lakukan meski disekitar kita berkeliaran orang-orang yang menyampaikan ketidaksukaannya. Selama langkah kita tidak merusak tatanan moral atau mengusik kehidupan orang lain, maka the show must go on. 

Dalam hal ini kita harus belajar dari Atta Halilintar tentang bagaimana menjadi diri sendiri. Ketika banyak generasi muda yang masih menggantungkan perekonomiannya pada orang tua, sibuk menjalani kehidupan yang tidak bermanfaat, dan berleha-leha di masa mudanya sembari bergaya bak selebritas papan atas, Atta Halilintar justru mengambil langkah kerja keras yang memungkinkan bisnisnya berkembang di beberapa bidang. 

Originalitasnya mungkin membuatnya dipandang nyinyir oleh orang lain. Akan tetapi originalitasnya pula yang membuatnya menjadi sosok yang begitu fenomenal seperti sekarang.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun