oleh: Syamsul Yakin dan Andika FathirÂ
(Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Puasa Membangun Peradaban Takwa
Pendahuluan
Puasa dalam Islam bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi memiliki dimensi spiritual, sosial, dan peradaban yang sangat dalam. Allah SWT telah menetapkan puasa sebagai ibadah yang bertujuan untuk membentuk manusia bertakwa (QS. Al-Baqarah: 183). Takwa sendiri adalah fondasi utama dalam membangun peradaban yang adil, damai, dan beradab. Oleh karena itu, puasa tidak hanya membentuk pribadi yang saleh, tetapi juga mendorong terwujudnya masyarakat yang bermartabat.
Makna Takwa dalam Konteks Peradaban
Takwa berasal dari kata waq yang berarti menjaga atau melindungi. Dalam konteks spiritual, takwa adalah kesadaran penuh seorang hamba terhadap kehadiran Allah, yang tercermin dalam perilaku dan sikap hidupnya. Orang bertakwa tidak hanya taat secara ritual, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, empati, dan tanggung jawab sosial.
Peradaban yang dibangun atas dasar takwa bukanlah peradaban materialistik atau eksploitatif, melainkan peradaban yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keseimbangan hidup antara manusia, alam, dan Tuhannya.
Puasa: Proses Pendidikan Spiritual dan Sosial
Puasa merupakan proses pendidikan yang komprehensif. Selama sebulan penuh, umat Islam dilatih untuk:
Menahan diri dari hal-hal yang dihalalkan pada hari biasa, seperti makan dan minum, agar terbiasa menahan diri dari yang haram.
Menumbuhkan empati sosial, karena merasakan lapar mengajarkan pentingnya peduli kepada sesama yang kekurangan.
Mengendalikan hawa nafsu, baik dalam bentuk amarah, ego, maupun syahwat.
Membangun disiplin waktu, melalui rutinitas sahur, berbuka, dan ibadah harian seperti tarawih.