Dalam sebuah untaian kalimat, dalam sebuah untaian kata..
Pernah ku-lukis kau.. pernah ku-namai kau..
lelaki pelangi-ku.
Â
berjejeran warna menyambut setiap hariku besama pelangi itu, memberiku ruang menatap keindahan yang megah itu.
lelaki pelangi-ku.. kini hanyalah sebuah ruang kosong yang tak berpenghuni. yang pasti tak terisi dengan warna. jika gelap, bukan aku.. bukan aku yang melukisnya, namun kau. kau yang melukis hitam diruang yang penuh warna..
Â
dan kini, teruntuk matahari, hujan, pelangi serta bintang kecil...
entah kenapa kalian tak berada pada satu 'line' yang sama, kalian jarang sekali hadir dalam waktu yang bersamaan dan kalian mempunyai sifat yang berbeda..
Â
salahnya aku, dalam kisah baru ini kenapa aku mengumpamakanmu sebagai matahari?