Mohon tunggu...
Fable Punk
Fable Punk Mohon Tunggu... Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi Unesa

Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi Unesa yang memiliki ketertarikan di dunia sastra, utamanya cerita pendek dan sejenisnya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keasyikan Terbang, Lupa Betapa Nyamannya Nyeker

25 Maret 2025   15:25 Diperbarui: 25 Maret 2025   15:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman serba digital ini, kita hidup dalam pusaran ekspektasi yang seperti nggak ada habisnya. Media sosial penuh dengan gambaran hidup yang "sempurna"---karier cemerlang di usia muda, tubuh ideal, gaya hidup mewah, dan kebahagiaan yang seakan tanpa cela. Buka ponsel sebentar, langsung disuguhkan kehidupan orang lain yang tampak lebih menarik. Tanpa sadar, kita jadi bertanya-tanya: "Kok hidupku gini-gini aja, ya?"

Kita sering merasa kalau sukses itu cuma bisa diukur dari pencapaian besar---jabatan tinggi, penghasilan fantastis, atau popularitas. Padahal, kebahagiaan nggak melulu soal hal besar. Kadang, justru ada di hal-hal kecil yang kita anggap biasa: secangkir kopi di pagi hari, ngobrol santai dengan teman lama, atau sekadar menikmati angin sore di teras rumah.

Media Sosial dan Ilusi Hidup Sempurna

Media sosial itu kayak dua sisi mata uang. Di satu sisi, dia bikin kita tetap terhubung dan dapat inspirasi baru. Tapi di sisi lain, dia juga bikin kita merasa hidup kita kurang menarik. Kita lihat orang lain liburan ke luar negeri, makan di restoran mahal, atau kerja di tempat impian. Sekilas tampak sempurna, padahal itu cuma bagian terbaik yang mereka pilih untuk ditampilkan.

Fenomena ini dikenal sebagai highlight reel effect, di mana kita cuma melihat sisi "wah" dari hidup orang lain. Akibatnya? Kita mulai membandingkan diri sendiri dengan standar yang nggak realistis. Kita jadi merasa kurang sukses, kurang menarik, bahkan kurang berarti.

Kenapa Hal-Hal Kecil Itu Penting?

Kita mungkin nggak punya rumah mewah atau mobil sport, tapi kita masih bisa menikmati sinar matahari pagi yang masuk lewat jendela. Mungkin kita belum mencapai impian besar, tapi kita udah berhasil menyelesaikan tugas hari ini. Hal-hal kecil seperti ini layak dirayakan.

Merayakan hal kecil bukan berarti berhenti bermimpi atau menurunkan standar. Justru, ini cara kita untuk tetap waras di tengah tekanan sosial yang terus-menerus. Setiap langkah kecil menuju tujuan itu tetap berharga. Sesederhana tersenyum ke diri sendiri di cermin, menikmati lagu favorit, atau sekadar istirahat tanpa rasa bersalah.

Belajar dari Filsafat: Kebahagiaan Itu Ada di Sini, Sekarang

Dalam filsafat Stoikisme, ada konsep yang disebut amor fati---mencintai takdir. Artinya, menerima hidup apa adanya, dengan segala keindahan dan ketidaksempurnaannya. Kita nggak perlu sibuk mengutuk keadaan atau merasa nggak cukup baik. Justru, kita bisa belajar untuk menikmati yang sudah ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun