Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Maha Benar Netizen dengan Segala Argumennya

12 Juli 2019   11:06 Diperbarui: 12 Juli 2019   11:33 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Netizen memiliki kecenderungan ceplas-ceplos berkomentar terhadap lintasan peristiwa yang terjadi. Jika peristiwa itu dianggapnya tidak sesuai dengan pandangannya, maka komentar sinis atau nyinyir akan diberikan. Begitu pula sebaliknya. 

Dalam setiap komentar yang diberikan oleh netizen itu terdapat sebuah fenomena menarik, yaitu terkait apa yang disampaikan atau dikomentarkan para netizen tersebut selalu dianggap paling benar oleh pemiliknya. Istilah kata, netizen selalu benar mungkin adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan sebagian dari netizen saat ini. 

Sepertinya netizen itu adalah sekumpulan ahli yang tanpa tedeng aling-aling bisa berkomentar apa saja. Mereka rela berdebat panjang demi untuk membuktikan bahwa yang disampaikannya adalah benar.

Mungkin pameo hukum universal yang populer di masyarakat cukup tepat untuk menggambarkan hal ini. Pasal 1, netizen selalu benar. Pasal 2, jika netizen melakukan kesalahan maka kembali ke pasal 1. Pada hakikatnya netizen selalu menjadi yang paling benar atau lebih tepatnya merasa menjadi yang paling benar. 

Hal ini merupakan penggambaran betapa ego seseorang terlihat begitu tinggi dalam komunitas maya bernama netizen. Seseorang yang baru tahu satu dua pelajaran agama, bisa memvonis orang lain dengan latar belakang pendidikan agama yang lebih baik. 

Seperti ketika dulu ada seorang mahasiswa yang menghina tokoh agama Islam (Gus Mus). Jika dibandingkan, ilmu agama keduanya ibarat langit dan bumi. Namun ternyata hal itu tidak membuat seseorang menjadi mawas diri terhadap kuantitas ataupun kualitas keilmuannya. 

Memang netizen itu "mahabenar" dengan semua argumentasinya masing-masing. Jikalau terjadi perdebatan di dunia maya, lantas kita kemudian melayaninya maka hal itu akan berlangsung panjang. Episodenya akan berlarut-larut.

Siapa itu netizen? Netizen adalah kita. Ialah potret diri kita pada suatu komunitas lain yang disebut komunitas dunia maya. Umumnya netizen ini tidak saling bertatap muka atau bertemu secara langsung satu sama lain. 

Sehingga setiap orang terlihat lebih berani dan lebih mampu untuk berkata-kata sekehendak dirinya masing-masing. Seseorang mungkin ketika bertemu dengan orang lain tidak berani menatap muka atau berargumen. 

Namun ketika ia tengah berada didepan layar komputernya atau dihadapan smartphone miliknya, mereka sepertinya menjadi lebih bebas berekspresi menyuarakan seluruh pendapatnya. 

Seringkali mereka berani adu argumen hingga tidak sedikit dari mereka yang mengutarakan sesuatu yang tidak pantas. Mereka akan membela mati-matian apa yang mereka sampaikan. Apakah kita merupakan salah satu diantaranya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun