Mohon tunggu...
Afriyanto Sikumbang
Afriyanto Sikumbang Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Belajar mensyukuri apa yang kita miliki

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Urgensi Membuka Identitas Pasien Covid-19

23 Maret 2020   13:42 Diperbarui: 23 Maret 2020   13:51 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemkot Bogor pun fokus pada penelusuran orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan tiga pasien ini, termasuk orang orang yang sempat kontak dengan Walikota Bogor.

Penelusuran juga dilakukan pada kegiatan yang sebelumnya dihadiri oleh Bima Arya. Beberapa kegiatannya antara lain adalah menghadiri kegiatan GIPB di Kota Bogor pada 26 Februari, Road to BHM di Sukabumi pada 6-7 Maret, dan kunjungan ke Turki serta Azerbaijan pada 9-15 Maret.

Penelusuran riwayat perjalanan inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk melacak siapa saja yang berpotensi tertular virus Corona. Dengan demikian, pemerintah bisa langsung bergerak untuk memeriksa, atau jika perlu mengkarantina mereka yang diduga terpapar virus mematikan tersebut.

Contoh kasus kedua pejabat pemerintahan ini seharusnya menjadi acuan pemerintah untuk tidak ragu membuka identitas ratusan pasien lainnya. Jika tidak dibuka, bagaimana kita bisa menerka siapa saja yang sudah terpapar virus Corona.

Mirip Pola MLM

Jika dianalogikan dengan konsep pemasaran, penyebaran virus Corona ini mirip dengan pola Multi Level Marketing (MLM). Satu orang mencari 2 jaringan. Lalu 2 jaringan tadi masing-masing mencari 2 jaringan lagi, sehingga jaringannya bertambah 4. Kemudian 4 jaringan baru tadi mencari 2 jaringan lagi, sehingga bertambah lagi menjadi 8, dan begitu seterusnya. Pertambahan jaringan ini bergerak begitu cepat seperti pembelahan sel.

Nah, kalau seperti itu kejadiannya, maka penambahan jumlah korban Corona akan sulit dihentikan. Saat pertama kali kejadian ada 2 orang yang positif Corona di Depok, terlihat pemerintah masih lamban menanganinya. Pemerintah masih menganggap enteng kasus ini, toh penderitanya baru 2 orang. Begitu kesan yang penulis tangkap dari kejadian ini.

Namun jika berkaca pada pola MLM tadi, boleh jadi dalam hitungan hari jumlah orang yang terpapar bisa meningkat cepat. Dan boleh jadi, Budi Karya Sumadi adalah bagian dari "jaringan MLM" 2 pasien pertama dari Depok tadi.

Langkah kebijakan social distancing akan sulit barjalan dengan baik tanpa dibarengi dengan upaya melacak secara cepat riwayat perjalanan dari pasien Corona yang hingga Minggu (22/3) sudah mencapai lima ratusan orang.  

Persoalan akan menjadi lain jika pemerintah dan pihak-pihak terkait langsung bekerja melacak riwayat perjalanan pasien Corona secara cepat, tanpa perlu merilis identitas pasien kepada publik. 

Artinya, pemerintah membentuk tim pelacak untuk mengidentifikasi siapa saja orang pernah kontak langsung dengan si pasien. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah pemerintah memang sudah melakukan hal itu? Jika sudah, Alhamdulillah. Namun jika tidak, "jaringan MLM" tentu akan semakin banyak. Semoga saja "operasi senyap" yang disebut pemerintah adalah seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun