Cuaca mendung terus menghalangi matahari untuk bersinar. Suasana tampak suram, angin terus menerpa para pepohonan yang tak bersalah. Dedaunan mulai rontok diterpa sapaan angina itu. Hujan tak kunjung turun, meski hari sudah gelap gulita.
Alvin kini tetap harus berjuang di sekolah. Bukan karna hujan yang menghalangi, ataupun keadaan ekonomi keluarga yang tidak mendukung. Tetapi karna keadaannya disekolah yang selalu dibully oleh teman-teman sebayanya.
Alvin hanya diam. Tak bisa berkutik ketika diganggu oleh teman-temannya. Ia sering dipalak, sering diserang dengan gangguan fisik bahkan ia sering dihina masalah ekonomi keluarganya. Memang tak gampang menjadi seorang yang miskin, harus tunduk dibawah tekanan orang orang kaya.
Sekolah akan dimulai sebentar lagi. Untung belum ada satupun orang-orang yang mengganggu. Kelaspun masih sepi walau ada beberapa orang yang datang. Alvin meletakkan dagu dan kepalanya diatasnya meja sambil berharap tak ada lagi yang memalaknya. Sambil melihat-lihat keadaan sekitar ia juga melihat seorang teman perempuan yang sangat ia sukai Nasywa.
Nasywa adalah anak terpintar yang ada di sekolah. Bahkan direncanakan dia akan masuk perguruan tinggi yang ada di Singapura. Dia juga merupakan anak pengusaha yang cukup terkenal di kota. Bahkan ia juga memiliki cabang yang ada di Malaysia dan Singapura.
Hujan mulai mengguyuri daerah sekolah. Kini lapangan sudah mulai tergenang oleh air hujan yang terus berjatuhan tak tahu arah. Balkon kelas juga sudah mulai dibasahi oleh air. Jejak sepatu sudah tampak mengotori keramik sekolah pertanda sepatu itu tak dicuci pada hari sebelumnya.
Tak kunjung lama bel berbunyi, Semua siswa dan siswi dari sekolah itu masuk ke kelas mereka masing-masing. Satu persatu anak masuk kedalam kelas Alvin. Begitu juga Dani. Orang yang dibenci oleh Alvin. Tatapan mata Dani sangat dibenci oleh Alvin. Tak hanya tatapan matanya yang sinis tapi dari segi sifatnya. Dani sangat terkenal di kalangan sekolah sebagai anak berandal yang selalu membuli anak-anak yang memiliki ekonomi rendah.
Selama 4 jam pelajaran tak ada guru yang datang. Kelas hanya diisi oleh keributan semua siswa dan siswi yang ada. Alvin tak bergerak kemanapun. Dia sangat takut karna semua komplotan Dani bermain dan berkumpul didepan kelasnya. Sedang Nasywa masih belajar mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru beberapa hari lalu.
Alvin tersenyum-senyum melihat Nasywa. Walau Nasywa beberapa kali melirik ke arah Alvin. Beberapa kali mereka beradu tatapan mata. Alvin sama sekali tak kuat melihat Nasywa yang tersenyum ke arahnya. Hingga akhirnya Nasywa datang kearah Alvin sambil membawa buku pelajarannya itu.
“Alvin! Kamu paham bagian yang ini tak?”tanya Nasywa.
“Bagian yang mana Wa?”tanya balik dari Alvin
“Nomor 14, soalnya agak tak sesuai sama yang dibuku, karna dibukukan seharusnya kalau akar 6 kuadrat ditambah 8 kuadrat ditambah dulukan?”tanya Nasywa sambil mengacak-acak rambutnya.
“Sebenarnya yang aku tahu itu kalau ada kuadrat didalam akar kita harus cari dulu akarnya baru dijumlahkan dan dicari akarnya, hasil itulah hasil dari penjumlahan kuadrat didalam akar”jelasku menerangi.
Tiba-tiba sebuah botol kaleng terlemapar kerah Alvin. Kaleng itu tepat mengenai kepalanya. Nasywa langsung memutar badannya karna kaget. Nasywa juga langsung didorong oleh salah satu komplotan Dani, Al. Dani langsung duduk dimeja Alvin sambil menatapnya.
“Kau tahukan sekarang jam berapa?sekarang udah jam 9, sebentar lagi mau istirahat dan kau tahukan apa tugas kau?”jelas Dani.
Alvin hanya diam, tapi dia langsung bergerak menuju kantin. Ini memang kerjaan yang selalu ia kerjakan. Pergi ke kantin dan membeli makanan untuk para komplotan Dani menggunakan uang Alvin itu. Diluar kelas Nasywa mengikuti Alvin. Langkah demi langkah Alvin terus berjalan hingga sampai didekat kantin tapi dengan sontak Nasywa bertanya
“Alvin! Kamu kenapa mau disuruh-suruh seperti itu. Orang tua kamu ngasih kamu uang untuk kamu bukan untuk mereka tambah lagi kenapa kamu mau pergi disuruh mereka?”tanya Nasywa heran
“ya.. mau gimana lagi? Ginilah nasib menjadi orang miskin, susah dapat kawan, susah mengatur keuangan, susah dapat kehidupan yang tenang, sebenarnya aku mau hidup seperti kamu, hidup tenang tinggal fokus belajar”jelas Alvin
Nasywa hanya menggeleng-geleng. Alvin juga tetap membelanjakan apa yang biasa ia belanjakan untuk rombongan Dani. Kantin kali ini sepi jadi ia bisa membeli dengan cepat tak seperti biasanya. Nasywapun langsung memegang tangan Alvin,
“sebentar lagi bakalan bulan Ramadhan, sekolah kita bakal libur satu bulan full,gimana kalau kau masuk les tinju dengan pamanku. Kau bisa latihan tinju disana.”Jelas Nasywa
“Kalaupun masuk kesasna tentu bayar, kamu juga tahu ekonomi keluargaku kan?”jelas Alvin
“kalau masalah keuangan kau tak perlu risau!”ucap seseorang yang tak asing suaranya. Suara Al
Alvin langsung mundur satu langkah agar menjauh dari Al. Al hanya tersenyum.
“Kau kenapa? Kau tak perlu takut denganku! Aku gak sama seperti yang kau lihat, Aku sebenarnya cuma ngikut Dani aja karna dia sahabat aku dari aku SD, jadi santai aja!”jelas Al tapi juga mengambil makanan yang dibeli oleh Alvin
“Kamu udah dibantu sama Al juga nih! Sebenarnya Al sering kasihan sama kamu yang daftarin kamu les tinju itupun saran dari Al juga, jadi gimana? Kamu berminat latihan biar kamu gak dibulli lagi?”ajar Nasywa
Alvin mengangguk mengiyakan. Al juga menyuruh Alvin cepat agar dia tak mendapat perlakuan yang lebih kasar lagi dari teman-temannya. Alvin berlari kecil menghindari air hujan yang terus turun. Inilah kesempatan supaya dia tak lagi dipojokkan oleh keadaaan,inilah kesempatan supaya semua orang mengalami nasib hidup yang sama, inilah kesempatan supaya orang miskin juga bisa hidup tenang tanpa harus tunduk oleh orang kaya.
Sebelum Alvin masuk kursus tinju, ia juga sudah berlatih sedikit latihan fisik, sehingga ia tak begitu kaget ketika latihan. Satu bulan full selama bulan Ramadhan ia gunakan dengan semaksimal mungkin. Dia mampu menggunakan genggaman tangannya itu untuk menjatuhakan lawan bahkan ia langsung diikutkan kompetisi tinju tingkat provinsi yang diadakan oleh kursusnya itu.
Semua lawannya ia habiskan dengan mudah sampailah dibabak final dimana musuh yang ia lawan adalah Dani. Kini dia akan bisa membalaskan dendamnya kepada Dani dengan mudah. Pertandingan dilakukan dengan sebentar karna tinjuan akhir dari Alvin yang mampu mematahkan tulang hidung Dani hingga dia masuk ke rumah sakit.
Kini akibat kejadian itu, tak ada lagi yang mau mengganggu Alvin. Semua orang senang dengannya. Tak ada pembulli yang berkeliaran disekolah itu. Alvin sangat bersyukur pada orang yang memberinya kepercayaan agar dia memperbaiki keadaan sekolah. Dia sangat berterima kasih kepada Nasywa dan juga Al.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI