Mohon tunggu...
Afriani Lestari
Afriani Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Always eager to learn new things.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Korean Wave di Indonesia, Bisakah Indonesia Mengalahkannya?

8 Oktober 2022   13:47 Diperbarui: 8 Oktober 2022   13:52 1912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari laman Korean Broadcasting System (KBS), jumlah penggemar K-Pop di dunia mencapai 156,6 juta orang pada 2021. Angka ini meningkat 17 kali lipat dibandingkan tahun 2012. Menurut Twitter, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penggemar K-Pop terbesar di dunia maya pada 2021.

Fenomena Korean wave menumbuhkan fanatisme di kalangan penggemarnya. Sebut saja BTS yang menghasilkan fans loyal di seluruh dunia yang disebut sebagai ARMY. Rata-rata penggemar BTS di Asia Tenggara merogoh kocek hingga US$1.422 atau sekitar Rp 20,8 juta untuk memiliki merchandise BTS, menonton konser, membeli album, dan sebagainya.

Sepanjang September 2022 saja, ada 4 gelaran konser musik K-Pop di Indonesia. Perlahan namun pasti, budaya lokal mulai tergerus aliran budaya populer Korea. Tak hanya selera musik, gaya hidup, pola pikir, cara berbusana, hingga tren kecantikan masyarakat Indonesia mulai terpengaruh. Bahkan, banyak diantara mereka yang ingin berkunjung ke Korea Selatan setelah menikmati berbagai konten hiburan asal negeri ginseng.

Pemerintah Indonesia tampak mulai ketar-ketir dengan fenomena Korean wave di Indonesia. Salah satunya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno. Melalui akun Twitter-nya @sandiuno mengimbau agar masyarakat mengurangi menonton serial drama Korea dan K-Pop.

Sebagai gantinya, masyarakat bisa menikmati drama Sunda dan dangdut Koplo. Sandiaga berharap, 5 tahun lagi industri kreatif Indonesia bisa mengalahkan drama Korea ataupun K-pop.

Cuitan Menparekraf itu langsung menuai beragam respon netizen.

"Bisa aja, asal artis dan aktor indonesia itu jangan yg banyak skandal yg dijadiin artis, tp lebih ke prestasi dan kepribadian yg baik. Yg banyak skandal jd artis, diundang di stasiun tv mana2, yg berprestasi kagak ada tuh yg nyenggol" tulis @peWWH1204

 "Bukan gak cinta produk negara sendiri, tapi ngedrakor lebih ada paedahnya ceritanya juga lebih bisa dipahami, bukan cuma soal cinta cintaan," tulis @widianiwiwi0_3

BTS boyband asal Korea Selatan. Sumber: ibighit.com
BTS boyband asal Korea Selatan. Sumber: ibighit.com

Sebagai penikmat drama Korea dan K-pop, saya nggak bisa nggak setuju dengan cuitan di atas. Industri hiburan Korea Selatan menerapkan cancel culture untuk para artisnya. Skandal yang menyeret nama artis sama dengan tamatnya karir sang artis di dunia hiburan. Lain lagi di Indonesia, justru artis yang terlibat skandal namanya makin tenar.

Belum lagi soal serial drama Korea yang berbanding terbalik dengan sinetron Indonesia. Jumlah episode yang ditayangkan drama Korea rata-rata berjumlah 16 episode dengan cerita yang padat. Sedangkan 1 judul sinetron Indonesia bisa berjumlah ratusan hingga ribuan episode yang tidak jelas benang merah ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun