Mohon tunggu...
WENE HANO WENE
WENE HANO WENE Mohon Tunggu... Mengungkap Kabar Berita Yang Baik.

Junalis dan Fotografi Anak Jalanan, Asal Papua.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rintihan Pemuda Pedalaman.

4 April 2025   21:59 Diperbarui: 4 April 2025   21:59 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi Pemuda Kampung pedalaman, sedang duduk merenungkan atas kehilangan atas tanahnya sendiri.

Rintihan Pemuda Pedalaman.

Di tepi sungai yang mulai keruh,
aku duduk di atas batu tua,
merenung dalam sunyi yang perih,
melihat hutan pergi satu per satu.

Dulu, hijau membentang luas,
tempat rusa melompat riang,
tempat burung bernyanyi bebas,
tempat kami bernafas tenang.

Kini, gergaji bernyanyi lantang,
mengiris akar, menebang mimpi,
tanah leluhur terjual murah,
daun-daun gugur tanpa janji.

Aku hanya seorang pemuda desa,
tak punya kuasa, tak punya suara,
tapi hatiku menjerit luka,
melihat bumi direnggut rakusnya.

Kemana nanti anak cucu.
Jika sungai hanya genangan pilu,
jika hutan hanya cerita lalu,
jika tanah ini bukan milikku.

Aku duduk merenung,
bertanya pada angin yang lalu,
akankah alam kembali utuh,
atau hilang selamanya ditelan waktu?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun