Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Orisinalitas Kepemimpinan untuk Indonesia

15 Februari 2019   07:51 Diperbarui: 15 Februari 2019   17:22 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Begitupun sebaliknya. Jadi output dari ajang debat bukan sekedar siapa yang terlihat lebih mahir daripada yang lain, akan tetapi adanya gagasan-gagasan baru yang merupakan hasil sinergi dari pemikiran beberapa pihak. Steven R. Covey menyebutnya dengan istilah alternatif ketiga. 

Mungkin akan ada gengsi dari setiap pasangan untuk mengakui bahwa program kerja yang ditawarkan oleh calon lain juga memiliki potensi kebaikan yang besar. 

Namun yang menjadi pertanyaan disini apakah "draft" program kerja yang diajukan oleh setiap pasangan kepada masyarakat Indoensia itu adalah final? Seharusnya tidak.

Debat capres selain merupakan kesempatan bagi pemilih untuk mengenal calon pemimpin juga merupakan kesempatan untuk menyempurnakan lagi program kerja masing-masing kandidat. 

Sehingga ketika siapapun nanti yang dipilih untuk mengemban amanah rakyat maka hal itu bukanlah kemenangan atau kekalahan bagi sebagian masyarakat Indonesia, tetapi siapapun nanti yang memimpin hal itu haruslah berarti kemenagan bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Boleh jadi hasil perhitungan suara menunjukkan angka 49% VS 51%, tapi hal ini harusnya tidak berarti ada 49% masyarakat pemilih yang kecewa aspirasinya tidak diakomodasi . Berapun prosesntase keterpilihan calon, masyarakat Indonesia tetap harus mendapatkan 100% pelayanan yang dibutuhkan. 

Kebaikan program yang ditawarkan oleh salah satu kandidat barangkali bisa dipertimbangkan untuk dijalankan kandidat lain, begitu pula sebaliknya. Sehingga setiap calon atau kandidat tidak perlu menjadi diri mereka yang lain, tidak perlu mencitrakan diri mereka sebagai pribadi yang lain dari biasanya. Cukup menjadi diri masing-masing yang memang ikhlas mengabdi untuk bangsa ini.

Tentu setiap orang memiliki preferensinya masing-masing. Hal inilah yang sering menjebak segelintir orang untuk melakukan langkah-langkah manipulatif dan penggiringan opini publik. Pada akhirnya, hal inilah yang justru menciptakan konflik horisontal, dan lahirnya sekat dukungan di masyarakat. Apakah dulu pernah ada istilah cebong atau kampret di era perpolitikan kita? Hal ini baru terjadi beberapa tahun terakhir ini saja.

Bisa dikatakan sekarang adalah periode yang tidak baik bagi kondusivitas kehidupan berdemokrasi. Momentum debat capres hendaknya menjadi ajang keteladanan dari para sosok calon pemimpin bangsa ini melalui kata-kata, tindakan, serta sikapnya. 

Silakan menjadi diri masing-masing dengan gagasan terbaik yang dimiliki. Ajaklah segenap elemen bangsa ini untuk bersatu menatap Indonesia yang luar biasa dimasa yang akan datang.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun