Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Hari Raya dan Penghematan Energi

16 Juli 2015   10:48 Diperbarui: 29 Agustus 2019   15:52 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kendaraan melewati ruas tol Prejangan, Brebes, dalam rangkaian mudik lebaran 2015. Pertamina mewaspadai peningkatan konsumsi BBM hingga 40 persen./Kompas.com, Kristianto Purnomo

Lampu-lampu jalan dipadamkan sebagian atau lebih awal pada malam hari; lampu-lampu penerangan baliho-baliho dan papan reklame beroperasi lebih singkat, atau bahkan dipadamkan sama sekali pada malam hari (jenis medium iklan ini bisa menyedot listrik sebanyak 192 ribu KWh dalam operasi 6 jam setiap hari, cukup untuk menerangi 30 rumah sederhana di desa).

Di luar konsumsi infrastruktur atau fasilitas jalan, kampung-kampung menyumbang atmosfer penghematan yang begitu terasa. Mudik menurunkan agregasi konsumsi listrik banyak keluarga.

Jika sebuah keluarga besar memiliki empat anak yang tiap-tiapnya merantau dan tinggal di rumah sendiri-sendiri, maka Hari Raya memangkas konsumsi listrik dari awalnya lima rumah (1 rumah keluarga besar + 4 rumah anak-cucu), menjadi tinggal satu rumah. Keempat rumah yang ditinggal mudik dapat menurunkan konsumsi listriknya hingga mendekati nol, dengan asumsi tidak ada pembantu atau satpam yang ditugasi menjaga.

Akar tradisi masyarakat kita, baik bersumber dari budaya ataupun ritus agama, telah lama menjadi kekayaan dan modal penghematan energi yang besar.

Jika masyarakat Islam Indonesia punya tradisi mudik, masyarakat Hindu di Bali punya Hari Raya Nyepi, yang setiap tahun menyumbang penghematan sebesar 31%, menjadi 165,9 MW yang biasanya 471,5 MW. PLN kerap bernapas lega setiap nyepi, karena bebang pembangkit Jawa-Bali yang relatif tinggi terbantu dengan penghematan kolektif di pemukiman, jalan-jalan, hingga Bandara Ngurah Rai yang ditutup selama perayaan Nyepi.

Penghematan di Hari Raya jauh lebih signifikan besarannya ketimbang beberapa ajang penghematan energi seremonial, bahkan yang diinisiasi oleh Istana Negara atau kompleks Kementerian.

Hari Raya memberi atmosfer, sifatnya kolektif, dan merata hampir di seluruh penjuru Indonesia. Jika manajemen dan proyeksi penghematan ini dimanfaatkan sebagai bagian dari perencanaan tata kelola energi, dampaknya bisa sangat membantu dalam hitung-hitungan alokasi listrik per tahun, begitupun dengan program-program kampanye penghematan listrik yang tengah dibangun. 

Jika momen Hari Raya dapat dimanfaatkan secara sadar dalam Peta Penghematan Energi Nasional, dampaknya akan jauh lebih terasa ketimbang sekadar kampanye global “mematikan lampu selama satu jam” yang gandrung dikampanyekan setiap tahun itu.

Energi di Jalan

Meski begitu kemenangan PLN selama penghematan listrik dalam pekan Hari Raya tidak dibarengi dengan suasana hati orang-orang Pertamina sebagai penyedia sumber energi bahan bakar minyak. 

Energi memang banyak dihemat di kota-kota yang ditinggalkan mudik, tetapi dalam perjalanannya listrik tertutupi oleh konsumsi bahan bakar minyak yang justru meningkat tajam. Energi dihemat di kota, tetapi energi di jalan menyedot parah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun