Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Demokrasi Otoriter ala Organisasi Bisnis

10 April 2019   07:53 Diperbarui: 12 April 2019   11:20 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam artian hal itu bisa dilakukan dengan memberlakukan kebijakan baru yang dianggap mampu mengurangi cost operasional ataupun meningkatkan jumlah omzet organisasi. Namun yang tidak bisa disangkal dari sebuah penerapan kebijakan baru ini sebagian diantaranya memberikan efek mempersempit ruang gerak anggota tim di lapangan. 

Dengan dalih mereduksi cost, maka anggaran biaya untuk promosi produk menjadi berkurang. Dengan dalih untuk menekan pengeluaran biaya untuk maintenance direduksi, akibatnya banyak terjadi kerusakan-kerusakan yang sebenarnya bisa dihindari. 

Jika melihat dari sisi tim pelaksana sebuah organisasi bisnis, mungkin banyak yang bersuara ingin ini dan itu. Anggota tim dibawah bisa jadi memiliki aspirasi yang dianggap mampu memperbaiki keadaan, namun aspirasi itu hanya akan menjadi ide tanpa implementasi apabila tidak digubris oleh pemilik kuasa. 

Jika dalam demokrasi, komunikasi bisa terjadin dua arah dari pemegang mandat dengan pemberi mandat. Antara rakyat dengan wakilnya. 

Jika ada kebijakan wakil rakyat atau pemerintah yang dianggap merugikan, maka rakyat bisa bersuara lantang untuk meminta perubahan. Akan tetapi didalam organisasi bisnis komunikasi itu kebanyakan terjadi satu arah saja, yaitu instruksi dari atasan yang harus dilakukan oleh bawahan.

Memang kurang tepat apabila kita membanding-bandingkan sistem pengelolaan sebuah negara yang berbasis demokrasi kerakyatan dengan pengelolaan sebuah organisasi bisnis yang notabene hanya dimiliki oleh segelintir individu saja. 

Bisa dibilang sah-sah saja para pemilik usaha bersikap egois terhadap usahanya, sah-sah saja pemilik bisnis bersikap otoriter mengelola apa yang dimilikinya, dan sah-sah saja juga bagi para owner bisnis untuk menerapkan sistem pengelolaan model apapun selama aturan-aturan organisasi bisnis yang ada mereka ikuti. 

Jangan pernah mengharapkan akan ada suatu organisasi bisnis yang bersedia memberlakukan sistem pengelolaan yang demokratis secara utuh. Namun kita bisa berharap bahwa masih akan ada organisasi bisnis yang mengadopsi sebagain dari sistem itu. 

Kita bisa berharap pada suatu organisasi yang memberikan keleluasaan berkreasi kepada anggota timnya dan organisasi bisnis yang mendukung penuh kreativitas tim pelaksana dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tentu dengan batasan yang wajar. 

Sangat sulit mengharapkan adanya kinerja optimal dari tim yang bekerja di organisasi bisnis yang mana pemimpinnya cenderung otoriter dan memaksa bahwa instruksinya harus bisa dilakukan tanpa adanya kemungkinan masukan dari bawah untuk mengubah intruksi itu. Pokoknya ini ya ini, pokoknya intruksi seperti itu ya seperti itu.

 Padahal ada kemungkinan bahwa masukan itu jauh lebih baik saat dijalankan daripada tetap keukeuh pada ketetapan awal yang dikeluarkan. Pada akhirnya tim pelaksana atau bahkan jajaran manajemen hanya bisa mengangguk lesu tatkala ada owner yang begitu digdaya menunjukkan kuasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun