Mohon tunggu...
Fahad Adzriel
Fahad Adzriel Mohon Tunggu... Mahasiswa Islamic Studies of International Open University (Indonesia) Gambia, Afrika

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diskusi Malam, Kedinginan Emas dan Keapian Crypto

14 Oktober 2025   07:10 Diperbarui: 13 Oktober 2025   21:55 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diskusi malam hari antara Bima dan Pak Joko (by: fahadzriel)

Malam mulai turun. Lampu-lampu kota sudah bersinar seperti taburan kripto di chart trading. Bima dan Pak Joko masih di balkon yang sama.

Bima: (Memandangi langit) Pak, izinkan saya bertanya ulang dengan sudut yang berbeda. Kita sepakat emas punya nilai karena sejarah dan konsensus ribuan tahun. Tapi bukankah konsensus itu sendiri adalah sebuah story narasi kolektif bahwa logam kuning ini berharga? Apa bedanya dengan narasi kolektif kita bahwa kode digital ini berharga?

Pak Joko: Pertanyaan yang bagus. Perbedaannya ada di lapisan narasinya, Nak. Narasi emas terukir dalam peradaban dalam mahkota raja, dalam maskawin, dalam cadangan bank sentral. Ia melekat pada sejarah kita sebagai spesies. Narasi kriptomu... ia terukir dalam kode, dalam algoritma. Ia adalah cerita tentang perlawanan terhadap otoritas, tentang efisiensi teknologi. Satu adalah puisi epik, satunya adalah manifesto futuristik.

Bima: Tapi kedua narasi itu sama-sama membutuhkan keyakinan, bukan? Keyakinan bahwa besok, orang lain akan menginginkan apa yang kita pegang hari ini. Apakah itu emas atau Bitcoin, mekanismenya sama: Keyakinan yang Dioperasionalkan.

Pak Joko: Benar! Tapi sumber keyakinannya berbeda. Keyakinan pada emas lahir dari ketahanannya menghadapi waktu. Keyakinan pada Bitcoin lahir dari janjinya mengalahkan waktu menjadi sesuatu yang lebih cepat, lebih cerdas, lebih adil daripada sistem lama. Satu dilihat dari kaca spion, satu lagi dilihat dari kaca depan.

Bima: Lalu, apakah nilai sejati ada di masa lalu atau di masa depan? Emas berkata, "Lihatlah, aku telah selamat dari segala bencana, maka percayalah padaku." Bitcoin berkata, "Lihatlah, aku akan membawamu melewati bencana yang akan datang, maka percayalah padaku." Ini seperti memilih antara membeli kapal Titanic yang sudah terbukti tidak tenggelam... atau membeli tiket untuk Starship Enterprise yang belum pernah diterbangkan.

Pak Joko: (Terkekeh) Dan di situlah letak pilihan karakter kita. Apakah kita adalah arsiparis yang merawat masa lalu, atau insinyur yang merancang masa depan? Dunia butuh keduanya. Tanpa arsiparis, kita kehilangan jati diri. Tanpa insinyur, kita kehilangan arah.

Bima: Jadi, konflik ini sebenarnya adalah dialektika sebuah percakapan panjang peradaban antara apa yang telah bekerja dan apa yang mungkin bekerja.

Pak Joko: Tepat. Dan dalam dialektika itu, sintesisnya mungkin adalah: Kita tidak lagi hanya menyimpan nilai, kita juga menyimpan keyakinan. Emas menyimpan keyakinan akan stabilitas. Bitcoin menyimpan keyakinan akan perubahan. Portofolio yang sehat mungkin adalah portofolio yang memiliki kedua jenis keyakinan itu.

Opini: Melebihi Emas dan Bitcoin. Kita sedang Menyimpan Keyakinan

Apa yang sebenarnya kita saksikan bukanlah pertarungan aset, tetapi pertarungan epistemologi cara kita mengetahui apa yang "bernilai".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun