Mohon tunggu...
Aghata Hafis Mahardika
Aghata Hafis Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Maliki Malang Graphic Designer dan Percetakan di Kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahlilan Sebagai Wujud Kebersamaan: KKN Mahasiswa Kelompok 118 dari UIN Malang di Desa Malangsuko

27 Desember 2023   22:01 Diperbarui: 27 Desember 2023   23:09 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen pribadi

Di balik keindahan alam dan kearifan lokal Indonesia, terdapat cerita luar biasa yang sedang dijalin oleh para mahasiswa KKM UIN Malang kelompok 118 di Desa Malangsuko. Tak sekadar menjalankan tugas akademis, mereka menemukan cara unik untuk membangun kebersamaan dengan warga setempat, yaitu melalui kegiatan tahlilan rutin. Mari kita selami perjalanan inspiratif ini yang tak hanya menciptakan perubahan fisik, tetapi juga mengukir ikatan batin yang erat antara mahasiswa dan masyarakat Desa Malangsuko.

Ketika malam menjelang di  Desa Malangsuko, terhampar keunikan dalam kegiatan tahlilan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Mahasiswa KKM UIN Malang kelompok 118 kelompok 118 membawa nuansa baru dalam kegiatan spiritual ini dengan menyelenggarakan tahlilan rutin. Namun, ada keunikan tersendiri, di mana laki-laki berkumpul pada setiap hari Rabu malam Kamis, sementara perempuan menjalani tahlilan pada hari Rabu Malam Kamis. Bagaimana kebersamaan dan spiritualitas menjadi bagian hidup sehari-hari di Desa Malangsuko?

1. Pemilihan Hari Tertentu: Menyelami Kearifan Lokal Desa Malangsuko

Pemilihan hari khusus untuk laki-laki dan perempuan dalam kegiatan tahlilan bukanlah kebetulan semata. Ini mencerminkan kearifan lokal Desa Malangsuko yang mempertimbangkan tradisi dan nilai-nilai setempat. Melalui pengamatan dan diskusi, mahasiswa KKM UIN Malang kelompok 118 menyelami keunikan ini dan memutuskan untuk menghormati serta berpartisipasi aktif dalam tradisi yang telah menjadi bagian warisan budaya di Desa Malangsuko.

2. Menghormati Perbedaan: Keharmonisan antara Laki-laki dan Perempuan di Acara Tahlilan

Pemisahan waktu tahlilan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya sekadar kebijakan, tetapi juga bagian dari upaya untuk menghormati perbedaan gender. Saat laki-laki berkumpul pada malam Kamis-Jumat, suasana penuh kekhusyukan mengisi udara. Begitu pula saat perempuan berkumpul pada malam Rabu-Kamis, kehangatan dan kebersamaan terasa begitu erat. Inilah wujud dari upaya menciptakan ruang yang nyaman bagi setiap anggota masyarakat Desa Malangsuko untuk berpartisipasi dalam kegiatan tahlilan.

3. Doa sebagai Perekat Kebersamaan: Menyatu dengan Spiritualitas Setiap Pekan

Tahlilan bukan sekadar ritual, melainkan perekat kebersamaan dan spiritualitas. Setiap malam Kamis dan Jumat, laki-laki Desa Malangsuko berkumpul untuk bersama-sama mengucapkan doa, memohon keberkahan, dan mendukung satu sama lain. Begitu pula, pada malam Rabu dan Kamis, perempuan Desa Malangsuko memadati ruang tahlilan dengan doa-doa yang penuh harap. Doa menjadi benang merah yang mengikat hati mereka, menciptakan ikatan batin yang kuat di antara seluruh warga.

Foto: Dokumen pribadi
Foto: Dokumen pribadi

4. Membangun Karakter dan Kedisiplinan: Pembelajaran dari Tradisi Tahlilan

Pemilihan hari khusus untuk laki-laki dan perempuan dalam kegiatan tahlilan bukan hanya sekadar menyesuaikan diri dengan tradisi, tetapi juga membawa dampak positif terhadap pembentukan karakter dan kedisiplinan. Para mahasiswa KKM UIN Malang kelompok 118 mengamati bahwa tradisi ini tidak hanya memperkuat kebersamaan, tetapi juga membantu membangun karakter positif dan kedisiplinan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Inilah nilai tambah dari kegiatan tahlilan yang melibatkan seluruh masyarakat.

5. Merajut Silaturahmi: Menjalin Hubungan yang Erat di Desa Malangsuko

Tahlilan rutin bukan hanya sekadar kegiatan seremonial, tetapi juga ajang untuk menjalin silaturahmi. Mahasiswa merajut hubungan yang erat dengan warga, dari yang tua hingga yang muda. Cerita-cerita keluarga, tawa bersama, dan dukungan satu sama lain menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari di Desa Malangsuko. Inilah buah dari kerja keras dan niat tulus untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik.

6. Menggugah Spiritualitas: Membangkitkan Kepekaan Rohani Mahasiswa dan Warga

Kegiatan tahlilan tidak hanya membangun kebersamaan di antara warga Desa Malangsuko, tetapi juga membangkitkan spiritualitas mahasiswa. Mereka belajar menghargai keberagaman agama, menguatkan keyakinan masing-masing, dan memahami pentingnya kehidupan rohani dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Inilah buah dari perjalanan spiritual yang tak terlupakan di Desa Malangsuko.

Kesimpulan

Melalui kegiatan tahlilan rutin di Desa Malangsuko, mahasiswa KKN UIN Malang kelompok 118 berhasil membuktikan bahwa pembangunan tidak hanya terjadi dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam dimensi kebersamaan dan spiritualitas. Mereka tidak hanya menjadi agen perubahan dari luar, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari komunitas yang mereka layani. Malam-malam penuh doa, tawa bersama, dan kerja keras tanpa henti telah menciptakan fondasi kuat untuk masa depan yang lebih baik bagi Desa Malangsuko. Dalam kebersamaan itulah, terukir kisah inspiratif tentang bagaimana kegiatan KKN bisa menjadi wahana untuk menggugah semangat dan membangun jembatan persaudaraan di tengah masyarakat lokal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun