Mohon tunggu...
Afrida Yanti
Afrida Yanti Mohon Tunggu... Sekretaris - Nama: Afrida Yanti Prodi: Pendidikan IPS Fakultas: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas: Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Nama: Afrida Yanti Prodi: Pendidikan IPS Fakultas: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas: Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 dalam Kehidupan Sosial Berdasarkan Pandangan Islam

12 Agustus 2020   09:12 Diperbarui: 12 Agustus 2020   09:16 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wabah penyakit mematikan yang melanda dunia sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam. Bukan hanya virus corona saja. Beberapa wabah yang pernah terjadi pada zaman Nabi yaitu wabah penyakit kusta, wabah tha'un, wabah penyakit campak, dan lain sebagainya.[1] Allah SWT berfirman: "Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya" (QS.At-Thaghabun 64: 11). 

Maka tidaklah seorang hamba ditimpa satu musibah kecuali apa yang telah Allah tuliskan kepadanya. Maka sungguh seorang hamba sangat butuh dalam kondisi seperti ini untuk selalu memperbaharui keimananya, memperbaharui keyakinanya terhadap takdir Allah SWT. Dan bahwasanya semua yang ditulis pasti terjadi. Dan apa yang menimpa seorang hamba tidak akan meleset darinya dan apa yang meleset dari seorang hamba tidak akan menimpanya dan apa yang Allah SWT inginkan pasti terjadi dan apa yang tidak Allah inginkan tidak akan terjadi.[2]

Adapun  pencegahan wabah covid-19 dalam kehidupan sosial berdasarkan pandangan Islam yaitu: Wabah virus corona yang terjadi saat ini, jika kita rujuk pada sejarah Nabi merupakan wabah yang sudah terjadi dengan kondisi yang hampir sama, sehingga penaganannya pun sama. Oleh karena itu, untuk mengatasi wabah tersebut salah satunya adalah dengan menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. 

Ketika itu Rasul memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta. Dengan demikian, metode karantina telah diterapkan sejak zaman Rasulullah untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul membangun tembok di sekitar daerah wabah. Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya untuk jagan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar.[3]

Di zaman Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam jikalau ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit Tha'un. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus, jauh dari pemukiman penduduk. 

Tha'un sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallalahu'alaihi Wasallam adalah wabah penyakit menular yang mematikan, penyebabnya berasal dari bakteri Pasterella Pestis yang menyerang tubu manusia. Jika umat muslim menghadapi hal ini, dalam sebuah hadis disebutkan janji surga dan pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar ketika menghadapi wabah penyakit : "Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya). (HR Bukhari).[4]

 Rasulullah SAW: Dari Aisyah RadhiAllahu'anha, bahwasanya dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang wabah (tha'un), maka Rasulullah SAW mengabarkan kepadaku: "Bahwasannya wabah (tha'un) itu adalah adzab yang Allah kirim kepada siapaa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah (tha'un) dia tinggal di rumahnya, bersabar dan berharap pahala (di sisi Allah) dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya. Maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid".

 Hadis ini dapat dijadikan dasar demi kepentingan bersama untuk menaggulangi merebaknya virus corona. Apalagi virus corona ini sangat reaktif terhadap orang dewasa. Dan mekanisme penularan dan strategi pengobatan masih belum jelas. Maka alternatif lockdown sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW sangat efektif untuk dilakukan segera.

Berdasarkan Al-Maqashid As-Syari'ah pada prinsipnya hukum syariat bertujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan tersebut dapat tercapai apabila mencari dan mengumpulkan segala sesuatu yang bermanfaat. dan menghindarkan diri dari segala yang merusak. 

Dalam terminologi ushul fiqih dikenal dengan kaidah dar'ul mafasid moqoddam 'ala jalbil masholih (menghindarkan kerusakan /kerugian diutamakan atas upaya membawakan keuntungan/kebaikan dan adh-dhororu yuzalu (bahaya haruslah dihilangkan). Islam juga tidak menghendaki kemudharatan kepada umatnya. 

Oleh karena itu, setiap kemudharatan wajib hukumnya untuk dihilangkan, sehingga pencegahan terhadap hal-hal yang mendatangkan kemudharatan lebih dikedepankan daripada menarik suatu kemaslahatan di dalamnya. Termasuk mencegah merebaknya virus corona ini harus dilakukan dengan segala upaya termasuk mengambil risiko yang bahayanya lebih sedikit untuk menghindarkan diri dari bahya yang lebih besar. 

Dengan demikian baik kebijakan lockdown maupun social distancing merupakan salah satu cara untuk mengindarkan diri dari mafsadat (keburukan) yang ditimbulkan wabah virus corona yang telah menjadi pandemi global. Lebih dari itu, ajaran Islam sarat dengan tuntunan untuk berpola hidup sehat baik secara jasmani maupun rohani. 

Mulai dari ajaran untuk menghindari penyakit dan segera berobat apabila sakit, bersabar dan banyak istighfar bila mendapatkan musibah, pantang berputus asa, dan merawat serta memperlakukan orang yang sedang sakit dengan cara baik. jika sedang tertimpa musibah, termasuk jika sedang sakit, diperintahkan untuk banyak bersabar sambil berikhtiar (QS.Luqman 31:7) dan memelihara dirinya sendiri dari berbagai bencana dan penyakit yang mengancam dirinya (QS Al-Baqarah 2: 195). Kesemuanya itu sangat penting dilakukan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu ikhtiar untuk menyetop penyebaran virus tersebut.[5]

Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah dalam kitab Zadul Ma'ad mengemukakan Sembilan langkah yang  perlu kita ambil untuk menanggulangi epidemik atau pandemik, yaitu: (1) Hindari dan jauhi apa pun yang bisa membuat anda terinfeksi wabah tersebut (tajannub al-asbab al-mu'dhiyahwal bu'du minha): isolate. (2) Jaga Kesehatan anda karena itu aset modal hidup didunia dan akhirat: take care of your health. (3) Jangan menghirup udara yang sudah tercemar dan membawa kuman penyakit tersebut (an la yastansyiqul hawa' alladziqad 'afina wa fasada): face mask. (4) Jangan mendekat atau berdekatan dengan orang yang sudah terkena penyakit itu (anla yujawiru al-mardha): social distancing. (5) Buang pikiran atau prasangka buruk, perasaan-perasaan negative, dan tetaplah optimistis (himyatun nufus 'an at-thirahwal 'adwa): think positively. (6) Gabungkan usaha aktif dengan iman dan tawakal kepada Allah: Tidak fatalistik dan tidak pula bersikap angkuh. (7) Ambillah keputusan dan pilihan yang rasional dengan mempertimbangkan maslahat dan mudrat. (8) Tetaplah berhati-hati (hadzr), lakukan penjagaan dan pencegahan (himyah), dan berlakukan larangan (nahy) memaparkan diri kepada risiko infeksi yang membinasakan. (9) Lakukan edukasi (ta'lim) dan terapkan sanksi (ta'dib) bagi yang melanggar aturan.

Untuk mereka yang positif terjangkit tentu disarankan berobat kepada ahlinya. Terdapat banyak hadis yang memerintahkan kita untuk berusaha melakukan pengobatan. Pernah datang sekelompok orang  bertanya kepada Nabi SAW, apakah perlu berobat, dan beliau menjawab tegas: "Wahai hamba Allah, berobatlah kalian! sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali diturunkan pula penyembuhannya. (HR Ahmad: Ya 'ibadallah tadawaw fa innallaha lam yadha' da'an illawadha'a lahu syifa'). Menurut Ibn Qayyimal Jawziyyah, kalau bisa sembuh dengan nutrisi, tidak perlu menggunakan obat-obatan (mata amkanat tadawil bil ghidza'la ya'dulu ilad dawa'). 

Di samping langkah-langkah konkret tersebut, para ulama juga menganjurkan kita berdoa sesuai petunjuk Nabi SAW. Boleh membaca qunut nazilah (Mazhab Hanafi dan Syafi'i) ataupun shalat khusus untuk menolak wabah penyakit (Mazhab Maliki). Rasulullah SAW pun berdoa: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit, penyakit jiwa, penyakit kusta, dan segala penyakit ganas".  (HR Abu Dawud). Tidak hanya berdoa, beliau juga diriwayatkan apabila bersin menutup wajahnya dengan tangan atau kain bajunya sambil menahan suaranya (idza 'athasaghattha wajhahu biyadihi aw bitsawbihiwa ghaddha biha shawtahu)". (HR Ahmad Al-Hakim dan At-Tirmidzi). Selain itu, beliau menyuruh kita menutup segala jenis wadah dan menyumpal kendi (ghatthu al-ina' wa awku as-siqa') tempat penyimpan makanan dan minuman setiap malam untuk menghindari masuknya kuman penyakit ke dalam (nazala fihi min dzalikal waba'- HR Muslim).

Ada beberapa peringatan dan pelajaran yang dapat kita petik dari wabah korona ini. Pertama: Allah menciptakan bermacam-macam mahluk yang kita ketahui atau pun yang tidak kita ketahui: wayakhuqu ma la tak'lamun (QS. An-Nahal 8). Yang masih misteri di alam semesta ini jauh lebih banyak daripada yang kita ketahui. Kedua: manusia diciptakan sebagai makhluk yang lemah: wa khuliqal insanudha'ifa (QS An-Nisa' 28). 

Virus yang super kecil itu jelas tidak mungkin dilawan dengan pesawat tempur atau tank baja. Ketiga: Hidup manusia begitu singkat dan kematian itu dekat. Tiada tempat yang aman untuk sembunyi atau lari dari kematian yang sudah ditetapkan: qul layanfa'akumu firar in farartum minal mawt (QS Al-Ahzab 16). Maka selagi hayat masih dikandung badan, tingkatkan iman dan amal kebaikan sebagai bekal menghadap Tuhan.[6]

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa sebelum adanya virus corona, ternyata pada zaman Rasulullah SAW sudah ada beberapa penyakit yang mewabah, menular dan mematikan. Persis seperti virus corona saat ini. Sehingga cara penaganan dan pengendalian virus corona dalam kehidupan sosial dapat kita lakukan dengan cara-cara yang telah dilakukan Rasulullah SAW. Seperti Rasulullah memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta. Jadi, metode karantina telah ditetapkan sejak zaman Rasulullah untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. 

Tidak hanya itu, Rasulullah juga memerintahkan agar tidak mendekati/ memasuki wilayah yang sedang terkena wabah dan jika wabah terjadi di tempat kita sendiri, maka jagan keluar dari tempat itu. Hal ini dilakukan agar virus covid-19 tidak menyebar luas. Selajutnya Rasulullah pun memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderita di tempat isolasi khusus, jauh dari pemukiman penduduk. selain itu, Rasulullah juga telah menerapkan lockdown, berdoa sesuai petunjuk nabi, boleh juga membaca qunut nazila. 

Karena Rasulullah juga berdoa pada saat adanya wabah penyakit, Rasulullah juga mengajarkan apabila bersin maka tutuplah wajah dengan tangan atau kain sambil menahan suara, Rasulullah menyuruh menutup segala jenis wadah dan menyumpal kendi tempat menyimpan makanan dan minuman setiap malam untuk menghindari masuknya kuman penyakit ke dalam.  Kemudian, Islam juga mengajarkan agar berpola hidup sehat baik secara jasmani maupun rohani, menghindari penyakit dan segera berobat apabila sakit, bersabar dan banyak istighfar bila mendapatkan musibah, pantang berputus asa, dan memperlakukan orang yang sedang sakit dengan cara baik, jika sedang tertimba musibah di perintahkan untuk banyak bersabar sambil berikhtiar, memelihara diri sendiri dari berbagai bencana dan penyakit  yang mengancam diri,  Semua hal ini sangat penting dilakukan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu ikhtiar untuk menyetop penyebaran virus covid-19 dalam kehidupan sosial.

[1] Syafira Handari. Wabah di Zaman Rasulullah SAW. (Jakarta: Cahaya Islam, 2020),hlm.3

[2] Eman Supriatna. Wabah Corona Virus Disease Covid-19 dalam Pandangan Islam. (Jurnal Sosial dan Budaya Syar-I Vol7. No6.2020),hlm.560.

[3] Ibid.hlm.562

[4] Ibid.hlm.561

[5] Mukharom dan Havis Haravik. Kebijakan Nabi Muhammad SAW Menagani  Wabah Penyakit Menular dan Implementasinya dalam konteks Menaggulangi Coronavirus Covid-19. (Jakarta: FSH, 2020), hlm.244-245.

[6] Syamsudin Arif. Perspektif Islam Tentang Pandemi. (Ponorogo:UNIDA, 2020),hlm.13

Penulis: Afrida Yanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun