Ketika fajar menyingsing, Istana Sunda Agung telah menjadi tumpukan puing dan mayat. Bau anyir darah dan asap mesiu menusuk hidung. Kapten Willem van der Kraan berdiri di tengah pelataran yang hancur, dadanya membusung penuh kemenangan. Ia telah berhasil melumpuhkan salah satu kerajaan terkuat di Priangan. Namun, kemenangannya terasa hampa. Pustaka Astagina, kunci kekuatan sejati, gagal ia dapatkan. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mengobrak-abrik kolam keramat, namun kitab itu seolah lenyap ditelan bumi.
Setelah pasukan VOC pergi, meninggalkan kehancuran dan duka yang mendalam, kesunyian kembali menyelimuti reruntuhan istana. Hanya isak tangis mereka yang selamat dan rintihan mereka yang sekarat yang terdengar.
Namun, di tengah senyapnya kematian itu, sesuatu yang tak terduga terjadi. Dari balik rumpun teratai di tepi kolam keramat yang kini airnya mulai kembali jernih, sebuah bayangan sosok misterius muncul. Tak ada yang tahu dari mana ia datang. Dengan gerakan yang tak terdeteksi, sosok itu melangkah ke tepi kolam. Perlahan, ia menengadahkan tangannya, dan Pustaka Astagina, yang tadinya tenggelam, terangkat dari dasar kolam, kering seolah tak pernah tersentuh air. Kitab itu melayang dan mendarat dengan lembut di tangan sosok berjubah gelap itu.
Sosok itu memandang sekilas ke arah reruntuhan istana, lalu ke arah kitab di tangannya. Tanpa sepatah kata, ia berbalik dan menghilang kembali ke dalam bayang-bayang, secepat ia datang. Pustaka Astagina telah berpindah tangan, namun bukan ke tangan Kompeni. Sebuah babak baru yang lebih gelap, penuh intrik dan kekuatan gaib, baru saja dimulai, bahkan sebelum para pahlawan yang diramalkan sempat menyadari takdir mereka.
-- BERSAMBUNG ke Bab 1 klik di sini --
_______
Buku novel ini adalah bagian dari proyek "Lab Histori"Â
https://medium.com/@labhistori
https://www.wattpad.com/user/labhistori
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI