Mohon tunggu...
Agus Hendri
Agus Hendri Mohon Tunggu... Lainnya - Skill in the muisc, planting, class and beyond

Menyatukan kekuatan budaya daratan/pedalaman & lautan/pesisir, mjdi sebuah kekuatan yg mendasar utk semua kalangan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengajar dengan Video Apakah Metode yang Baik?

28 Agustus 2020   23:41 Diperbarui: 28 Agustus 2020   23:49 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen video itu penting. Tetapi bukan berarti dokumen video lebih penting dari dokumen teks. Dokumen teks adalah referensi utama dan pertama, jauh lebih berguna. Walau keduanya bisa sama-sama diedit, namun mengeditnya butuh keahlian yang tidak dimiliki semua educationist.

Bagaimana sebaiknya sekarang dengan video?

Pertama, tidak menjadikan tutorial video sebagai taskmaster. Anak-anak tidak bisa duduk selama 50 menit hanya untuk fokus menyimak. Bagi orang dewasa juga belum tentu bisa fokus selama itu. Saat menonton biarkan mereka berkeliaran sesekali untuk memecah kebosanan itu. 

Selipkan kuis atau permainan sesekali dalam setiap sesi. Kendalikan dan biarkan anak-anak bersenang-senang. Ingat, ini adalah pelajaran tambahan dan pelengkap apa yang disebut teks tapi tak bisa digambarkan oleh teks. Dalam hal ini Video untuk memberikan kemudahan dalam pengajaran dan pembelajaran (flexibility in teaching and learning).

Kedua, tetapkan tujuan dengan jelas. Gol yang mampu diarahkan dan dilakukan oleh educationist dan murid rata-rata bisa melakukan apa yang di instruksikan. Apa yang hendak dikuatkan dari materi melalui pemutaran video. Sesuaikan keadaan murid dan kondisi kelas. 

Educationist sebagai penyedia konten pun harus mampu menelaah kedalaman diksi video. Persiapkan segala hal yang mungkin terjadi saat penayangan karena sedang berhadapan dengan komputer dan anak-anak. Hal-hal tak dinginkan bisa saja terjadi dan harus siaga akan permasalahan yang timbul.

Ketiga, video hanya bahan referensi selain buku cetak yang kita miliki. Keduanya bisa saling melengkapi. Referensi terbaik berikutnya adalah murid kita sendiri. Saat sesi pemutaran video berlangsung akan ada berbagai macam permintaan, pertanyaan, dan komentar siswa.

Jika pun banyak  dari murid tidak bisa mendapatkan sesuatu atau tidak bisa memahami materi yang di bahas video, setidaknya beberapa murid dapat melihat manfaatnya. Kemudian diharapkan terjadi kolaborasi dan transfer ilmu di antara mereka. Kolaborasi antar siswa diharapkan menjadi 'raja' pemahaman murid lebih dalam lagi (tutor sebaya).

Keempat, standarnya satu anak satu CPU dan  monitor. Terkadang video melewati konten yang  butuh penjelasan lebih bagi murid. Video tidak tahu apakah murid sudah paham atau belum. Video akan terus bergerak dan berceloteh sesuai waktunya.

Jadi bagi anak-anak yang lambat menelaah bisa mengulang video kembali sampai memahami apa yang disampaikan. Ini alasan mengapa di kelas satu anak butuh satu komputer/gadget.

Tidak dipungkiri, video adalah alat/media yang bagus, namun tidak bisa menggantikan peran educationist sebagai masterpiece-nya. Saat educationist tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata atau menunjukkan bukti misalnya, di saat itulah video bisa menjelaskan dan memberi bukti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun