Mohon tunggu...
afdhal 06
afdhal 06 Mohon Tunggu... Tentara - :)

Simpel itu sederhana

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ada Apa di Atas Pegunungan Arfak?

25 Juni 2020   14:18 Diperbarui: 27 Juni 2020   11:32 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan-jalan di Danau Anggi pada 27102018 | Dok. pribadi

Sunyinya senja di puncak bukit terganggu dengan riuhnya para petualang dadakan yang sibuk mendirikan tenda dengan motor sebagai tiangnya. Dan ada yg sibuk mencari sleeping bag yang hilang yang ternyata terjatuh jungkir ke bawah bukit yang baru ditemukan saat pagi hari.

Menggangu sepinya Puncak Bukit Kobrey | Dokpri
Menggangu sepinya Puncak Bukit Kobrey | Dokpri
Manusia yang habitatnya tinggal di pinggir laut akan sulit beradaptasi dengan suhu jika bermalam di puncak gunung yang suhunya dingin ditambah dengan tiupan angin malam.

Ekspetasi bisa santai memandangi bintang dan pantulan bulan di danau sambil menikmati makan malam mie rebus spesial plus telur dan teh panas, namun kalah dengan serangan dingin yang menyerang sampai menembus tenda. Kenyataannya hanya dapat berteriak-teriak dalam selimut menahan dingin. 

Namun ada pula yang kebal dingin masih menikmati malam sampai api telah habis memakan kayu bakar. Ada yang merasa aman tidur di mobil, namun dingin tetap dapat menembus body mobil. Adapula cerita tragedi sendal terbakar didalam tenda karena membuat api didalam tenda tampa sengaja membakar sendal.

Malam terasa panjang karena gelisah menahan serangan angin dingin, sampai dengan pagi hari dingin masih terasa dan berharap matahari pagi segera naik agar dapat mengusir dinginnya pagi. 

Matahari naik dengan perlahan memamerkan cahayanya yang menyilaukan mata. Perut lapar memaksa untuk memasak lagi, menghidupkan kembali api sisa-sisa pembakaran tadi malam.

Dengan menu spesial mie rebus telur di hidangkan dengan teh/kopi manis dan bersiap2 untuk membongkar tenda serta berkemas-kemas untuk turun bukit dengan arah jalur kembali Pegaf-Ransiki-Manokwari yang rutenya lebih baik dari rute berangkat.

Matahari memberi sedekah sinarnya yang hangat di pagi hari | Dokpri
Matahari memberi sedekah sinarnya yang hangat di pagi hari | Dokpri
Menuruni pegunungan Pegaf dengan perlahan dan menabrak angin dingin serta menyusuri danau Anggi Gida. Hingga bertemu dengan pinggiran danau, tubuh yang gerah dan sudah bau karena belum mandi dari kemarin harus dipaksa untuk merasakan dinginnya air danau yang jernih.

Bermain air di danau Anggi, berenang, berendam dan berlari-lari dan menyelam sebentar. Tubuh menjadi segaaaar, dan siap melanjutkan perjalanan kembali ke Manokwari menyusuri jalan yang menurun sehingga terasa cepat tiba di ransiki dan istirahat untuk mengisi perut agar tubuh ada tenaga kembali sebelum tiba di kota Manokwari.

Mandii...mandii...jangan lupa gosok gigi  | Dokpri
Mandii...mandii...jangan lupa gosok gigi  | Dokpri
Akhirnya perjalanan untuk memenuhi egois harus memiliki pengalaman mengunjungi daerah yang tidak mudah untuk mencapainya dapat dilakukan, kepuasan dan mendapat pengalaman disertai dengan bukti-bukti otentik foto-foto dan video-video akan menjadi kenangan jika ingin bercerita kepada teman-teman dan keluarga di rumah.

Salam Papua Barat....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun