Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Kembang Tua

11 Mei 2016   09:22 Diperbarui: 11 Mei 2016   21:36 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Induk semangku yang berdiri reyot itu memandangku tanpa rasa, sembari menyedot asap rokok kuat-kuat sampai pipinya terlipat ke dalam. Aku tak ubahnya sedang melihat nenek sihir. Tapi dulu, ia seorang penjaja ulung. Primadona yang telah menjadi legenda hidup dunia malam remang ini. Meski kini ia tak ubahnya sketsa tengkorak bernyawa, tapi ia pandai menjajakan para penjaja.

“Pulang.”

“Kenapa?”

“Entahlah...”

“Apa yang akan kau lakukan?”

“Aku tak tahu, tapi mestinya ada.”


“Kau seperti punya pilihan saja selain bertahan?”

Kata-kata nenek tua itu seperti silet berkarat yang memaksa menyayat. Perih dirasa, tapi celakanya, kata-kata itu sungguh benar adanya.

“Memang tak ada,” sahutku, “kalau pun ada harus kucari dulu.”

“Lapar akan datang sebelum kau menemukannya. Kau tahu, lapar selalu datang lebih cepat dari apa pun?”

“Ya, aku rasa mungkin lapar akan membawaku kembali lagi ke sini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun