Mohon tunggu...
Afidatul Hasanah
Afidatul Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penyair yang sedang bersemedi

Alumni Pondok Pesantren Annuqayah sekaligus mahasiswa Pascasarjana INSTIKA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semburat II

25 Maret 2022   03:38 Diperbarui: 25 Maret 2022   03:41 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku seorang gadis berusia 21 tahun dan sedang menginjak semester akhir di bangku kuliah. Sebenarnya aku sama sekali tidak memiliki gairah membca apalagi menulis tapi karena untuk mengembangkan diri, maka aku menekuni dunia tulis-menulis.
Aku suka sekali buku roman bahkan beberapa kali aku membaca roman wattpad. Dari situlah gambaran-gambaran pria idaman berseliweran dalam benakku meski waktu itu aku sudah punya pacar, tapi entahlah kurasa dia tak semenarik tokoh dalam cerita yang kubaca.
Notif dari Facebook berdenting aku lihat sembari mengernyitkan dahi. Siapakah gerangan yang membuat pesan untukku. Karena dari seorang wanita kemudian kuputuskan untuk membalasnya. Oh, rupanya dia mau menitipkan berkas penting untuk temanku.
"Lah, dia siapa Mbak?"tanyaku sesampainya di rumah.
"Dia Nidzam Dek,"Jawabnya.
"Sini Dek masuk,"pintaku.
Sembari Mbak Elok menjelaskan panjang lebar tentang berkas itu  dia juga menyelingi dengan pembicaraan ringan. Sekilas aku melirik Nidzam yang beragumen tentang beberapa aliran sufistik . Jujur aku mulai tertarik kepadanya. Kemudian aku mendapati dia memegang dua ponsel, aku mulai berpikir jika dia memiliki pacar atau tunangan. Dengan nada senda gurau aku bertanya,
"Punya pacar?"
"Enggak?"
"Idih, sok-sok an pegang dua ponsel,"aku mengeledekinya.
"Ya kan meski jomblo tapi banyak yang perhatian,"sanggahnya.
Waktu itu kami tak bertukar nomor Whattsapp atau media sosial lainnya. Tapi sebelum pulang dia bilang,
"kamu follow instagramku dan aku add facebookmu."
Aku mengangguk setuju.
"Kita pasti bertemu lagi,"pungkasnya mengkhiri perbincangan.
 Ya, aku berhari-hari memikirkan apa yang dikatakannya meski aku belum berani follow instagram dia. Karena waktu itu aku masih punya pacar yang posesifnya minta ampun. Aku memikirkannya bermalam-malam dan aku tak tahu apakah aku secepat ini menjatuhkan hati pada orang yang baru saja dikenal.
###
Duh, bagaimana ini? Perasaan makin tak karuan. Tapi disisi lain aku tidak punya cara untuk meninggalkan pacarku. Lebih tepatnya aku takut. Mana tak bisa dapat kabar Nidzam lagi padahal sudah follow instagramnya masak aku yang mesti DM duluan kan malu. Ya udahlah, jual mahal dikit nanti bisalah banting harga hehehe.
Teleponku bordering.
"itu laki-laki yang kemarin main ke rumahmu kan?"serbu pacarku.
"apaan sih kagak ngerti aku,"bantahku.
"itu lo di facebook."
Aku buka facebook memastikan sudah terjadi apa saja di dalamnya. Yah, rupanya ada yang nyebut-nyebut Nidzam di kolom komentarku.
"Emang kenapa sih, nyebut doang kok,"ucapku malas.
"Pasti terjadi sesuatu antara kamu dan dia,"tuduhnya.
"Heleh, yang pernah selingkuh siapa coba? Main tuduh-tuduh. Ya udah ah, aku malas ngomong sama kamu,"tandasku sembari mematikan telepon.
Iya emang aku suka, kenapa? Masalah buatmu? Geramku dalam batin.
Panggilan berkali-kali dari pacarku tapi kuabaikan.Tapi ada satu pesan whatsapp yang mengalihkan perhatianku. Setelah selesai membacanya moodku membaik. Bertemu dengan Nidzam? Sungguh? Akan kuusahakan untuk keluar. Kira-kira pakai alasan apa ya ke bapak? Duh, mana perizinan keluar sulit lagi. Gimana ya? Pokoknya harus keluar.
###
Dengan perjuangan yang teramat keras akhirnya aku mendapatkan izin untuk keluar. Pikiran sudah ke mana-mana. Yes, ketemu Nidzam, hatiku bersorak. Ponselku bordering. Ada sekitar sepuluh panggilan tak terjawab dari pacarku.
"Jadi meetingnya?"tanyanya dengan nada keberatan.
Of course Honey,jawab batinku.
"He em,"gumamku.
"Kenapa kalau gak usah hadir, lagian meetingnya juga gak penting-penting banget kan?"
Yaelah sok penting banget sih pekerjaan lu.
"Yaelah cuma kali ini doang, lagipula ini kepentingan komunitas bukan kepentinganku, "jawabku.
Kamu ngasih izin atau enggak aku tetap berangkat, yang penting orangtua sudah setuju.
"Gak usahlah, nanti nanya aja ada apa?"
Lu pikir??? Ini sudah aku usahakan ya.
"Kali ini aja kok. Udah dulu ya aku berangkat,"ucapku menutup telepon.
###
Keburu banget sampai di tempat. Eh pas sampai ternyata Nidzam gak ada. Kecewa sih, tapi ya udahlah. Setelah sekitar sejam berbincang tanpa gairah tiba-tiba Mbak menunjukkan jika dia sedang menelepon Nidzam.
"Kamu gak mau ke sini? Ditungguin ini lo."
Di balik layar terlihat Nidzam baru bangun tidur dan sedang mengucek-ngucek matanya. Aku tersenyum tertahan.
"Iya, tunggu aku mau berangkat,"ucapnya mengakhiri telepon.
Yah, bentar dong ketemunya, keluhku.


BERSAMBUNG.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun