Mohon tunggu...
Adrian Indra
Adrian Indra Mohon Tunggu... Editor - Pengamat Politik

Pimpinan Redaksi www.juliet1news.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Frederikus Gebze, Menganalisis Kemenangan Joko Widodo pada Pilpres 2019

22 Mei 2019   07:13 Diperbarui: 9 Desember 2019   09:20 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang sudah diperkirakan oleh banyak orang dan juga hasil hitung cepat ( quick Count ) pasangan Jkw-MA ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang Pilpres 2019, namun banyak hal menarik yang bisa dianalisa pada Pilpres 2019 ini. Yang pertama : saya melihat bahwa baru kali terjadi dimana seorang calon Presiden yang bersih dari Korupsi, bekerja keras dan nyata, serta diakui oleh dunia, banyak tidak dipilih oleh masyarakat Indonesia. Rakyat Indonesia yang memilih Presiden yang lain, ternyata didasarkan pada suatu kepentingan kelompok  tertentu dan berdasarkan fatwa dari seorang pimpinan agama tertentu.

Padahal, Presiden Joko Widodo juga mengandeng seorang Ulama dan Kyai sebagai wakil Presidennya. Jadi menjadi suatu tanda tanya, apakah murni pilihan sebahagian masyarakat Indonesia itu yang faktor pilihannya karena pertimbangan Agama ? Sepertinya tidak demikian, jelas terlihat bahwa ada kelompok-kelompok tertentu yang mengatasnamakai Agama atau berjubah Agama dibalik semua itu.

presiden-jokowi-bertemu-barack-obama-5dedadedd541df5727123992.jpg
presiden-jokowi-bertemu-barack-obama-5dedadedd541df5727123992.jpg
Kelompok ini terlihat ingin memainkan suatu gerakan seperti ketika menurunkan Ahok dari kursi Gubernur DKI dan menaikan Anis Basewedan sebagai penggantinya. Strategi seperti ini ingin dicopypaste kembali pada pemilihan Presiden RI di tahun 2019 ini.

Ketika menjelang pendaftaran capres dan cawapres di KPU, kubu Timses Joko Widodo membaca situasi ini, dan akhirnya memutuskan memilih KH. Makruf Amin sebagai wakilnya, dengan harapan untuk bisa mengdongkrak perolehan suara di Banten dan di Jawa Barat.

 Setelah penghitungan suara dilakukan, ternyata pasangan Jkw- MA kalah didaerah pemulihan Banten dan Jawa Barat, ini sangat diluar dugaan dan mengejutkan. Dan hal ini menggambarkan bahwa kesolidan kelompok-kelompok masyarakat yang memilih pasangan 02 tersebut. 

Dan kondisi seperti ini sudah jelas memperlihatkan bahwa pilihan mereka bukan pada faktor figur, melainkan pada ideologi yang dikelompokanya. Keadaan seperti ini sungguh tidak sehat dalam demokrasi Indonesia, dan para pimpinan Politik serta Presiden harus mempertimbangkan kembali sistem pemilihan Presiden atau kepala daerah secara langsung ini. Agar kelak dikemudian hari Indonesia tidak dibawa dalam suatu sistem pemerintahan yang berbeda dengan Ideologi Pancasila.

presiden-joko-widodo-jumat-16112018-pagi-ini-meresmikan-monumen-kapsul-waktu-di-merauke-5dedadfcd541df533423a802.jpg
presiden-joko-widodo-jumat-16112018-pagi-ini-meresmikan-monumen-kapsul-waktu-di-merauke-5dedadfcd541df533423a802.jpg
Ahli Filsafat Sekaligus Pengamat Sosial, Prof Dr Franz Magnis Suseno SJ menilai suasana politik Indonesia saat ini dalam keadaan lemah secara etika. Mengingat selalu terjadi pemaknaan pengunaan hoaks, kampanye hitam di dalamnya sebagai suatu hal yang biasa dilakukan. Menurutnya, tidak ada yang lebih mengerikan ketika suatu negara pelaksanaan demokrasi nya diwarnai dengan perang kampanye hitam. Karena fenomena demikian dapat menciptakan perpecahan di lingkungan masyarakat

"Demokrasi kita saat ini dalam keadaan terancam. Contoh, disaat pelaksanaan hoaks dan kampanye hitam seolah-olah sudah menjadi fenomena liar di dalam kehidupan demokratis kita. Padahal, kita dituntut menjalankannya dengan penuh kegembiraan," kata Prof Dr Franz Magnis Suseno saat mengisi diskusi di Gedung Graha Oikoumene Salemba Lantai 4, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2019).

koooooo-copy-5dedaf33097f36403a1719b3.jpg
koooooo-copy-5dedaf33097f36403a1719b3.jpg
Mengapa saya agak mengkuatirkan hal tersebut ? Ya...karena di Indonesia bukan hanya ada 1 agama saja dan 1 kelompok saja, jadi tidak bisa pandangan suatu ideologi tertentu dipaksakan kepada kelompok agama lainnya di Indonesia ini. 

Strategi kampanye yang mempergunakan banyak fitnah, hoaks dan adu domba  serta kebohongan publik pada tingkat elit politik di Jakarta sungguh-sungguh sangat tidak mendidik dan membuat suatu kemunduran dalam demokrasi Indonesia. Seyogyanya dalam kampanye Pilpres tersebut yang dikemukan adalah program kerja serta visi untuk membangun Indonesia yang lebih Gemilang dikemudian hari.

2015517merauke1-5dedae27d541df572e576452.jpg
2015517merauke1-5dedae27d541df572e576452.jpg
Berkaca dari hasil Pipres 2019 bagaimana Provinsi Bali, Propinsi Papua, Propinsi Maluku, Propinsi NTT, Propinsi Sumatera Utara, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah serta DKI Jakarta pasangan Jkw-MA meraih suara yang terbanyak dan cukup signifikan untuk mendukung kemenangan pasangan Jkw-MA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun