Mohon tunggu...
afri meldam
afri meldam Mohon Tunggu... penyuka jengkol, ikan segar, dan rempah

Lahir di sebuah desa kecil di pedalaman Sumatra. Menghabiskan masa kanak-kanak dengan mandi di sungai dan bermain lumpur di sawah. Mempunyai ikatan dengan ikan-ikan. Kini tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Integritas Seorang Sopir Taksi

9 November 2017   17:32 Diperbarui: 9 November 2017   18:10 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ga usah Pak. Gak apa-apa kok. Lagian temen saya udah mau ke sini kok."

Ia menampik. "Jangan, Mas. Atau gini aja. Kita cari apartemen itu sampai dapet. Argonya saya matiin aja. Ga usah bayar. Ini serius, Mas" ia bersikeras.

"Temen saya udah di jalan ke sini,Pak. Serius, ga papa. Ini bukan salah Bapak juga" saya merasa tak enak hati.

"Atau saya antar Mas ke Mall tadi biar mas nunggu temennya di sana aja?"

Saya menggeleng. "Terima kasih Pak. Ga usah." Jawab saya sopan.

"Saya ga mau aja Mas penumpang saya berpikir kalau saya menipu mereka. Saya gau mau anak istri saya makan dari uang yang didapat dari hasil menipu. Kalau penumpang ga ikhlas bayar kan uangnya ga berkah,Mas." Ia menjelaskan.

Saya kagum mendengar kata-kata itu. Jelas ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Jelas itu bukan kata-kata bohong penutup kesalahan yang biasa dilontarkan sopir taksi kebanyakan.

"Iya gak apa-apa,Pak. Saya ikhlas kok." Untuk ke sekian kalinya saya berusaha meyakinkan Pak Salim untuk menerima uang pembayaran taksinya.

"Jadi Mas mau nunggu di sini aja temennya? Ya udah. Kita parkir di depan situ aja Mas. Mas nunggu di dalam aja sampai temen Mas dateng." Katanya,lalu menuju tempat parkir di depan waserba tadi.

Sampai akhirnya temen saya datang, Pak Salim terus saja keukeh ingin mengembalikan ongkos taksi yang tadi saya bayar. Dan berkali-kali ia minta maaf dan kerelaan hati saya atas kesalahannya. Kata-kata "saya gak mau ngasih makan anak bini saya dari uang hasil nipu orang," yang diucapkan pak Salim terus terngiang-ngiang di kepala saya sampai sekarang.

Andai saja para koruptor di negeri ini bisa ketemu sopir taksi ini. Tapi mana mungkin koruptor mau naiks taksi? Kalaupun iya, mungkin bukan taksi tarif bawah yang dibawa Pak Salim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun