Mohon tunggu...
Avizena Zen
Avizena Zen Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, Blogger, Penulis konten, dan Penerjemah bahasa Inggris

Penulis buku Kakeibo. Blogger. Hobi menulis, memasak, dan menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ingin Meracuni Suamiku

19 November 2023   09:23 Diperbarui: 19 November 2023   09:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pexels

Kuraih sebotol foundation. Pagi ini aku harus mengoleskannya lebih tebal. Bekas tamparan Mas Wira membekas dan tentu harus ditutupi. Jika tidak maka semua orang akan menanyakannya.

Kuambil tas bekalku lalu berangkat. Sengaja tak kubangunkan dia karena terakhir kali kubangunkan, dia marah-marah sampai hampir mencekikku. Dia tertidur pulas, dan andai saja dia tidur dan tidak terbangun lagi.

Di dalam angkot aku melamun. Mengapa aku tak punya keberanian untuk datang ke PA? Minimal memberi tahu orang tuaku tentang yang sebenarnya. Aku takut mereka akan balik marah karena perceraian dianggap sebagai aib. Di keluarga besarku tidak pernah ada yang bercerai, meski aku tahu bahwa beberapa pasangan tidak sedang baik-baik saja.

Angkot sudah sampai di depan kantor dan sengaja ongkosnya kulebihkan. Pak supir mengucapkan terima kasih sambil mendoakanku. Ah, mengapa yang mendoakan bukan suamiku sendiri, tetapi pak sopir yang bukan siapa-siapaku?

Sampai di kantor rupanya masih sepi. Aku sengaja datang 30 menit lebih awal agar bisa makan bekal dengan tenang. Sarapan dan makan siang di kantor agar tidak muak ketika melihat wajah Mas Wira.

Ingin sekali kuracuni suamiku. Mengapa Mas Wira tega memukuliku padahal aku sudah membantunya selama ini? Aku yang membeli sembako dan segala kebutuhan di rumah. Sedangkan dia kadang berangkat ngojek, tetapi banyak malasnya.

Apakah racun dijual bebas di marketplace? Ah tetapi jika kuracun kasihan. Nanti kalau dia menggelepar keracunan saat di atas sepeda motor bagaimana? Sepeda motor itu adalah kado pernikahan dari ayahku.

Baru saja aku menghabiskan bekal lalu bersiap menyalakan komputer. Ponselku berbunyi. Angkat atau tidak? Nomor baru? Jangan-jangan penipuan?

Namun ponselku terus berbunyi. Segera kuangkat. Ternyata dari Pak RT. Mengapa aku lupa tidak menyimpan nomornya?

Pak RT berkata agar aku sabar. Hah ada apa? Ternyata suamiku ditabrak oleh mobil. Mungkin dia sedang mabuk sehingga tidak sadar ada mobil yang sedang melaju kencang. Jenazah suamiku sudah ada di RS di kota ini.

Aku bingung harus sedih atau senang. Lalu teringat akan asuransi kematian yang kudaftarkan atas namanya....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun