Mohon tunggu...
Aghry Amirul Salman
Aghry Amirul Salman Mohon Tunggu... Lainnya - Hi I'm Here

tulisan merupakan pelarian dari liarnya pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dari Tenggelamnya Jakarta hingga Pindahnya Ibu Kota

9 Februari 2022   20:43 Diperbarui: 11 Februari 2022   08:53 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari 4 faktor tersebut berdasarkan riset tim peneliti Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) menurut peneliti Heri Andreas, "80-90 persen penyebab penurunan tanah Jakarta karena pengambilan air tanah."

Hal ini terpampang jelas bak daging busuk dalam tumpukan daging segar, Jakarta yang merupakan pusat perekonomian dengan segala kemajuan kotanya menyimpan segudang masalah yang kompleks, seperti puluhan hutan beton yang menjulang hingga pencakar langit, maka tak heran jika Jakarta kekurangan daerah resapan, yang mana hal ini membuat Jakarta menjadi kota langganan banjir setiap tahunnya, walaupun demikian bukan hanya itu masalahnya!

Selokan, sungai, dan drainase yang seharusnya bekerja sebagai pengendali banjir tak jarang tersendat oleh sampah-sampah yang sengaja dibuang oleh beberapa oknum tak bermoral, dampaknya dari kejadian ini warga kesulitan mencari air bersih dan harus mengebor tanah sedalam dalamnya agar mendapatkan air bersih.

Nah, jadi eksploitasi air tanah yang dilakukan oleh sebagian besar warga Jakarta tentu bukan tanpa sebab.

Fakta lain juga menyebutkan pada tahun 2019 kebutuhan air bersih di Jakarta setidaknya sebesar 864 juta meter kubik per tahun, sedangkan layanan publik PDAM Jakarta hanya mencapai 62 persen saja.

Hal ini tentu menjadi sebuah dilematik pemerintah untuk mengeluarkan larangan bagi warga agar tidak menggunakan air tanah, setidaknya larangan ini akan di terapkan sampai kebutuhan air PDAM bisa merata di seluruh Jakarta, tapi butuh waktu 2 hingga 8 tahun kedepan agar penyediaan pipa pipa air bersih PDAM bisa tersebar menyeluruh ke antero penjuru Ibu Kota.

Namun di balik peyediaan air baku yang tengah diusahakan Pemprov DKI, ada gelagat miring perihal air baku yang disediakan, yakni ternyata 81 persen air baku yang digunakan warga Jakarta selama ini berasal dari waduk Jatiluhur.

Padahal, Jakarta memiliki 13 air sungai, tapi sayang hanya dua sungai yang menyediakan air baku, karena sisanya kualitas air sungai telah terkontaminasi oleh limbah pabrik dan sulit untuk diolah menjadi air bersih. Hadehhh...

Oke kita setop dulu di sini. Sepertinya pembahasan kita tentang penyebab Jakarta yang akan tenggelam menjadi masalah yang mengakar dan bercabang, kasusnya kurang lebih sama seperti ketika kita mencoba kepoin akun sosial media gebetan, ketika melihat bio instagramnya ternyata doi sudah punya pacar ha-ha-ha.

Sudah gitu bukannya ditutup malah makin di cari-cari. Emang sih ya kadang manusia suka banget buat nyari penyakit ha-ha, tapi ya begitulah Jakarta terutama Indonesia, kalo kata mas mas indie asal bandung bung Fiersa "Indonesia ini si cantik yang sedang terluka",

Maka dari itu kita khususnya para kaum muda yang nanti perkiraan sekitar 10-15 tahun ke depan diprediksi akan mendapatkan bonus demografi, tentu dong kita harus paham dengan masalah apa saja sih yang ada di negeri kita ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun