Mohon tunggu...
AE Krisna
AE Krisna Mohon Tunggu... Pengajar

Pemerhati pendidikan dan ilmu manajemen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manajemen Energi Hijau: Belajar dari Proyek Etanol dan Sinergi "Jalan Tol" Pemerintah

9 Oktober 2025   18:07 Diperbarui: 9 Oktober 2025   15:49 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Andy Endra Krisna --- Pemerhati Manajemen dan Energi Berkelanjutan

Indonesia sedang memasuki era baru dalam pengelolaan energi. Melalui proyek etanol yang kini disebut-sebut sebagai "jalan tol bensin hijau", pemerintah menegaskan komitmennya menuju ekonomi hijau dan kemandirian energi nasional. Bahan baku etanol di Indonesia (seperti tebu, singkong, dan jagung) cukup melimpah dan siap diolah menjadi sumber energi terbarukan.

Namun di balik peluang besar itu, terdapat pelajaran berharga dari sisi manajemen nasional, mulai dari manajemen proyek, manajemen risiko, hingga manajemen rantai pasok, yang dapat kita pelajari untuk memastikan proyek energi hijau ini benar-benar berkelanjutan.

1. Manajemen Proyek Nasional: Membangun "Jalan Tol" bagi Energi Terbarukan
Istilah "jalan tol proyek etanol" bukan hanya metafora kebijakan, tetapi menggambarkan pentingnya perencanaan strategis dalam skala nasional. Sama seperti jalan tol fisik yang menghubungkan antarwilayah ekonomi, proyek ini memerlukan koordinasi lintas sektor, dari Kementerian Pertanian, ESDM, hingga BUMN dan investor swasta.  

Pelajaran pertama dari manajemen proyek besar seperti ini adalah sinkronisasi peran dan waktu. Kegagalan dalam satu titik, misalnya keterlambatan pembangunan fasilitas pengolahan atau kurangnya pasokan bahan baku, dapat menunda keseluruhan proyek.  

Oleh karena itu, dibutuhkan sistem Project Management Office (PMO) nasional untuk mengatur prioritas, timeline, dan evaluasi capaian proyek energi hijau. Tanpa struktur manajemen yang kuat, potensi besar hanya akan berhenti di atas kertas.

2. Manajemen Rantai Pasok: Mengubah Potensi Menjadi Produktivitas
Bahan baku etanol di Indonesia memang melimpah, tetapi tersebar di berbagai wilayah dengan karakter agrikultur yang berbeda-beda. Di sinilah pentingnya Supply Chain Management (SCM).  

Manajemen rantai pasok etanol harus mengatur dari hulu ke hilir: petani (produksi bahan baku), transportasi (logistik), pabrik pengolahan (konversi etanol), hingga distribusi (ke SPBU atau industri). Jika salah satu rantai terganggu, misalnya harga bahan baku naik atau distribusi tersendat, seluruh sistem bisa tidak efisien.

Pelajaran bagi masyarakat dan pelaku bisnis: keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh banyaknya sumber daya, tetapi oleh kemampuan mengelola aliran nilai secara efisien dan berkelanjutan.

3. Manajemen Risiko: Menghadapi Tantangan Ekonomi dan Lingkungan
Proyek energi hijau tidak lepas dari risiko, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Harga bahan bakar fosil yang fluktuatif, perubahan cuaca yang memengaruhi hasil pertanian, hingga investasi besar yang membutuhkan waktu panjang untuk balik modal, semuanya adalah faktor risiko nyata.

Pendekatan Risk Management dalam konteks ini menjadi vital. Pemerintah dan investor perlu memetakan skenario terburuk, menyiapkan mitigasi (seperti diversifikasi bahan baku), dan merancang mekanisme perlindungan harga (price floor) untuk menjaga daya saing.  

Masyarakat juga bisa belajar bahwa setiap keputusan ekonomi, bahkan di tingkat individu, sebaiknya selalu mempertimbangkan resiko dan keberlanjutan jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun