Mohon tunggu...
Aghilsme Hidden Guitar
Aghilsme Hidden Guitar Mohon Tunggu... -

Seorang gitaris yang hatinya redup....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tak Akan Pernah Terjadi

21 April 2011   02:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:34 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahan keinginanku sekarang karena aku tak bisa mengambil sebuah keputusan. Aku sudah tak bisa mencobanya, bahkan mengambil sisa-sisa puing masa itu. Telah lama aku berpikir bahwa saat-saat bahagia bersamamu hanyalah omong kosong.

Aku tidak ingin pergi setiap kali aku mengucapkan selamat tinggal, dan mungkin ini menjadi yang terakhir kali untukmu. Dan aku yakin - sebagai penyebab tunggal masalah ini - adalah yang terakhir untukku.

Aku memperlambat sebuah cerita hanya untuk melepaskan hubungan ini secara perlahan dan untuk melawan. Satu kejadian sedih yang menimpamu adalah pahit untukku. Dan aku pun tak tahu bagaimana cara dirimu melawan hidup yang akan dan sedang menimpamu. Aku percaya dirimu bisa menjalani hidup seperti hari-hari biasanya. Untuk itulah seharusnya jalan ini tak berliku hingga akhirnya kau lepas dan leluasa.

Aku tidak ingin perasaan ini mati, aku tidak tahu mengapa harus menimpa di antara kita. Nasib seperti inilah yang terus dan selalu mengawal kita. Sebuah tragedi mungkin tak akan terlihat, tapi insiden ini menyakitkan. Aku hanya ingin kau kuat, harus bisa mengendalikannya, sisihkan sementara derai air matamu untuk sejenak saja. Jangan berpikir kau akan hancur dan pindah untuk membangun rumah nan jauh di sana.

Apa yang ingin kau katakan? Untuk saat ini?
Tak sepantasnya harus berakhir seperti ini.
Apa yang seharusnya saya lakukan untuk membuang kehancuran yang telah kau miliki?
Mana janjimu untuk hidup sampai tua bersamaku kelak?

Tapi itu tidak akan terjadi. Dan tak akan pernah terjadi.

Tahan kakiku ini yang suatu saat ingin melangkah. Kecam semua masa yang mengharuskan kita bahagia. Dan bunuh semua rasa yang mengindikasikan adanya masa saling mencinta di ujung sana. Masa lampau yang sarat cerita - yang mampu mencium bibir mu hingga ke pelukan terhangat di mana kita menggelepar mengabdi janji.

Kau tergeletak dan tak membungkus busana...
Merintih tak berdosa...
Hingga darah itu...
Membuat iblis tertawa...

Tidak ada yang memperbolehkan air mata keluar di antara kita sebelum hal-hal yang kan kita sesali datang menghampiri.

Aku hanya ingin merasakan kepala mu berbaring di dadaku. Hingga kau mampu mendengarkan nafasku.

Tapi itu tidak akan terjadi. Dan tak akan pernah terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun