Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mau Kemana Program Antariksa Indonesia?

29 Agustus 2023   12:54 Diperbarui: 29 Agustus 2023   13:02 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bumi dari Luar Angkasa (Gambar dari Stock AI)

Keberhasilan dua negara besar Asia, China dan India mendaratkan wahana antariksa ke permukaan Bulan sungguh sesuatu yang sangat menginspirasi. Setelah sekian lama bidang teknologi antariksa hanya dikuasai oleh dua negara yaitu Amerika Serikat dan Rusia (Uni Soviet), kehadiran bangsa Asia di kancah persaingan teknologi bergengsi ini memicu adrenalin banyak pihak.

Di Asia, hanya ada beberapa negara "besar" lain di samping China dan India. Besar dalam hal ini adalah dari sisi kekuatan ekonomi, jumlah populasi, dan hasrat untuk menjadi negara maju. Negara-negara tersebut paling tidak mencakup Jepang, Indonesia, Korea Selatan, Saudi Arabia, dan Iran. Jepang adalah negara yang paling maju di antara kelimanya dalam teknologi ruang angkasa dan telah secara reguler meluncurkan roket-roketnya ke orbit Bumi. Bahkan wahana antariksa Jepang telah berhasil sampai ke asteroid dan mengambil sampel batuannya. 

Di level yang relatif jauh di bawahnya, ada Korea Selatan yang mulai berhasil meluncurkan roket dan satelit-satelitnya sendiri. Selanjutnya adalah Saudi Arabia yang mulai menggeliat dengan meluncurkan dua astronotnya ke stasiun luar angkasa internasional ISS dengan menumpang roket dan pesawat antariksa SpaceX. Arab Saudi sedang merencanakan investasi besar-besaran untuk masuk ke sektor ruang angkasa ini. 

Satu negara Asia lain yang secara teknologi sudah maju adalah Iran. Namun karena permasalahan ideologi dan politik internasional, negera ini terus dikucilkan dan mempengaruhi kemajuan teknologinya. Walau demikian, Iran telah berhasil meluncurkan roket dan satelit militernya sendiri serta memiliki SDM yang tergolong paling siap di Asia. Kemudian, jangan lupakan satu negara yang tergolong kecil tapi kaya yaitu Qatar. Saat ini Qatar memiliki satelit yang mengorbit di planet Mars, walau satelit ini dibuat dan diluncurkan oleh pihak eksternal. Qatar secara konsisten telah menggandeng berbagai negara dan institusi top dunia untuk membantu program antariksanya.

Tersisa satu negara yang sangat layak ada di jajaran "elit" ini namun tampaknya belum tergerak untuk melakukan loncatan signifikan, Indonesia. 

Visi Luar Angkasa Indonesia


Apakah kita tidak memiliki program angkasa luar? Tentu saja ada. LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) telah didirikan oleh Presiden Soekarno sejak tahun 1963, hanya 6 tahun setelah Uni Soviet meluncurkan satelit pertamanya Sputnik tahun 1957.

Berikut kutipan dari DW.com tentang visi Indonesia, khususnya Bung Karno, dalam teknologi luar angkasa:

Soekarno adalah sosok yang berpikiran jauh ke depan. Di usia Indonesia yang masih hijau saat itu, ia rajin menghimbau rakyatnya untuk tanggap akan perkembangan sains dan teknologi dunia, khususnya luar angkasa. Ia ingin orang-orang Indonesia tidak berpuas diri dengan sandang, papan dan pangan secukupnya. Baginya, luar angkasa dan segala misterinya adalah bahtera pengetahuan yang harus orang-orang Indonesia ikut jelajahi. Di masa itu, isu luar angkasa adalah wacana kompetisi (space race), dan Sukarno ingin orang-orang Indonesia tergugah untuk menebalkan mental revolusionernya.

Selanjutnya, berikut adalah kutipan rencana Bung Karno untuk meluncurkan astronot Indonesia (Tempo.co):

Sukarno serius ingin menempatkan Indonesia dalam peta penjelajahan luar angkasa. Misalnya, sebagaimana dilaporkan Antara pada 3 Desember 1965, yang tercatat dalam Daily Report, Foreign Radio Broadcasts, edisi 231-235 terbitan Central Intelligence Agency (CIA), Sukarno menginstruksikan jajarannya untuk mempersiapkan misi astronot Indonesia pada 1968. Rencananya, pada 1966 Indonesia mengirim dahulu dua orang utan ke luar angkasa sebagai eksperimen. Entah darimana pendanaannya, kemungkinan besar Sukarno akan mengandalkan manuver politiknya untuk meminang bantuan teknis dari Amerika atau Soviet mengingat perekonomian Indonesia saat itu tengah buruk.

Bisa disimpulkan, LAPAN didirikan untuk menjadi lembaga terdepan dalam mengejar impian menjadi bangsa maju. Bidang pengembangan teknologi antariksa adalah indikator nyata dari seberapa jauh suatu negara memiliki visi dan komitmen untuk membawa bangsanya melakukan lompatan ke depan.

Momen-momen bersejarah seperti pendaratan astronot Amerika Serikat di bulan telah membuktikan bahwa prestasi luar biasa di bidang antariksa bukan hanya sekadar pencapaian teknologi, tetapi juga sumber inspirasi yang mampu mempersatukan bangsa, memotivasi generasi muda, dan mendorong pencapaian yang lebih besar di masa depan.

Momen seperti itu mampu mengatasi perbedaan dan mempersatukan bangsa. Keberhasilan tersebut membawa rasa kebanggaan kolektif yang melampaui batas-batas etnis, agama, dan latar belakang sosial.  

Kemajuan teknologi antariksa adalah sumber motivasi bagi generasi muda untuk bercita-cita lebih tinggi dan mencapai tujuan yang lebih besar. Ketika generasi muda melihat bahwa tidak ada lagi batasan-batasan dalam bermimpi, merekaotomatis akan merasa terdorong untuk mengejar mimpinya dan memberikan kontribusi berarti bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan. Hal ini telah terjadi di berbagai negara, di mana pahlawan antariksa menjadi inspirasi bagi banyak anak muda.

Negara-negara yang berani berinvestasi dalam eksplorasi antariksa tidak hanya memetik hasil berupa kemajuan teknologi dan sains, tetapi juga membangun fondasi untuk pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkelanjutan.

Posisi LAPAN Saat Ini?

Sebagai gambaran, berikut adalah target-target kinerja dari LAPAN yang ingin dicapai pada tahun 2024. Informasi ini dikutip dari dokumen resmi Rencana Strategis LAPAN 2019-2024.

A. Produk Sains Antariksa dan Atmosfer

Produk ini dimanfaatkan untuk memberikan dukungan analisis yang cepat, akurat, dan responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan. Produk tersebut meliputi:

1. DSS (Decision Support System) Sains Antariksa dan Atmosfer yang terintegrasi dengan satelit penginderaan jauh nasional.
2. Jaringan pengamatan cuaca antariksa dan astronomi.
3. Pengamatan atmosfer ekstrem di wilayah maritim Indonesia berbasis teknologi antariksa.
4. Pengamatan Antariksa dan Kopling Atmosfer terintegrasi menggunakan radar, pesawat terbang, dan satelit.
5. Jaringan pengamatan antariksa-atmosfer di landas bumi dan landas antariksa secara mandiri.
6. Sistem asimilasi data dan prediksi antariksa dan atmosfer yang terintegrasi.

B. Teknologi Penginderaan Jauh

Teknologi ini dimanfaatkan untuk memberikan dukungan analisis yang cepat, akurat, dan responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan. Teknologi tersebut meliputi:

1. Infrastruktur pengolahan data penginderaan jauh daerah.
2. Jaringan sistem stasiun bumi penginderaan jauh untuk kebutuhan nasional.
3. Sistem akuisisi data penginderaan jauh multispektral dan hiperspektral resolusi tinggi berbasis platform pesawat atau UAV (unmanned aerial vehicle atau pesawat nirawak).
4. Operasional satelit penginderaan jauh nasional.

C. Produk Teknologi Penerbangan dan Antariksa

Produk ini dimanfaatkan untuk memberikan dukungan analisis yang cepat, akurat, dan responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan. Produk-produk teknologi ini meliputi:

1. Roket Dua Tingkat.
2. Satelit Konstelasi Komunikasi Orbit Rendah.
3. Pesawat N-219A.
4. Sistem Misi MALE (Medium Altitude Long Endurance).
5. Kargo Drone.
6. Satelit Penginderaan Jauh Nasional.
7. Pesawat Kelas 70-100 Penumpang.
8. Fasilitas Uji Terbang Teknologi Aeronautika Nasional.
9. CNS/ATM (Communication, Navigation and Surveillance/Air Traffic Management System) Berbasis Satelit.

D. Produk Kebijakan Penerbangan dan Antariksa

Produk-produk kebijakan ini dihasilkan untuk mendukung penyelenggaraan keantariksaan nasional dan meliputi:

1. Peraturan Pemerintah (PP) terkait Penguasaan Teknologi Antariksa.
2. PP terkait Kegiatan Komersial Keantariksaan.
3. PP Pengembangan dan Pengoperasian Bandar Antariksa.

Jika melihat target tersebut, hal pertama yang terbersit di pikiran kita adalah bahwa LAPAN ingin memainkan fungsi "support" terhadap berbagai tujuan dan kepentingan strategis lain seperti di sektor pertanian, perikanan, pertahanan, meteorologi, dll. Peran seperti itu mengakibatkan LAPAN tampak "low profile". Keberhasilannya tidak ditentukan oleh momen-momen "viral" seperti pendaratan wahana India di Bulan, tetapi keberhasilan LAPAN adalah pada saat tujuan-tujuan strategis yang di-support telah berhasil. 

Apakah itu hal yang salah? Tentu saja tidak. Jika kita melihat program kerja untuk mencapai target-target tersebut, semua adalah pekerjaan sulit yang membutuhkan SDM kualitas dunia dalam jumlah cukup. Apalagi jika kita sadar bahwa anggaran dan komitmen untuk mengembangkan LAPAN masih kalah dibandingkan dengan lembaga teknologi strategis lain. Apa yang dihasilkan saat ini bisa jadi sudah maksimal.

Tinjauan Masa Depan

Dalam konteks persaingan global yang menempatkan penguasaan teknologi sebagai titik sentralnya, peran LAPAN ke depan tidak bisa terus "low profile" seperti saat ini. LAPAN harus ditempatkan seperti Amerika Serikat menempatkan NASA dalam sistem pemerintahannya, dengan perhatian dan prioritas yang besar, serta tentu saja dengan dukungan anggaran yang memadai. 

Sebagai acuan, anggaran NASA pada tahun 2020 adalah USD 22.6 milyar atau 0,48% dari total anggaran pemerintah USD 4.7 triliun. Akan tetapi, menggunakan NASA sebagai acuan mungkin terlalu muluk, untuk itu India dapat dijadikan acuan. Anggaran ISRO (Badan Riset Antariksa India) pada tahun 2021 adalah sekitar USD 1,9 milyar berbanding total anggaran nasional USD 469 milyar atau sekitar 0,4%. Rasio yang mirip dengan NASA. Secara besaran, India jauh lebih kecil dari Amerika Serikat, tetapi dengan anggaran yang relatif kecil, India berhasil mengejar ketertinggalannya. 

Alokasi anggaran bukanlah segalanya, Indonesia memiliki banyak peluang dan potensi untuk bisa dengan cerdik mendorong pengembangan teknologi luar angkasanya. Tidak semua aplikasi dan kegiatan antariksa memerlukan dana raksasa, misalnya teknologi nanosatellite yang populer saat ini. Teknologi ini membuka banyak peluang aplikasi teknologi luar angkasa yang kreatif dan bermanfaat dengan anggaran mini. 

Jika membangun dan memiliki roket sendiri masih dianggap terlalu mahal, maka metode ride sharing untuk meluncurkan satelit (terutama nanosatellite) ke orbit Bumi dengan menumpang roket milik pihak lain bisa menjadi opsi yang efektif dan efisien. LAPAN dapat fokus pada aplikasi-aplikasi kreatif yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan riil pembangunan Indonesia dan tidak terpecah konsentrasinya dengan pengembangan teknologi roket yang kompleks dan perlu dana besar.

Secara umum, berikut adalah tinjauan tentang prospek kegiatan LAPAN di masa depan.

1. Peningkatan Kemitraan Internasional

Dengan sumber daya yang terbatas, LAPAN bisa mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kerja sama dengan badan antariksa internasional, seperti NASA dan ISRO. Ini dapat membuka peluang untuk akses ke teknologi lebih maju, berbagi pengetahuan, dan berkolaborasi dalam misi bersama.

2. Pengembangan Teknologi Satelit

Satelit memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat nyata dalam berbagai sektor seperti pertanian, lingkungan, dan komunikasi. LAPAN dapat terus mengembangkan teknologi satelit dengan tujuan memperluas cakupan layanan dan aplikasi berbasis satelit yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

3. Pendidikan dan Penelitian Antariksa

LAPAN dapat memperkuat program pendidikan dan penelitian di bidang antariksa di Indonesia melalui mekanisme kolaborasi dan beasiswa dengan perguruan tinggi yang sudah mapan seperti ITB, UI, UGM, ITS, dll. Ini termasuk pengembangan bakat muda dalam ilmu pengetahuan dan teknologi antariksa, serta mendukung riset yang relevan untuk pengembangan teknologi. Pengiriman talenta terbaik kita untuk magang dan bekerja penuh di institusi internasional juga tidak dapat dihindari, demikianlah cara China dan India dapat maju dan berkembang pesat.

4. Konservasi Lingkungan

Pemanfaatan teknologi antariksa untuk pemantauan lingkungan dan konservasi alam merupakan bidang yang memiliki potensi besar di Indonesia. LAPAN dapat lebih fokus pada pengembangan teknologi dan aplikasi yang mendukung pemantauan lingkungan, konservasi hutan, dan sumber daya alam dan menjadi pemimpin di kalangan negara-negara tropis.

5. Komunikasi dan Edukasi Publik

LAPAN dapat memperluas upaya komunikasi dan edukasi publik tentang antariksa dan teknologi terkait. Peningkatan pemahaman masyarakat terutama di kalangan generasi muda di sekolah-sekolah tentang manfaat teknologi antariksa dapat menjadi pendorong signifikan pada program-program LAPAN.

Jangan dilupakan, kita perlu momen-momen yang inspiratif untuk menyemangati bangsa ini. Jika pendaratan di Bulan masih terlalu lama, kita bisa saja menayangkan secara live citra satelit buatan LAPAN dari orbit Bumi dengan komentar dari Presiden RI. Atau ada cara-cara lain untuk membuat teknologi antariksa menjadi sesuatu yang "hype" di kalangan anak muda.

Dengan segala sesuatu yang masih terbatas, LAPAN harus kreatif dan agresif. Demi kemajuan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun